“Kamu yang bawa mobil. Tanganku sakit.” Langsung membuka pintu setelah melempar kunci yang ditangkap gelagapan oleh Larasati.
“Siap Bos,” Larasati sedikit berlari mengitari mobil dan duduk dibelakang kemudi. Mobil melaju menuju restoran yang di inginkan Sakti.
Sakti melirik ekspresi Laras yang masih cemberut duduk disampingnya. Lalu tersenyum tipis. Ternyata mengerjai orang itu menyenangkanjuga ya, kenapa aku nggak pernah coba. Dia pasti kesal dan penasaran. Mana sifat jutek dan angkuhnya itu? Sama sekali tak kelihatan. Kalau ku buat dia kesal aku pikir bisa membaca pikirannya,ternyata tetap nggak bisa.
“Udah nyampe Pak. Ayo kita turun.” Laras melepas safetybelt nya,setelah memarkirkan mobil.
“Hmmm,” Cepet banget nyampe nya padahal tadi aku pilih restoran paling jauh,Sakti bergumam dalam hati.
Mereka turun dan berjalan persis seperti pembantu dan majikan. “Ngapain kamu jalan dibelakang?” menoleh Larasati dibelakangnya. Menunggu gadis itu mensejajari langkahnya,“Saya nggak mau di anggap Tuan Muda yang kejam,”
Cih. Laras hanya melengos menanggapi pria menyebalkan ini.
Mereka makan di restoran yang sederhana tapi nyaman. Cukup ramai tapi tetap terasa kekeluargaannya. Pelayan yang ramah,sendau gurau di setiap meja,mereka terlihat menikmati makan siang dengan bahagia. Udara panas diluar sama sekali tak mempengaruhi perasaan bahagia saat bersama orang-orang tercinta.
Cuma aku yang panas diluar, panas didalam.hmmm
Berpasang-masang mata langsung menatap kedatangan mereka dengan kagum dan juga iri. Bagaimana tidak, jika ada sepasang manusia yang begitu serasi berjalan beriringan. Ganteng dan cantik. Sempurna.
Seorang wanita berseragam pelayan menghampiri mereka yang sudah memilih tempat duduk. Duduk dekat jendela di sudut belakang Restoran. Nyaman,aman dari pandangan mata orang-orang. Kalau yang tidak tau pasti mengira mereka pasangan backstreet alias pacaran diam-diam. Menggelikan.
'“Selamat datang di Resto kami. Kami punya menu spesial hari ini untuk pengantin baru. Dan ada diskon juga untuk merayakan ulang tahun pernikahan pemilik Resto ini,” tersenyum ramah sambil menyerahkan buku menu.
Kamu menjilat disaat yang tidak tepat Mbk.
Beruntungnya wanita ini bisa jadi istrinya. Andaikan saja aku di posisi itu. Pasti aku iket aja dirumah,biar nggak dilirik cewe lain.hihi
Sakti melirik pelayan wanita itu dan tersenyum,“Buatkan kami menu spesial itu,”
“Pak?” Laras protes dengan tatapan matanya. Seenaknya saja ngaku-ngaku.
“Baik Tuan. Akan segera kami siapkan. Silahkan nikmati hidangan pembuka ini dulu. Ini gratis juga” menyerahkan semangkuk potongan buah beraneka rasa dengan dua garbu diatasnya.
Ternyata benar suami istri ya,huaaa.
“Terimakasih Mbk. Semoga pernikahan Bos pemilik rumah makan ini langgeng dan bahagia.” Larasati mendoakan dengan tulus. Tersenyum ramah,tapi melengos sa’at pandangan matanya bertemu dengan Sakti.
“Sama-sama Nona. Semoga anda berdua juga bahagia.” Pelayan itu meninggalkan meja mereka dengan hati kecewa.
“Ayo makan. Ini gratis lho,” Menusuk sepotong buah kiwi dan memasukkanya kedalam mulut dengan lahap. Ia sudah biasa makan makanan manusia. Tapi hanya sebagai selingan saat sedang makan dengan kolega atau dalam rapat direksi rumah sakit.
“Kenapa Bapak ngaku-ngaku?” Bertanya kesal dan memandang tajam pria didepanya yang asik menikmati buah segar. Glek,kayaknya enak juga. Eh,aku lagi marah ini.
“Apa? Siapa yang ngaku-ngaku?” Masih asik makan buah satu persatu. Tak perduli dengan tatapan tajam yang diberikan padanya.
“Itu tadi,waktu dikasih menu pengantin baru. Bapak kok iya aja,padahal kita kan. . .” ragu untuk meneruskan kalimatnya.
“Memang tadi aku bilang apa?” menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Menyebalkan. Malah asik makan lagi. Aku nggak disisain apa. Tapi sepiring berdua,cih. Kaya nggak pernah makan aja.
Iya juga ya,tadi dia nggak ngomong apa-apa,selain pesan menu yang ditawarkan. Kenapa aku merasa berdosa begini.
“Kamu bener nggak mau?” menawarkan buah yang hanya tinggal beberapa potong saja. Bener laper ternyata.
“Buat Bapak aja,saya nggak biasa makan buah sebelum makan.” Alasan klasik yang menyelamatkan rasa malu.
Sakti menggeser tangan saat menu makan yang tadi di pesan datang. Sebuah hidangan yang dihias cantik dan manis,ada hiasan bunga juga. Tapi sayang lagi-lagi harus sepiring berdua. Apa aku akan kelaparan hari ini. kenapa juga tadi dia pesen makan ini,jangan bilang karena gratis dan ada diskon. Dasar pelit.
“Kamu aja yang makan. Saya udah kenyang makan buah.” Menunjuk dengan dagu hidangan diatas meja.
“Beneran Pak?” memandang dengan binar bahagia makanan didepannya. Cacing diperut sudah demo sejak tadi. Sebenarnya porsi makan ini cukup untuk berdua,tapi Laras tak mau berbagi piring dengannya. Memang dia siapa.
“Hmmm,” Menjawab pendek,lalu menunduk memainkan ponselnya lagi. Sebenarnya ia tidak lapar tadi. Makanan manusia tak bisa memuaskan rasa laparnya. Bagaimanapun juga anatomi tubuhnya adalah seorang pemburu. Ia hanya akan puas kalau sudah minum darah segar.
“Pak?” takut-takut bertanya.
“Hmmm,”
Bisa tidak jawab yang sopan. Hmm,hmm,aja dari tadi.
“Tadi yang di rumah nggak mau dilanjut ceritanya?” mengatupkan mulut setelah bertanya. Ia benar-benar penasaran seperti apa kehidupan pria ini. Tapi kenapa juga ia penasaran. Ini bukan sifatnya yang suka kepo dengan hidup orang lain.
“Saya nggak gaji kamu buat interview saya. Makan aja sana !” memandang kesal pada gadis ini. Tapi salahnya juga tadi keceplosan bicara. Gadis ini ternyata cerewet juga.
Larasati langsung membuang muka kearah lain. Kayaknya sulit ini. Tapi jangan panggil namaku Larasati kalau tak bisa mendapatkan apa yang aku mau.
Epilog:
Makanan mewah ini kenapa tiba-tiba jadi nggak enak ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments