Minggu pagi dengan cuaca yang sangat cerah. Fella masih bermalas-malasan di tempat tidurnya. Sedangkan Merry masih sibuk di dapur menyiapkan untuk sarapan pagi, sambil melihat ke arah meja makan yang masih kosong, tanpa adanya Fella di sana.
Merry pun langsung bertanya kepada Angga. "Yah, Fella kemana? Sudah jam segini, belom juga keluar dari kamar," ucap Merry sambil meletakan lauk dan piring di atas meja makan.
"Mungkin masih tidur, Bun. Biarin aja. Mumpung hari minggu, jarang-jarang kan, anak kita itu ada di rumah," jawab Angga tanpa melihat ke arah sang istri, lelaki setengah baya itu masih sibuk dengan koran paginya.
Merry hanya menggeleng-geleng kan kepalanya pelan, saat mendengar ucapan suaminya itu, lelaki itu terlalu memanjakan anaknya. Wanita setengah baya yang masih terlihat cantik dan awet muda itu langsung melangkahkan kakinya untuk menaiki anak tangga dan membangunkan putrinya.
Beberapa kali Merry mengetuk pintu. Namun, tak juga membangunkan putri semata wayangnya itu. Dengan pelan Merry pun membuka pintu kamar Fella.
"Sayang, bangun ... nggak baik anak perawan, males-malesan kaya gini, mandi sana, terus sarapan atau main kemana gitu biar nggak suntuk," ucap Merry sambil duduk di tepi ranjang.
"Hem....... Bunda gangguin mimpinya Aya aja, sih. Masih seru tau, Bun. Belum bersambung," gerutu Fella di balik selimut.
"Yah... anak perawan Bunda ini. Kok payah, sih. Baru putus cinta aja, langsung males-malesan kaya orang frustasi, nggak ada semangat hidup, padahal cowok nggak cuma satu," ledek Merry dengan nada suara yang sengaja di perkeras.
Segera Fella menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Bunda! Tau dari mana, sih? Aku putus sama Andy, Bunda ngeselin banget tau!" seru Fella dengan memajukan bibirnya.
"Bunda, tau dari mana itu nggak penting sayang. Tapi, jangan karena masalah cowok. Terus kamu jadi orang yang ngeselin. Kasihan Faya sama Bella, di cuekin terus. Banyak diem itu juga nggak baik loh, sayang. Nanti yang ada cuma banyak nimbulin musuh," ucap Merry menasehati, wanita itu mengalihkan tangannya untuk mengelus rambut Fella.
"Aya tau, tapi ini hidup Aya, Bun. Biar Aya selesain sendiri. Lagian, Aya udah tau kok, siapa yang ember, pasti si Faya. Iya kan Bun?" tanya Fella sedikit menyelidik. Merry hanya tersenyum melihat putri semata wayangnya itu. Gadis itu sudah semakin dewasa, pantas saja dia sangat galau saat mengalami putus cinta.
"Bunda, tuh di tanya malah senyam-senyum, nggak jelas banget." kata Fella jengkel.
"Mungkin, Aya bisa cuek terus, dan nggak peduli sama kedua sahabat kamu itu. Tapi, Aya nggak bisa cuekin Bunda sama Ayah." Merry merasa gemas melihat kelakuan anaknya itu, dan tanpa sadar Merry mencubit pipi Fella dengan gemasnya.
"Ah.... Bunda sakit tau!" teriak Fella seraya mengusap- usap pipinya itu, bibirnya mengerucut sudah seperti bebek. Tanpa bosa-basi gadis itu langsung memeluk Merry dengan eratnya. "Aya, SAYANG Ayah sama Bunda! Pokonya kalian itu orang tua paling the best," ucap Fella dengan memejamkan matanya, gadis itu memajukan bibirnya. Rasanya nyaman sekali berada di pelukan Merry.
Merry tersenyum kembali, melihat tingkah manja putri itu, yang memang sudah lama tak pernah ia lihat, semenjak gadis itu sibuk dengan dunianya sendiri.
"Mandi sana, gih. Bauk tau!" seru Merry yang sengaja meledek.
"Apa Bunda? Bau? Padahal Aya itu udah mandi loh," ucap Fella sambil mendorong pelan tubuh Merry.
"Kapan mandinya? Muka masih kusut, rambut masih acak-acakan, pantes aja si Andy pilih yang lain," ledek Merry sekali lagi.
"Bunda....... ngeselin banget, sih. Aya itu beneran udah mandi!" ucap Fella memelankan suaranya.
"Kapan mandinya? Kok Bunda nggak tau," kata Merry sambil mengerutkan keningnya.
"Kemarin sore, Aya mandinya Bun," kata Fella nyengir kuda.
"Ya Tuhan, anak gadis ku ternya...." belom sempat melanjutkan ucapannya, Merry beranjak dari tempat duduknya, kemudian melangkahkan kakinya beberapa langkah untuk menuju pintu keluar.
"Bunda, nggak di lanjutin ngomongnya, malah mau pergi," ucap Fella penasaran.
"Anak gadis Bunda itu, ternyata jorok banget..... pantesan aja Andy minta putus!" ledek Merry, di iringi tawa kecil karena bahagia melihat putrinya berwajah kesal. Merry segera memegang handle pintu dan membukanya cukup lebar, setelah itu menutupnya kembali.
"Ya ampun, Bunda ngeselin banget, sih!" teriak Fella sambil melemparkan bantalnya ke arah pintu.
'Hem, Bunda itu ngeselin, tapi kadang ada benarnya juga. Meski aku bisa cuek ke siapa aja, tapi aku tetep nggak bisa cuek sama Ayah dan Bunda.' gerutu Fella dalam hati. Gadis itu kemudian menjatuhkan tubuhnya ke kasur, sejenak Fella memejamkan matanya, hingga terdengar suara ponselnya yang terus berdering.
"Ah..... gangguin aja, sih. Siapa lagi, jam segini telpon," gumam Fella sambil meraih ponselnya dan menekan tombol hijau dengan malasnya.
"Hem, halo," ucap Fella, suaranya terdengar malas sekali.
"Eh, jam segini. Anak gadis belom juga bangun!" seru Bella dari sebrang telpon.
"Hem, masih pagi juga Bel. Lo itu gangguin mimpi gue." balas Fella dengan malas dan sedikit nyolot.
"Oh ......bener ya, kata tante. Habis putus hilang semangat. Hidup segan mati tak mau!" ledek Bella dengan tawa kecil.
"Ya udah, kalau kamu telpon cuma mau ngeledekin aku, mending aku matiin aja dan balik tidur!" ancam Fella sebel.
"Eh, jangan gitu dong Fel, masak gitu aja langsung ngambek. Lagian, niat aku juga baik, mau ngajakin kamu main. Udah lama banget kan kita nggak main bareng, sekali-kali cuci mata kek biar seger. Siapa tau dapet cowok ganteng." ucap Bella memohon.
Fella tak langsung mengiyakan ucapan sahabatnya itu, karena Fella semenjak putus dengan Andy jarang sekali yang namanya main, gadis itu lebih suka di rumah dan bermalas-malasan seperti saat ini.
Bella masih menunggu jawaban dari Fella, namun gadis itu tak juga mengindahkan ajakannya, dengan hati yang sudah sangat jengkel, Bella pun berteriak dengan sangat keras. Sampai membuat Fella menjauhkan benda pipih tersebut dari telinganya. Rasanya, gendang telinganya pun ingin pecah, saat mendengar teriakan Bella yang begitu melengking di telinganya.
"Fella! Dengerin gua ngomong nggak sih!" seru Bella sebel.
"Woy! Mau bikin telinga aku jadi budek apa gimana, sih! Kuping aku sakit tau! Iya, iya.... aku mandi dulu, tapi entar kabarin ya, berangkat jam berapa? Aku bawa mau motor sendiri, nggak usah di jemput, langsung ketemuan aja di sana, oke!!" seru Fella sambil mematikan ponselnya.
"Nggak Bunda, nggak Bella, sama aja. Ah..... semuanya sama-sama ngeselin! Nggak tau apa? Kalau aku itu, lagi pw sama tempat tidur." gumam Fella sambil mengatur napasnya yang naik turun itu, gadis itu langsung beranjak dari ranjangnya.
...~Cinta Untuk Fella~...
Siang yang terik, membuat Fella melajukan motor sportnya dengan lebih cepat. Sesekali Fella melihat jarum jam yang ada tangannya. 'Ya ampun, telat, nih!' ucap Fella dalam hati, kemudian ia menambah kecepatan pada laju motor sportnya itu.
