Hari Bahagia

Sabtu sore, Fella sedang asyik memainkan gitarnya dengan penuh kebahagiaan, hingga sebuah suara pintu terbuka, menghentikan petikan gitarnya.

"Aya." Merry menepuk pundak Fella pelan.

Fella sedikit terkejut, gadis itu langsung menoleh, senyumnya menguar saat melihat Merry sudah berdiri di belakangnya.

"Iya. Bunda, ada apa?" tanyanya dengan suara pelan. Ia segera menurunkan gitarnya dan menaruh di sisi sofa.

Merry mengembangkan senyumnya, sebelum berbicara ke inti masalah. "Bunda, mau ngomong serius ni, sayang. Aya dengerin ya."

Fella mengangkat satu alisnya. Saat melihat ekspresi Merry yang sedikit berbeda dari biasanya. "Duduk sini bun, biar ngomongnya lebih enakan. Bunda kelihatan tegang gitu mau ngomong serius aja." ucapnya seraya. menepuk-nepuk sofa yang ada di sampingnya.

Merry menyambutnya dengan senang hati.

"Bunda, mau ngomong serius apaan, sih? Sampai tegang gitu mukanya." ledek Fella di iringi dengan senyum simpul.

"E-em-mm..gini sayang, Bunda nggak mau bosa-basi, mau ke intinya aja. Dulu Bunda kan dulu pas masih SMA punya sahabat. Nah, besok malam sahabat Bunda mau main ke rumah".

"Ya... terus, hubungannya sama Aya, apa Bun?" tanyanya seraya meminum softdrink yang ada di depannya.

"Nah... ini pointnya sayang, dulu Bunda sama sahabat Bunda, punya janji mau jodohin kamu sama anak sahabat Bunda, kalau kalian udah besar nanti. Nah, sekarang dia nagih janjinya ke Bunda, sayang." dengan nada sedikit mengagetkan, Merry segera memasang ekspresi memelas-nya, sambil mengerucutkan bibirnya, ia pura-pura sedih setelah mengucapkan hal tersebut.

Fella yang masih meminum softdrink-nya sontak tersedak, setelah mendengar ucapan Merry yang sangat tiba-tiba itu.

"Uhuk.... uhuk......Apa-apaan sih Bunda. Aya nggak mau lah Bun, emang sekarang zamannya siti nurbaya apa? Main jodoh-jodohin gitu aja. Aya kan juga pengen nyari kebebasan." Fella memasang wajah masamnya, sambil mengelus-elus dadanya karena tersedak tadi membuatnya agak kesakitan.

"Aduh, sayang. Pelan-pelan dong minumnya, maksud Bunda gini sayang, kamu temuin dulu orangnya, nanti kalau cocok, lanjut. Kalau enggak, terserah kamu." wanita setengah baya itu langsung memegangi bahu Fella dan mengusap-usapnya pelan.

"Ya ampun bun. Aya tetep harus ketemu sama anak temennya Bunda. Maksa dong ini namanya! Tetep nggak ada pilihan." keluhnya dengan kaki menghentak-hentak.

"Bunda nggak maksa, cuma Bunda pengan aja, ada muka di depan sahabat Bunda. Takutnya, di kirain Bunda ingkari janji. Please ya sayang bantu Bunda, lah. Sekali aja!" kata Merry memohon.

Dengan terpaksa Fella mengangguk, padahal hatinya tak rela. "Terserah Bunda

aja. Aya pasrah." ucapnya dengan nada yang paling rendah, seraya menyandarkan punggungnya ke sofa. Terlihat ekspresi wajahnya yang terlihat masam.

"Nah, ini baru anak Bunda, nurut. Besok malam, Bunda dandani kamu yang cantik ya sayang, biar nggak bikin malu." Merry menepuk-nepuk kaki anaknya sebelum pergi.

Fella menarik bibir atasnya. "Siapa yang bikin malu. Orang udah cantik dari lahir juga, kalau nggak cantik mana mau Arska sama aku bun!" gerutunya.

Merry hanya terkekeh, wanita itu membelai rambut Fella dengan lembut. Entah mengapa ia sedikit lega mendengar anaknya itu cukup terbuka terhadap dirinya.

...~Cinta Untuk Fella~...

