"Tidak Aronz, tunggulah di sini. Aku akan membawanya pulang. Anggaplah dia seperti ibu mu, Aronz."
Aronz menunduk, ia tidak yakin jika Violeta mau dengannya atau mau menerimanya. Ia menarik satu sudut bibirnya. "Ayah, apa Ayah yakin Duchess akan menerima ku?"
Duke Aland mengangguk antusias seraya menghapus air matanya kembali. "Dia wanita yang baik, dia akan menerima mu. Dia wanita penyayang, Aronz," ujar Duke Aland meyakinkan hati Aronz. Ia tahu, Aronz sangat ragu.
"Ibu ku sudah menyakitinya Ayah."
"Bukan hanya ibu mu, tapi aku juga, maka dari itu, kita harus bersama agar Duchess mau menerima kita."
"Ijinkan aku ikut dengan ayah, aku juga ingin lebih dekat dengan Alfred dan Aleta."
Duke Aland berdiri, ia menyodorkan tangannya dan Aronz pun menerima uluran tangan itu. "Ayo ayah,"
Kedua pun bersiap-siap, Aronz tampak semangat, namun semangat itu masih menyisakan kekhawatiran, Alfred dan Aleta, ia yakin setelah mengetahui identitasnya. Kedua saudaranya itu akan sulit menerimanya. Sedangkan Duke Aland, ia meraba lukisan itu dan tersenyum. "Aku datang, Vio. Aku datang menjemput mu."
Duke Aland keluar dari kamarnya, tak jauh darinya, dia menangkap sosok Aronz yang sedang berdiri di depan pintu. Duke Aland melangkah dan Aronz pun melangkah. Mereka bertemu di ujung tangga.
"Kamu siap?"
"Aku siap ayah."
Kedua laki-laki berbeda umur itu pun turun dari lantai atas. Keduanya berjalan beriringan dengan nada kaki yang sama.
Disisi lain.
Violeta tampak resah, Duke Aland sudah mengetahui Aleta dan Alfred, lalu sekarang dia harus apa? Menyerah atau justru merelakan. Tidak, dia bukan wanita yang harus merelakan. Alfred dan Aleta adalah anak Duke Aland, laki-laki itu pasti akan merebutnya, dengan keberadaan kedua anaknya akan memperkuat kediaman Duke Aland.
"Kepala ku hampir meledak, Duke Aland pasti mencari ku, Aleta dan Alfred. Oh, aku harus apa?"
"Dan Aleta dan Alfred belum tahu tentang jati dirinya, Violeta, Helena."
tok
tok
tok
"Masuk!"
Seorang wanita pun memasuki kamar Violeta dan membawa secangkir teh hangat. "Saya yakin Nyonya pasti kepikiran."
Violeta mengangguk pelan. "Aku harus bagaimana Mia, apa aku jujur saja pada mereka? Duke Aland pasti akan menemukan ku."
"Boleh, saya memberi saran?"
"Apa saran mu?" tanya Violeta, secerdik-cerdiknya orang pasti butuh saran. Apalagi dirinya yang tidak cerdik, otaknya hampir pecah.
"Nyonya tidak bisa berlari, semakin Nyonya berlari, Semakin Tuan, Duke mengejar. Sebaiknya Nyonya menghadapinya, Nyonya harus kuat, apa lagi Tuan tidak pernah menceraikan Nyonya."
"Aku akan meminta cerai."
Pelayan Mia menggeleng, bercerai memang mudah, tapi ia tidak mau sang Nyonya di nyatakan kalah, dan Felica malah menang. "Berarti, Nyonya sudah menyatakan Felica menang."
"Kekuasaan! Nyonya harus memperkuat kekuasaannya Nyonya atas nama tuan muda Alfred dan nona Aleta. Di sini hanya orang yang berkuasa yang akan kuat. Tidak masalah jika Nyonya tidak memiliki cinta atau masih memilikinya. Tuan Muda Alfred, dia berhak atas kediaman Duke, bukan putra dari Nyonya Felica." Jelas pelayan Mia.
"Tidak! Alfred dan Aleta tidak sebanding dengan harta Duke Aland. Dia putra dan putri ku, aku mencintainya melebihi kekuasaan Duke Aland, Mia."
"Bukan maksud saya menukarnya, tapi mereka berhak Nyonya, mereka berhak, darah Duke Aland mengalir di tubuh mereka." Pelayan Mia akhirnya menyerah, ia sudah memberikan sebuah ide. Entah, Duchess menerimanya atau tidak, terserah sang majikan. Dia hanya pelayan yang di hargai layaknya seorang teman, mulai saat itu ia akan mendukung keputusan Duchess.
"Tapi bagaimana? seandainya tuan Duke tidak mau menceraikan Nyonya."
Sebelum Violeta menjawab, ketukan pintu itu menghentikan keduanya. "Ibu, bolehkah Alfred masuk?"
"Masuklah, sayang."
Alfred menatap pelayan Mia. Kemudian melanjutkan langkahnya yang tertahan. Perasannya mengatakan, kedua wanita itu tengah berbincang serius. "Alfred ingin berbicara dengan ibu."
"Apa ada hal penting?"
"Tidak ada, Alfred hanya rindu ibu."
Alfred kecil memeluk Violeta yang di sambut langsung olehnya. "Aku sangat mencintai mu, sayang."
Violeta mencium kening Alfred, kemudian Alfred membalas ciuman di pipi kanannya. Meskipun Alfred terbilang anak yang pendiam dan dingin, tapi kelembutannya dapat di ajungi jempol. Alfred selalu mengutamakan dirinya dan Aleta. "Maaf sayang, ibu tidak bisa memberikan Alfred kasih sayang yang sempurna."
"Alfred sudah cukup bahagia di cintai oleh ibu."
Alfred memeluk Violeta, matanya tajam mengisyaratkan sebuah kebencian dan dendam.
Duke Aland, tidak semudah itu anda menjauhkan saya dengan ibu saya. Saya pastikan, saya akan membalas setiap bulir air mata ibu ku.
"Sebaiknya Ibu istirahat, aku pamit, Bu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sandisalbiah
wajar sih kalau Violeta takut Arlan akan merebut ank²..mengingat duku perlakuan Arlan yg gak berhati...
2024-02-07
3
luho uroe
aq padamu Alferd👌
2022-12-18
1
fifid dwi ariani
trus bersyukur
2022-12-16
0