Setengah jam, akhirnya gadis itu sampai di tempat tujuan. Fella langsung memarkirkan motornya dan berlari masuk kedalam dengan napas yang tak beraturan.
"Maaf, aku telat!" seru Fella, sambil mengatur napasnya yang naik turun karena berlari. Kedua gadis itu, belum juga membuka suara. Mereka keduanya lebih asyik mengobrol dengan laki-laki yang berada di hadapan mereka saat ini, dengan jengkel Fella menginjak kaki Faya.
"Ah, sakit....Fel! Dasar lo ya, nggak bisa ngeliat sahabat seneng sedikit!" ucap Faya sambil memegangi kakinya.
"Oh....... lagi seneng, baru asyik sendiri-diri juga, nih. Ya udah lah, mending balik aja!" ancam Fella kesal, sambil memutar tubuhnya dan melangkahkan kakinya pelan.
"Yah, Fella. Gitu aja ngambek!" cegah Bella dengan meraih tangan Fella yang hendak pergi.
"Iya, nih. Jangan ngambek dong, Fel. Gue tuh sengaja, ngundang elo kesini buat kenalin Arya sama Brayu. Temen baru kita," ucap Faya mengenalkan kedua cowok tersebut.
Dengan cuek Fella menjawab. "Ya, salam kenal," ucapnya singkat, seraya memalingkan wajahnya seraya melipat kedua tangannya dan menaruhnya di depan dada.
"Temen lu cantik juga, Fay. Siapa namannya?" tanya Brayu, mencoba menggoda Fella.
"Hehehe...... iya, cantik si Bray, cuma juteknya kebangetan." balas Faya.
Fella tak menghiraukan ucapan mereka, mata Fella hanya tertuju kepada satu gadis kecil yang sedang menangis di keramaian, tanpa ada yang mempedulikannya.
Gadis itu tak mengucapkan satu patah kata pun, ia memilih pergi tanpa berpamitan dengan kedua sahabatnya, karena sahabatnya juga sedang asyik mengobrol dengan cowok-cowok kenalannya itu.
"Tapi, gue lebih suka model cewek kaya temen lo itu, Fay. Cantiknya natural, nggak di buat-buat, terus nggak banyak ngomong, dan yang pasti cewek kayak gitu pasti setianya." puji Brayu yang masih mengagumi Fella.
Faya memajukan bibirnya, dengan kepala yang menoleh ke kanan dan ke kiri. Rasanya ia kesal karena dirinya tak memenuhi syarat yang di ucapkan oleh Brayu tadi, karena dirinya tergolong sebagai gadis cerewet, bukan pendiam.
"Bel, Fella kemana? Tadi kayaknya dia disini, deh. Kok main ngilang gitu aja, sih. Itu anak?" tanya Faya yang masih celingukan mencari dimana sahabatnya itu berada.
Bella hanya menggelengkan kepalanya, sambil mengangkat kedua bahunya, karena ia masih asyik mengobrol dengan Arya.
Dengan langkah cepat Fella mendekati gadis itu sambil bertanya. "Hay, adek kecil, kok sendirian aja? Mama, Papa kamu kemana?" tanya Fella dengan senyum yang sengaja di perlihatkan agar terkesan manis, jika bertemu dengan anak kecil. Gadis itu berjongkok agar bisa melihat lebih jelas muka gadis kecil yang sekarang ada di depannya itu.
Gadis kecil itu masih menangis, dia tak menjawab pertanyaan Fella. Fella yang memang menyukai anak kecil dari dulu pun, kembali bertanya. "Adek, mau ikut kakak nggak? Beli es krim. Kakak yang traktir. Tapi adek harus janji dulu sama kakak, nggak boleh nangis lagi, yah." ujar Fella sambil menampakan senyum manisnya itu lagi.
Gadis itu memandang Fella dengan seksama, melihat senyum manis Fella yang begitu ramah, membuat gadis itu berucap. "Mau, tapi kakak bukan orang jahat kan, yang mau culik aku!" ucapnya polos, gadis itu langsung menghapus air matanya.
Fella tertawa kecil dan sesekali menaikan kedua bahunya, dia semakin gemas dengan sikap gadis kecil itu. "Emang tampang kakak udah kayak penculik ya? Serem?" tanya Fella lembut seraya memegangi kedua pundak gadis kecil itu.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Sesegukan masih terdengar di mulut bibir gadis itu.