Minggu sore menjelang malam, keluarga Fella sibuk menyiapkan menu yang akan di hidangkan kepada tamu sepesial-nya, Fella yang sejak tadi pagi di sibukkan dengan dress-dress yang akan di pakainya, serta make-up yang akan menghiasi wajah cantiknya, membuat gadis itu belajar extra sabar menghadapi Bundanya yang memang ribet kalau urusan dandan.

Merry tergolong wanita karir yang memang mandiri sejak muda, tak heran, jika masalah urusan dandan ia selalu ribet. Wanita itu, ingin sekali melihat anaknya tampil lebih cantik dari biasanya, agar siapa pun laki-laki yang melihatnya langsung jatuh hati kepadanya.

"Bun, ini emangnya nggak terlalu berlebihan ya?" keluh Fella sambil memegangi wajahnya dan membolak-balikan wajahnya di depan kaca.

Merry tersenyum simpul, seraya memegangi bahu anaknya. "Sama sekali enggak sayang, kamu cantik banget hari ini." puji Merry.

"Tapi, Aya nggak PD bun. Aya nggak pernah Make-upan selama ini, takutnya nanti pada ngetawain Aya." ucapnya sambil melihat ke arah Merry.

"Percaya, sama Bunda, kamu cantik banget...."

"Percaya tuh, sama Allah bun, kalau sama Bunda itu musyrik namanya, tapi ni ya, bun....." belom sempat melanjutkan ucapannya, Merry terlebih dahulu memotong perkataan Fella.

"Iya... iya.. percaya sama Allah, kalau sama Bunda emang musyrik, dan satu hal lagi yang perlu kamu tau, Ay. Jangan sekali-kali meragukan keterampilan memoles dari tangan Bunda ini, ya! Bunda tuh udah handal kalau soal make-up, me make-up." jari-jari Merry menari-nari di depan wajah Fella. Wanita itu memamerkan jarinya-jarinya yang memang lentik dan indah itu. Seraya jari telunjuknya Merry, di arahkan-nya ke kening Fella dan menyentil-nya pelan.

"Aw, sakit bun. Iya, iya. Aya percaya kok sama Bunda, Aya enggak meragukan kemampuan make-up Bunda kok!" kayanya dengan tangan sebah kiri mengusap-usap keningnya dan langsung memeluk pinggang Merry dengan erat. "Bun, kalau Aya nggak suka, Aya boleh kan batalin pertunangan ini." ucapnya memasang muka memelas.

"Tapi... Bunda berharapan, kamu suka sama orangnya sayang." wanita itu mengusap-usap pucuk rambut Fella.

"Tapi....Aya udah terlanjur suka sama Arska bun." katanya dengan bibir mengerucut.

Merry tersenyum puas mendengar ucapan itu keluar dari mulut bibir anaknya. "Ya... udah, kalau itu mau kamu, Bunda nggak maksa, yang penting kamu bahagia, Bunda juga ikut bahagia." imbuhnya.

"Makasih ya bun, udah mau ngertiin perasaan Aya, Bunda emang the best, deh." Fella semakin mempererat pelukannya. Tak berselang lama, suara ketukan pintu pun, mulai terdengar.

Tok... Tok... Tok...Tok...

"Sayang, cepetan turun, tamunya udah pada nungguin di bawah sayang..." ucap Angga membuka pintu.

Fella membuang napas sembarang, sebelum melepaskan pelukannya dari pinggang Merry. Sedangkan Merry justru tersenyum. "Buruan turun Ay, udah di tungguin, enggak enak kan, kalau mereka nungguin kita terlalu lama." ucap Merry pelan dan segera menghampiri suaminya.

Angga masih mematung di depan kamar, ia tak berkedip sedikit pun saat melihat penampilan putrinya. Lelaki itu terpesona dengan kecantikan putri semata wayangnya itu. Namun, dengan segera Angga tersadar dari lamunan dan langsung menggoda Fella. "Anak Ayah, kenapa cantik banget, sih. Ayah kan jadi cemburu, kalau Aya jadi milik orang lain." tutur Angga.

"Cemburu apanya sih ayah." Fella berdiri seraya berjalan mendekati Angga.

"Cemburu, kalau suatu saat nanti, ada laki-laki selain Ayah yang akan kamu cintai sayang." ucap Angga seraya merenggangkan tangannya, agar Fella dapat dengan mudah memeluk tubuh lelaki setengah baya itu.

Fella mengerucutkan bibirnya, dan segera mendaratkan tubuhnya yang ramping kedalam pelukan Angga.