"E-e-nggak, k-kakak kelihatanya orang baik," ucapnya diiringi sesegukan yang semakin membuatnya terlihat lucu.
"Kamu kok gemesin banget sih, dek." kata Fella yang kini mulai mengelus-elus kepala gadis itu, sambil terus mengembangkan senyumnya.
"Kakak Cantik." puji gadis itu. Fella semakin mengembangkan senyumnya dan kembali berkata.
"Kamu lebih Cantik, adek yang manis, plus imut." puji Fella, seraya berdiri sambil mengandeng tangan gadis kecil itu, dan mengajaknya pergi dari tempat itu dengan segera mungkin. Setelah puas memakan es krim, Fella mengajak gadis itu melihat-lihat boneka. Jiwa ke-kakaknya muncul dengan tiba-tiba. Gadis itu mengambil boneka panda yang terlihat imut untuk gadis kecil tersebut.
"Ow, iya. Kakak hampir lupa nanyain nama kamu. Nama kamu siapa?" tanya Fella dengan nada lembut, seraya mengajak gadis kecil itu untuk duduk.
"Nama aku Clara kakak. Nama kakak siapa?" tanya gadis kecil itu dengan muka yang sengaja di buat imut.
"Ih, kok kamu imut banget sih. Pengen kakak bawa pulang, deh. Jadinya," kata Fella terkekeh sambil mencubit pipi Clara dengan gemasnya.
"Kakak.... nggak ngasih tau Clara, nama kakak siapa?" tanya Clara dengan memajukan bibirnya.
"Nama kakak, Fella Anastasia Cantika, terserah kamu mau panggil kakak apa?" jawab Fella seraya merapikan rambut Clara kembali.
"Kak Fella ya. Emmm... Clara boleh panggil kak Cantika aja enggak?" tanya Clara berharap. Fella yang mendengar ucapan Clara semakin melebarkan senyumnya.
"Boleh, tapi Clara harus pulang dulu, ya. Kasihan Mama sama Papa pasti cemas nyariin kamu," kata Fella masih belum mengalihkan pandangannya dari Clara.
"Clara, pengen sama kak Cantika, Clara nggak mau pulang." titahnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca .
"Lah, kok nggak mau pulang? Kasihan Mama sama Papa. Lain waktu bisa kok ketemu sama kakak lagi." ujar Fella seraya memeluk tubuh mungil gadis kecil yang sekarang ada di hadapannya itu. Clara membalas pelukan Fella dengan eratnya.
"Kak Cantika, mau anterin Clara pulang enggak?" pinta Clara memohon.
Fella mendorong pelan tubuh Clara dan berkata. "Clara, ingat nggak? Alamat rumahnya dimana? Kalau Clara ingat, kakak pasti anterin pulang." katanya pelan, seraya menguar senyum karena melihat tingkah laku Clara yang menurutnya imut itu.
"Jln. Mawar, Kenangan No.6, kak." jawab Clara dengan ekspresi senangnya, saat mendengar Fella mau mengantarnya pulang.
"Oke... ayo pulang, kasihan Mama sama Papa pasti udah nyariin," ucap Fella seraya mengandeng tangan Clara.
"Kak Cantika, tau alamat rumah aku?" tanya Clara pelan, dengan wajah mendongak.
Gadis itu mengangguk, "Kakak tau alamatnya. Kalau berangkat sekolah kakak sering lewat situ." balas Fella tanpa melepas tangan mungil Clara.
Fella melajukan motor sportnya pelan, tapi pasti. Gadis itu begitu bersyukur, jika mengingat kejadian tadi pagi yang membuat moodnya kurang bagus, bahkan ia sangat malas sekali untuk keluar kandang, kalau bukan karena Merry dan Bella yang terus menerus cerewet terhadap dirinya, ia lebih memilih untuk bersarang di dalam kamar seharian. Namun sekarang keadaan berbanding balik, dia bertemu dengan Clara dan moodnya sedikit membaik, di jalan Fella dan Clara hanya bercanda dan tak terasa Clara sudah sampai di depan gerbang rumahnya.