"Aya akan tetap sayang sama Ayah. Apa pun yang terjadi." gadis itu mendaratkan sebuah ciuman di pipi kiri Angga.

"Sayangnya cuma sama Ayah, aja. Bunda nggak di sayang, ni." timbrung Merry cemberut.

"Aya, juga sayang sama Bunda. Aya, sayang Ayah sama Bunda." ucapnya sambil menarik tangan sang Bunda.

Cukup lama mereka berpelukan, hingga Angga dengan segera melepaskan pelukannya. "Anak Ayah bener-bener udah gede, cantik lagi." pujinya sekali lagi.

"Makasih Ayah." ucapnya seraya mencium pipi Angga yang sebelah kanan.

"Wajar lah. Aya cantik, siapa dulu Bundanya." Merry berbangga diri.

"Iya, iya, sayang kamu juga cantik." puji Angga yang langsung mencium kening Merry.

Selesai mengobrol cukup lama, mereka bertiga langsung menuruni anak tangga. Sampai di ruang tamu Fella tak langsung membuka suara, ia sibuk memperhatikan ke arah laki-laki berjas putih di balik pintu, yang sedang mengobrol dengan seseorang. Di depannya, ia hanya melihat sepasang orang tua, yang sedikit lebih tua, bisa di bilang seusia nenek dan kakeknya, segera ia menyapanya.

"Malem, Kek, Nek." ucapnya sopan dan seraya mencium tangan kedua orang tua tersebut, sebelum akhirnya Fella duduk di hadapan mereka.

"Subhanallah, anak kamu cantik sekali Angga." puji pria paruh baya itu sebut saja Rehan.

"Bener, anak kamu sungguh cantik, secantik istri mu, cucu saya pasti suka, dengan anak kamu ini Angga." lanjut wanita paruh baya yang ada di sebelahnya sebut saja Rani.

"Terimakasih pujiannya Kek, Nek." Fella tersenyum simpul.

"Terimakasih untuk pujian, Anda tuan Aregan dan nyonya Aregan, saya sangat tersanjun." lanjut Angga.

Kedua orang tua Fella, sibuk berbicara dengan kedua orang tua paruh baya itu. Namun, mata Fella lagi-lagi di sibukkan dengan memandangi punggung laki-laki berjas putih itu, rasa penasarannya semakin timbul bahkan jantungnya mulai berdebar tak karuan. Tanpa sadar sepasang mata sibuk memperhatikannya.

"Fella... boleh Nenek, minta tolong," ucapan Rani, membuat Fella sedikit terkejut.

"Ah.... e-emmm. Iy-a Nek, b-oleh, Ne-nek mau minta tolong apa?" tanyanya dengan nada bicara sedikit gugup.

"Tolong, kamu panggil calon tunangan kamu kesini." perintahnya.

Fella melongo sesaat, ia terkejut dengan kata-kata calon tunangannya. 'Calon tunangan, apanya yang calon tunangan, kenal aja enggak! Duh ngeselin banget,' batin Fella menelan saliva-nya.

"Ia sayang, sekalian kita makan malam bareng, kasian dari tadi mereka di luar, nggak di persilahkan masuk." tambah Merry.

Gadis itu menoleh ke arah Merry, sesaat sebelum akhirnya berdiri. Dengan berat hati ia melangkahkan kakinya. Namun, rasa penasarannya semakin menjadi. Ketika sampai di depan pintu debaran jantungnya semakin tak terkontrol, bahkan Fella sedikit ragu, saat hendak menepuk bahu laki-laki berjas putih itu, tapi sebuah suara menghentikan niatnya.

"Subhanallah Cantika. Tante sampai pangling sama kamu, saking cantiknya." wanita itu langsung memeluk tubuh Fella.

Fella mematung sesaat, ia terkejut karena keluarga Arska yang datang untuk melamarnya.

"T-tante.V-violla, P-pak Hendry." ucapnya gugup.

Violla melepaskan pelukannya, ia tersenyum lega setelah melihat Fella. Arska tak berkedip sedetik pun, ia terpesona dengan kecantikan sang pujaan hatinya. Gadis itu saat ini memakai dress berwarna putih, yang senada dengan jas yang ia kenakan saat ini. Dress tanpa lengan, dengan panjang selutut dan rambut yang di urai ikal, make-up yang tipis, membuatnya seperti bidadari sungguhan.

Sesekali Fella melirik ke arah Arska, Violla yang melihat sikap Fella yang canggung langsung menepuk bahu Arska pelan. "Udah dong Ka, liatinya. Cantika sampai canggung gitu."

"A-hhh.. iy-a ma. Fella cantik banget." ucap Arska gugup.

Fella tersenyum sesaat, kemudian gadis itu mengajak Arska dan kedua orang tuanya untuk makan malam bersama. Kedua keluarga itu sibuk membicarakan taggal dan hari pertunangan yang tepat untuk Fella dan Arska. Mereka sepakat, kelak Fella lulus SMA mereka akan meresmikan pertunangannya, agar tidak menganggu sekolah mereka berdua. Fella dan Arska saling bertukar pandang. Rasa bahagia terlihat jelas dari wajah mereka. Pukul 21.30 keluarga Arska berpamitan untuk pulang terlebih dahulu, tetapi Arska belum rela jika berpisah dengan Fella begitu cepat. Arska meminta izin agar pulang belakangan.

...~Cinta Untuk Fella~...

Di halaman belakang, mereka duduk di kursi panjang sambil melihat bintang- bintang di langit, belom ada yang berani membuka suara untuk mengobrol. Sampai Fella memberanikan diri untuk membuka sebuah percakapan.

"Kenapa nggak ikutan pulang tadi?" tanyanya memecah keheningan.

"Aku, belom ikhlas, ninggalin tunangan aku sendirian, masih rindu." ucapnya seraya memalingkan wajahnya, dan memandang kearah Fella.

Wajah Fella memerah, gadis itu terlihat salah tingkah dengan tatapan Arska yang seperti itu. Dengan segera, Fella pun memalingkannya, senyum simpul menghiasi bibir mungil yang sejak tadi tak bisa untuk tidak tersenyum.

"Malam ini kamu cantik banget, Ay. Sampai aku nggak bisa ngalihin pandangan aku dari kamu, walaupun cuma sedetik." ucapnya seraya meraih kedua tangan Fella.

Fella menoleh, mata bulat coklat miliknya bertemu dengan mata hazel milik Arska. "Manggilnya aku, kamu ya sekarang." ucap Fella sedikit menggoda.

Arska tersenyum, ia mengusap-usap pucuk rambut Fella karena gemas. "Ya kan kita udah tunangan."

"Belom resmi!"

"Ya udah, kita resmi in."

"Nunggu lulus SMA."

"Nggak perlu, kelamaan. Entar banyak yang lirik kamu, aku makin cemburu."

Lelaki itu segera mengeluarkan kotak dari saku jasnya, ia segera membuka kotak tersebut. "Sebarnya aku udah nyiapin ini. Tapi, berhubung belom bisa diresmiin sekarang, karena Tante sama Om mintanya sehabis kamu lulus SMA. Dari pada nggak kepakai ini buat kamu," ucap Arska seraya meraih tangan Fella, lelaki itu langsung memakaikan cincin di jari manis gadis tersebut.

Fella sedikit terkejut dengan tindakan Arska. Namun, ia melakukan hal yang sama. Fella langsung mengambil cincin yang satunya lagi, dan memasangkan cincin tersebut di jari manis Arska. Mereka saling menatap cukup lama.

"A-aku n-nggak nyangka, kalau kamu yang bakalan jadi tunangan aku." suara Fella terdengar sedikit gugup.

"Aku lebih nggak nyangka. Mama tiba-tiba nyuruh aku buat tunangan, tapi aku nggak tau calon aku siapa sebelumnya. Awalnya aku nolak, tapi Mama tetap maksa. Dan Mama bilang kalau itu kamu. Makanya, aku langsung cari cincin dari hasil kerja keras aku." Arska menggenggam kotak yang masih ada di tangannya itu, lelaki itu melihat ke arah kotak tersebut. "Akhirnya, kita benar-benar berjodoh." lanjutnya, seraya meraih kedua tangan Fella dan menggenggamnya dengan sangat erat, mata hazelnya kini menatap lurus kearah gadis pujaannya tersebut.

"Terus kenapa Clara nggak ikut?" tanya Fella menyelidik.

"Hemmm.... Clara ngambek, dia kekeh, nggak mau ikut, dia nggak tau aja kalau yang jadi tunangan kakaknya gadis yang selama ini dia sukai. Aku sama Mama sengaja nggak mau ngasih tau, takut Clara heboh sendiri."