Satpam yang berjaga di rumahnya pun segera membukakan pintu gerbang tersebut. Saat memasuki halaman rumah, Fella mengamati jika gadis yang ada di jok belakangnya itu ternyata anaknya orang berada. Terlihat jelas dari rumah megah dan halaman yang luas.
"Udah sampai, Clara," ucap Fella menghentikan laju sepeda motornya. Gadis itu langsung turun dan membantu Clara untuk segera turun dari motor kesayangannya itu.
"Yah, kak Cantik. Clara kan pengen sama kak Cantika, tapi kok udah sampai rumah, sih." keluh Clara sedikit kecewa, seraya menatap ke arah Fella dengan mimik wajah memelas.
Fella menggaruk kepalanya yang tak gatal, saat helm full face-nya sudah terlepas. Ia bingung harus mengucapkan kata apa? Sedangkan gadis kecil itu terus merajuk ingin bersama dengannya.
"Kak Cantika ternyata keren ya. Selain cantik, kakak jago juga pakai motor cowok ya. Kakak aku juga punya, tapi Clara nggak pernah di ajak main pakai motor-nya, pelit banget kan kak." tutur Clara yang kini telah menundukkan wajahnya, setelah memuji Fella.
'Gila, aku di puji terus sama ini anak. Bisa meleleh kan hati aku, kalau terusan sama dia. Astaga, lama-lama aku minta sama Bunda buat bikinin satu yang kaya gini,' batin Fella sedikit membayangkan jika memiliki adek baru.
Clara mengangkat wajahnya kembali, karena Fella tak juga merespon perkataannya. "Kak Cantika marah ya sama aku? Kakak kok diem aja?" tanyanya dengan penuh ke-penasaran. Gadis kecil itu langsung menggoyang-goyangkan tangan Fella.
"A-ah, apa Clara? Kak nggak denger," jawabnya.
"Kakak nggak suka ya, sama Clara. Makanya kakak diem aja."
Fella langsung berjongkok, memegangi kedua pundak Clara. "Maafin kakak ya, kakak tadi baru bayangin punya adek lagi." jawabnya malu-malu.
"Clara, mau kok jadi adek-nya kak Cantika, bawa Clara pulang aja ya, kak." Clara mulai merajuk kembali.
'Astaga, bisa langsung masuk penjara dong. Di kiranya aku nyulik anak orang,' pikir Fella sejenak.
"Kalau Clara jadi adek-nya kak Cantika, Clara bisa tiap hari diboncengi naik motor kaya gini. Kalau sama kakak, mana mau ajak Clara, pasti Clara cuma kena marah." ucap gadis kecil itu lagi.
Fella sedih, karena melihat ekspresi wajah Clara yang terlihat memelas, setelah menceritakan tentang kakak kandungnya itu.
"Mungkin, kakak Clara nggak mau kalau adek-nya kepanasan atau dalam bahaya. Menurut kakak sih, itu wajar. Setiap kakak itu, ingin melakukan yang terbaik untuk adek-nya. Bahkan untuk melindunginya pun harus ekstra lebih, kalau kakak jadi kakak kamu, kakak pasti akan ngelakuin hal yang sama. Saran kakak, Clara kalau udah besar, jangan kaya kakak ya. Nggak sopan cewek pakai motor cowok kaya gini, walaupun sebenernya kakak juga malu buat ngomongnya. Tapi udah terlanjur hobi, mau gimana lagi," ucap Fella panjang lebar sambil nyengir kuda.
"Iya kak Cantik, tapi kak Cantika keren banget tau, Clara nggak bohong. Clara jadi pengen lebih deket sama kakak." ujarnya sambil memberikan acungan jempol. "Ow, iya kak. Kak Cantik masuk dulu ya, aku kenalin sama kakak aku yang ganteng," pinta Clara sambil menarik tangan Fella untuk masuk ke teras rumahnya.
"Kapan-kapan aja ya, kakak mampir-nya, udah sore. Nanti kakak di cariin sama Bunda dan Ayah. Biasa, walau pun udah gede tapi masih sering di perlakuin kaya anak kecil. Ow, iya habis masuk, Clara jangan lupa telpon Mama sama Papa ya. Kasihan mereka kalau masih nyariin kamu" perintah Fella, sambil merapikan rambut gadis itu karena sedikit berantakan.