Fella kembali mengembangkan senyumnya, ia bersyukur. Karena cowok yang ada di hadapannya sekarang adalah tunangannya, awalnya dia cuma ngomong ngawur, tapi sekarang menjadi kenyataan. Malam semakin larut, dingin semakin terasa menusuk kedalam tulang rusuk, Arska sesekali melirik ke samping, ia menyadari kalau gadis yang ada di sampingnya sedang kedinginan. Arska segera melepas jas yang masih melekat di tubuhnya, dan meletakan jasnya tersebut di kedua pundak Fella, agar gadis itu tak kedinginan lagi.

"Kalau masuk angin, bisa kena omel Tante sama Om." ucapnya seraya merapikan jasnya itu, agar Fella merasa lebih hangat.

Fella terkejut, jantungnya mulai berdesir kembali, ketika Arska berjarak sangat dekat dengannya. "E-hem, hemm pulang sana. Udah malem, besok masih sekolah kan." ucap Fella mencoba mengalihkan pandangan Arska.

"Iya aku pulang ni, tapi jangan kangen, ya." ucapnya sambil mengusap-usap pucuk rambut Fella.

Fella sekilas melirik ke arah Arska, wajah tampan lelaki tersebut sangat jelas terlihat di hadapannya saat ini.

"Jangan lirik-lirik terus, aku emang ganteng, awas kalau nanti makin sayang, loh." goda Asrka diiringi senyum.

Ucapan Arska berhasil membuat wajah Fella memerah, Fella mengerucutkan bibirnya, ia kesal dengan sikap Arska yang terus menggodanya. Bahkan jantungnya tak bisa memungkiri, saat lelaki itu mendekat otomatis jantungnya semakin cepat ketika berdetak.

"Besok aku jemput ya, boleh kan." tawar Arska.

"Nggak, mau!" sery Fella sambil melipat ke dua tangannya dan menaruhnya di depan dada.

"Kenapa? Aku kan udah jadi tunangan kamu sekarang, masak nggak boleh nganterin tunangan sendiri." jelas Arska.

"Besok seisi sekolahan, jadi heboh... gara-gara ngeliat kamu."

"Bilang aja, kamu cemburu, sayang. Pakai alasan segala." kata Arska sambil mencubit pipi Fella.

"Aw.... sakit tau, tanggung jawab kalau pipi aku bengkak! Lagian, aku wajar lah cemburu, kamu kan udah jadi milik aku!" seru Fella sambil mengelus-elus.

Arska terkekeh mendengar pengakuan polos dari mulut bibir gadis itu. "Duh.... sayang, kasihan banget sih, sini aku cium biar nggak bengkak. Kan kata mu tadi aku udah jadi milik kamu!" Arska memajukan bibirnya menggoda kembali gadis yang ada di sebelahnya itu.

Fella menghalangi dengan tangan kanannya, agar Arska tak semakin mendekat. Merasa gemas dengan tindakan Fella, Arska beralih mengacak-acak rambut gadis itu. Ia semakin tertawa melihat gadis yang ada di depannya saat ini berekspresi cemberut.

"Ih, modus! Itu maunya kamu, udah sana pulang, aku mau tidur!" sambil merapikan rambutnya.

"Iya... udah, aku pulang, jangan lupa mimpin aku ya, sayang." senyum menggoda muncul lagi dari bibir Arska. Arska yang akan beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba terhenti, karena sebuah kecupan manis di pipi sebelah kanannya terasa hangat dan membuat jantungnya serasa bergemuruh.

Fella dengan cepat berlari dan melambaikan tangannya. "Hati-hati pulangnya, nggak usah ngebut-ngebut, sayang. Besok kita ketemu lagi." ucapnya Fella tersenyum. Gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan segera masuk ke dalam rumah. Arska mematung sambil memegangi pipinya, hatinya seakan meledak saking bahagianya, akhirnya usahanya selama ini nggak sia-sia.

Terpopuler

Comments

IchaLove

IchaLove

Nah, loh malah langsung tunangan😃😃

2022-04-16

0

nunu

nunu

baik" ya kalian sebagai kekasih baru 🥰🥰

2022-01-06

1

nunu

nunu

Akhirnya mereka tunangan jangan ada pelakor ya 😇😇

2022-01-06

1

lihat semua
Episodes
1 Wajah Mendung Fella
2 Peduli
3 Gadis kecil yang mengemaskan
4 Pagi hari yang suram
5 Pertemuan
6 Luluhnya Hati Arska
7 Rasa Suka Arska
8 Harapan untuk Arska
9 Kedekatan Antara Fella dan Arska
10 Rasa Sesak itu Muncul lagi
11 Hari Bahagia
12 Pertikaian di Kantin
13 Perhatian Arska
14 Puisi Cinta Untuk Arska
15 Adu Mulut, Bella Vs Brayu
16 Rahasia Brayu
17 Biyang Gosip di kelas
18 Play Boy Galau
19 Rencana Fella dan Arska
20 Pertemuan Yang di Sengaja
21 Ciuman Pertama Fella dan Arska
22 Menjaga Hati Faya
23 Gagalnya Rencana Mona
24 Spesial Biodata:
25 Ketulusan Hati Seorang Arska
26 Pesan Teror untuk Arska
27 Kebahagian Fella yang Paling Penting
28 Pokoknya Aku yang Antar Jemput Kamu, TITIK !!!
29 Trending Topik di Sekolahan
30 Pusat Perhatian
31 Lagu Indah untuk Arska
32 Penculikan
33 Kepanikan Arska
34 I Hate You Mona
35 Tuduhan Dilan
36 Another Threat !!
37 Between Confused and Love
38 Rasa Curiga Fella
39 Seperti Maling yang Tertangkap Basah
40 Are You Okay, Fella!!
41 Pengakuan Cinta Dilan
42 Pengakuan Cinta Dilan 2
43 Pengakuan Cinta Dilan 3
44 Violla yang Syok
45 Fella Pingsan
46 Mimpi atau Nyata
47 Sorry Fella.... Gue Terpaksa Bohong
48 KeKesalan Fella dan Kemarahan Faya
49 Faya Matre
50 Isi Hati Fella
51 Kecelakaan
52 Bangun Sayang!!!
53 Bella di Tembak, Brayu Cemburu
54 Pura-Pura Amnesia
55 Pura-pura Amnesia 2
56 Mulut Ember Faya
57 Trik yang Membuahkan Hasil
58 Rindu yang Mengebu
59 Liburan
60 Suara Petir yang Marah
61 Sorak Sorai di Pagi Hari
62 Iseng
63 Berdua itu Lebih Romantis
64 Sikap yang Berubah-ubah
65 Demam
66 Hujan Tanpa Petir itu Menyenangkan
67 Balik Jakarta
68 Go to School
69 Terpaksa Pulang Bareng
70 Perang Batin yang Berujung Manis
71 Belajar Bersama
72 Pajak Jadian
73 Seharian Bersama Arska
74 Baku Hantam
75 Tawa Malam di Kediaman Moregan
76 Leon dan Genk Motornya
77 Cibiran di Pagi Hari
78 Mikirin Kamu
79 Saran dari Mantan
80 Kejutan yang Menyebalkan
81 Senam Jantung
82 Mata-Mata Untuk Arska
83 Rasa Cemburu Arska