Arska yang mendengar suara motor sport berhenti tepat di depan rumahnya, langsung berjalan menuju arah pintu utama, dan akan membuka pintu tersebut. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering, dan Arska langsung melihat ke layar ponselnya, untuk mengetahui siapa yang menelpon, 'ternyata Mamah,' pikir Arska dan segera mengangkatnya. "Halo Ma. Ada apa? Kenapa telpon Arska?" tanya Arska memastikan.
Suara tangis sang Mama pecah saat Arska sudah mengangkat telponnya, membuat Arska panik dan kembali bertanya. "Halo, Mama. Ada apa? Kenapa Mama nangis?" ucap Arska sekali lagi dengan nada pelan dan penuh kecemasan.
"Adik kamu hilang Ka, Mama bingung. Dari tadi udah nyari, di pusat informasi perbelanjaan, tapi nggak ketemu-temu. Mama juga udah nyari kemana-mana, tapi nggak ketemu juga Ka." balas sang Mama sambil menangis tersedu.
"Apa Ma? Clara ngilang? Itu anak selalu bandel Ma, kalau di kasih tau nggak pernah nurut," kata Arska menepuk keningnya, seraya membuka pintu tapi hanya separuhnya.
Cklek!
Arska mendongak keluar sebentar dan melihat siapa yang sedang berada di depan rumahnya itu, adek-nya ternyata sudah berada di sana bersama gadis asing sambil tertawa. Arska tersenyum dan berkata. "Mama jangan khawatir. Clara udah sampai di rumah." jelas Arska yang masih terpukau karena melihat adek-nya begitu akrab dengan gadis yang ia tidak kenal itu. Lelaki itu langsung memutuskan sambungan telponnya setelah memberi tahu sang Mamanya.
"Cantik." gumam Arska pelan. Sambil menutup pintunya sedikit, rasanya ini kali pertamanya lelaki tampan itu mengintip.
Fella langsung berpamitan dan sebelum pergi, gadis itu melontarkan senyuman manisnya kearah Clara, sambil melambaikan tangannya.
Clara membalasnya dan langsung mendorong pintu rumahnya dengan pelan, gadis kecil itu terkejut melihat sang kakak yang sudah berada di balik pintu tersebut.
"Sejak kapan? Kakak jadi tukang intip," celoteh Clara dengan berteriak.
Arska menggaruk kepalanya yang tak gatal, lelaki itu hampir lupa, dengan tuyul kecil yang baru saja masuk ke dalam rumah tersebut, ia terlalu terpesona dengan gadis yang baru saja mengobrol dengan adek-nya itu.
"He, Adek kakak ini bandel ya ternyata, main ngilang-ngilang. Bikin Mama khawatir sampai nangis kejer. Terus sekarang kakak di teriakin, gara-gara ketahuan ngintip." kata Arska tak menyangkal jika dirinya memang mengintip.
"Habisnya Mama sibuk sendiri. Ya udah Clara jalan-jalan sendiri, aja. Terus Clara nggak tau Mama kemana? Terus Clara ketemu sama Kak Cantika. Diajakin jalan-jalan, sama kak Cantika sampai dibeliin boneka ini." ucap Clara dengan polosnya, bibirnya mengerucut seraya memeluk boneka panda itu.
"Kak Cantika? Yang barusan nganterin kamu itu, ya?" tanya Arska sambil menunjuk keluar rumah. Lelaki itu memandang Clara dengan tatapan lurus.
Clara tak menjawab pertanyaan dari sang kakak. Gadis kecil itu hanya mengangguk. "Kakak, tadi kenapa nggak keluar? Padahal aku pengen ngenalin kakak sama Kak Cantika." ucap Clara dengan rasa kecewa.
"Ya udah, kapan-kapan ya kenalannya sama Kak Cantika, yang penting kamu udah sampai rumah dengan selamat," tutur Arska sambil mengelus-ngelus kepala gadis mungil itu.
'Cantik, tapi sayang nggak langsung kenalan,' batin Arska sambil mengeluarkan senyuman sinis-nya, sesekali ia menggigit bibir bawahnya karena gemas. Sepertinya lelaki itu akan mencari informasi tentang Fella, karena debaran jantungnya mulai melewati batas maksimal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
IchaLove
Semangat thor
2022-04-16
0
Bundanya M Arya
semoga jadi obat hati nya Fella lanjut
2022-04-06
1
Alya lii
penasaran sama pisualnya thor🤔
2022-01-12
0