84 Ketika Kesalahpahaman Kembali Hadir
85 Ikut Camping
86 Berangkat Camping
87 Terlambat
88 Jadi Kakak Pembimbing
89 Cemburu
90 Kamu Injak Kaki Aku!!
91 Saling Cemburu
92 Hukuman yang Manis
93 Nasi Goreng
94 Putus Lebih Baik
95 Malam Api Unggun
96 Kebersamaan
97 Teori Lima Detik
98 Teori Lima Detik 2
99 Teori Lima Detik 3
100 Kesempatan
101 Terjebak Hujan
102 Menginap di Rumah Fella
103 Penganggu
104 Hari Yang di Tunggu
105 Pertukaran Cincin
106 Hari Pertama Ospek
107 Menjadi Incaran Para Senior
108 Perkelahian
109 Hari ke Dua Ospek
110 Gosip atau Fakta
111 Pura-Pura Jadi Pacar
112 Hadirnya Musuh di Keluarga Moregan
113 Identitas Asli Bella
114 Merasa Bersalah
115 Fella Sakit
116 Nasehat Dari Arska
117 Bella Vs Brayu
118 Kekonyolan Fella
119 Terlalu Nyaman
120 Sisi Lain Arska
121 Jiwa Akutansi
122 Kesedihan Brayu
123 Merasa di Rugikan
124 Ajakan untuk Menikah
125 Menghadap Calon Mertua
126 Bahan Candaan
127 Cari Muka
128 Paksaan dari Brayu
129 Cuma Pacar
130 Kesuraman
131 Wanita Gila!!
132 Tentang Perasaan Bella
133 Menyerah
134 Terlihat Imut
135 Calon Pengantin Pria
136 Hari Bahagia Itu Datang
137 Lelah Yang Membahagiakan
138 Pengantin Baru
139 Merebutkan Bella
140 Ciuman tak Langsung
141 Undangan Dari Bella
142 Ulang Tahun Bella
143 Sesakit Ini?
144 Kuatkan Diri
145 Bahan Bullyan!!
146 Kecemburuan Arska
147 Ingin di Nikahkan!
148 Tersulut Emosi
149 Menurunkan Ego!
150 Menyelesaikan Maslah
151 Rencana Gagal
152 Undangan Pernikahan
153 SAH!!
154 Malam Pertama (Perdebatan)
155 Menginginkan Cucu!!
156 Menginginkan Cucu 2
157 Menahan Rasa Malu
158 Jogja!
159 Tragedi di Jogja!
160 Sasange
161 Heha SKY View
162 Menjadi Tersangka
163 Ketakutan!!
164 Ketakutan 2
165 Masa Liburan Telah Berakhir!
166 Terpojok!
167 Rey Kampret !
168 Tiga Syarat!
169 Mengakhiri Drama!
170 Meminta Bantuan Bella
171 Kencan
172 Kencan Yang Gagal.
173 Terjebak Di Perpustakaan
174 Rasa Kesal!
175 Dia Spesial Di Mata Ku!
176 Terlalu PD
177 Romantisme Hilang Sekejab
178 Tak Ada Kabar
179 Meminta Maaf!
180 Kesialan Kevin
181 Elo Lagi!
182 Morning Kiss
183 Fella Ngidam
184 Gara-gara Mie Instan
185 Menjadi Penguntit
186 Terlalu Polos
187 Salah Sasaran
188 Acara Pertunangan
189 Mendapat Restu
190 Balikan!
191 Kelahiran Sang Penerus (END)
Episodes

Updated 191 Episodes

1
Wajah Mendung Fella
2
Peduli
3
Gadis kecil yang mengemaskan
4
Pagi hari yang suram
5
Pertemuan
6
Luluhnya Hati Arska
7
Rasa Suka Arska
8
Harapan untuk Arska
9
Kedekatan Antara Fella dan Arska
10
Rasa Sesak itu Muncul lagi
11
Hari Bahagia
12
Pertikaian di Kantin
13
Perhatian Arska
14
Puisi Cinta Untuk Arska
15
Adu Mulut, Bella Vs Brayu
16
Rahasia Brayu
17
Biyang Gosip di kelas
18
Play Boy Galau
19
Rencana Fella dan Arska
20
Pertemuan Yang di Sengaja
21
Ciuman Pertama Fella dan Arska
22
Menjaga Hati Faya
23
Gagalnya Rencana Mona
24
Spesial Biodata:
25
Ketulusan Hati Seorang Arska
26
Pesan Teror untuk Arska
27
Kebahagian Fella yang Paling Penting
28
Pokoknya Aku yang Antar Jemput Kamu, TITIK !!!
29
Trending Topik di Sekolahan
30
Pusat Perhatian
31
Lagu Indah untuk Arska
32
Penculikan
33
Kepanikan Arska
34
I Hate You Mona
35
Tuduhan Dilan
36
Another Threat !!
37
Between Confused and Love
38
Rasa Curiga Fella
39
Seperti Maling yang Tertangkap Basah
40
Are You Okay, Fella!!
41
Pengakuan Cinta Dilan
42
Pengakuan Cinta Dilan 2
43
Pengakuan Cinta Dilan 3
44
Violla yang Syok
45
Fella Pingsan
46
Mimpi atau Nyata
47
Sorry Fella.... Gue Terpaksa Bohong
48
KeKesalan Fella dan Kemarahan Faya
49
Faya Matre
50
Isi Hati Fella
51
Kecelakaan
52
Bangun Sayang!!!
53
Bella di Tembak, Brayu Cemburu
54
Pura-Pura Amnesia
55
Pura-pura Amnesia 2
56
Mulut Ember Faya
57
Trik yang Membuahkan Hasil
58
Rindu yang Mengebu
59
Liburan
60
Suara Petir yang Marah
61
Sorak Sorai di Pagi Hari
62
Iseng
63
Berdua itu Lebih Romantis
64
Sikap yang Berubah-ubah
65
Demam
66
Hujan Tanpa Petir itu Menyenangkan
67
Balik Jakarta
68
Go to School
69
Terpaksa Pulang Bareng
70
Perang Batin yang Berujung Manis
71
Belajar Bersama
72
Pajak Jadian
73
Seharian Bersama Arska
74
Baku Hantam
75
Tawa Malam di Kediaman Moregan
76
Leon dan Genk Motornya
77
Cibiran di Pagi Hari
78
Mikirin Kamu
79
Saran dari Mantan
80
Kejutan yang Menyebalkan
81
Senam Jantung
82
Mata-Mata Untuk Arska
83
Rasa Cemburu Arska
84
Ketika Kesalahpahaman Kembali Hadir
85
Ikut Camping
86
Berangkat Camping
87
Terlambat
88
Jadi Kakak Pembimbing
89
Cemburu
90
Kamu Injak Kaki Aku!!
91
Saling Cemburu
92
Hukuman yang Manis
93
Nasi Goreng
94
Putus Lebih Baik
95
Malam Api Unggun
96
Kebersamaan
97
Teori Lima Detik
98
Teori Lima Detik 2
99
Teori Lima Detik 3
100
Kesempatan
101
Terjebak Hujan
102
Menginap di Rumah Fella
103
Penganggu
104
Hari Yang di Tunggu
105
Pertukaran Cincin
106
Hari Pertama Ospek
107
Menjadi Incaran Para Senior
108
Perkelahian
109
Hari ke Dua Ospek
110
Gosip atau Fakta
111
Pura-Pura Jadi Pacar
112
Hadirnya Musuh di Keluarga Moregan
113
Identitas Asli Bella
114
Merasa Bersalah
115
Fella Sakit
116
Nasehat Dari Arska
117
Bella Vs Brayu
118
Kekonyolan Fella
119
Terlalu Nyaman
120
Sisi Lain Arska
121
Jiwa Akutansi
122
Kesedihan Brayu
123
Merasa di Rugikan
124
Ajakan untuk Menikah
125
Menghadap Calon Mertua
126
Bahan Candaan
127
Cari Muka
128
Paksaan dari Brayu
129
Cuma Pacar
130
Kesuraman
131
Wanita Gila!!
132
Tentang Perasaan Bella
133
Menyerah
134
Terlihat Imut
135
Calon Pengantin Pria
136
Hari Bahagia Itu Datang
137
Lelah Yang Membahagiakan
138
Pengantin Baru
139
Merebutkan Bella
140
Ciuman tak Langsung
141
Undangan Dari Bella
142
Ulang Tahun Bella
143
Sesakit Ini?
144
Kuatkan Diri
145
Bahan Bullyan!!
146
Kecemburuan Arska
147
Ingin di Nikahkan!
148
Tersulut Emosi
149
Menurunkan Ego!
150
Menyelesaikan Maslah
151
Rencana Gagal
152
Undangan Pernikahan
153
SAH!!
154
Malam Pertama (Perdebatan)
155
Menginginkan Cucu!!
156
Menginginkan Cucu 2
157
Menahan Rasa Malu
158
Jogja!
159
Tragedi di Jogja!
160
Sasange
161
Heha SKY View
162
Menjadi Tersangka
163
Ketakutan!!
164
Ketakutan 2
165
Masa Liburan Telah Berakhir!
166
Terpojok!
167
Rey Kampret !
168
Tiga Syarat!
169
Mengakhiri Drama!
170
Meminta Bantuan Bella
171
Kencan
172
Kencan Yang Gagal.
173
Terjebak Di Perpustakaan
174
Rasa Kesal!
175
Dia Spesial Di Mata Ku!
176
Terlalu PD
177
Romantisme Hilang Sekejab
178
Tak Ada Kabar
179
Meminta Maaf!
180
Kesialan Kevin
181
Elo Lagi!
182
Morning Kiss
183
Fella Ngidam
184
Gara-gara Mie Instan
185
Menjadi Penguntit
186
Terlalu Polos
187
Salah Sasaran
188
Acara Pertunangan
189
Mendapat Restu
190
Balikan!
191
Kelahiran Sang Penerus (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!