Dokter Sakti terus mondar-mandir diruangannya. Tangannya menggenggam sebuah masker kain 5 lapis dan 1 masker medis. Entah dari mana Thomas mendapatkan benda tak lazim itu. Thomas pergi ke perusahaan setelah memberikan masker itu. Untuk jaga-jaga katanya.
Jaga-jaga apanya,bisa-bisa aku mati mengenaskan karena tidak bisa bernafas nanti.
Tok tok tok.
“Dokter saya boleh masuk?” Suara suster Reni menghentikan kegiatan setrika kakinya.
“Masuk aja,kenapa?” langsung bertanya saat pintu terbuka
“Waktunya pemeriksaan pasien Dok,saya sudah nunggu lama didepan pintu. Saya kira dokter lupa.”
Dengan buru-buru ia mengantongi benda itu. Hatinya gelisah memikirkan segala kemungkinan buruk jika ia khilaf menerkam gadis itu. Rasanya ia tak mau kembali ke ruangan Oma Maria,tapi dia juga harus profesional.
**
“Sus,kamu lihat dulu ada siapa didalam!” Dokter itu menghentikan langkahnya didepan pintu, lalu menoleh pada suster Reni dibelakangnya. Sempat-sempatnya suster itu membayangkan memeluk punggung lebar Sakti saat berjalan dibelakangnya. Benar-benar perawat satu ini.
“Ya tentu saja ada pasien dong Dok,masak ada tukang bubur didalem,” ia sambil meringis mengatakan itu.
“Maksud saya,selain pasien ada orang lain nggak. Kalau ada suruh keluar dulu!”
“Eh iya dok,” dengan bingung suster Reni membuka sedikit pintu dan melongokkan kepalanya. Pandangan matanya menyusuri setiap sudut kamar. Untuk melaksanakan perintah sang Dokter. Aneh sekali tak biasanya Sakti seperti ini. Setelah memastikan semua aman,ia menutup pintu dan melapor pada Sakti.
Mereka seperti sedang main drama mengintai musuh dan bersiap menyerbu markasnya.
“Aman Dok,Cuma ada pasien yang sedang tidur,”
“Bagus ayo kita masuk!” Sakti tersenyum lebar. Ia senang tak harus memakai benda aneh itu.
Mungkin gadis itu sedang pergi sarapan,atau pulang kerumahnya.
Langkah kaki keduanya mendekati ranjang Oma Maria. Mengetahui ada yang datang sang oma membuka matanya,rupanya tadi ia belum benar-benar tidur.
“Selamat pagi Oma cantik. Gimana kabarnya? Ada yang sakit?” Bertanya ramah sambil melakukan pemeriksaan.
“Kepala saya sedikit pusing Dok,” menjawab lirih tapi lancar.
“Jangan lupa makan dan minum obatnya ya Oma. Silahkan istirahat lagi kalau gitu. Kami permisi dulu.”
“Iya Dok,terimakasih,” lalu memejamkan mata perlahan. Efek obat yang ia minum setelah sarapan pagi ini sudah mulai bekerja.
Saat Dokter itu berbalik,netranya langsung menangkap sosok Larasati yang baru keluar dari kamar mandi. Aroma sabun yang segar menguar memenuhi ruangan rawat VIP itu. Rambut yang digulung tinggi diatas kepalanya. Sedikit terjatuh dibagian depan. Gadis itu belum menyadari jika ada orang yang sedang menatapnya tak berkedip . Ia masih sibuk mengelap titik-titik air di lehernya yang jenjang.
Glek Glek glek. Sakti menelan ludah berkali-kali. Bahkan mungkin suster Reni bisa mendengar suara itu.
Gadis itu sudah berpakaian lengkap. Sepertinya ia habis mandi. Kaos putih polos lengan pendek dan celana jeans panjang. Membalut tubuhnya dengan sempurna. Kalau laki-laki lain pastiakan bilang Laras saat itu cantik dan seksi.
Tapi yang ada dipikiran Sakti saat itu hanya “ENAK,” Pasti enak kalau aku menancapkan taring dileher putih bersih itu,menyesap pembuluh darahnya perlahan dan merasakan setiap tetesnya melewati kerongkongan ku. Naluri berburunya benar-benar bergejolak.
Tak sadar langkah kakinya mendekati Larasati. Laras yang melihat itu sedikit kaget,pasalnya ia baru tau kalau didalam ruangan ada orang lain selain dia dan omanya. Larasati hanya diam,tak sengaja pandangan mereka saling mengunci satu sama lain. Laras yang menatap bingung,dan sakti yang menatap Laras tajam.
Mau apa Dokter ini pikirnya. Ia sudah seperti singa lapar yang siap menerkam mangsanya.
Setelah mereka dalam jarak yang cukup dekat. Sakti kembali menelan salivanya dengan kasar,dan Laras melihat itu. Dasar dokter mesum,pikirannya memaki. Tapi entah mengapa ia juga diam berdiri disana. Ia seperti tersihir dan menantikan apa yang akan terjadi.
Tak sadar tangan kanan Dokter itu terulur untuk menyentuh leher Larasati. Matanya terpejam, merasakan aliran darah disana.
Deg deg deg. Jantungnya berdebar,bagaimana ini apa dia sudah tak bisa menahan diri lagi?
Larasati membulatkan matanya lebar saat merasakan tangan dingin sang dokter menekan lehernya. Wajahnya merona merah,ia malu. Tapi kenapa ia hanya diam dan tak menolak perlakuan itu. Padahal ia anti bersentuhan dengan lawan jenis.
Mata sakti masih terpejam,ia malah semakin mendekatkan kepalanya pada leher Larasati,gigi taringnya hampir muncul sepenuhnya.
Suster Reni yang melihat itu,menghentak-hentakkan kakinya kesal. Persis seperti anak kecil yang tak mau pulang karena masih ingin main. Ia kesal dan cemburu. Bisa-bisanya dua orang itu bermesraan padahal ada orang lain disitu. Apa dia cuma dianggap tiang penyangga infus disana. Sakti tak pernah bersikap begini pada pasien atau orang manapun.
Suster Reni mendekap mulutnya dengan tangan,saat kepala sakti mendekat kearah leher Larasati. Apa,apa mereka mau ciuman disini?arrrrrrgggghhh.
Kemudian ia sengaja terbatuk-batuk keras,untung si Oma tak terbangun karena ulahnya.
Sakti dan Laras mulai menapak lagi di bumi saat mendengar suara batuk cempreng suster Reni. Mereka saling pandang,sama kagetnya.
Laras menoleh tangan sang dokter yang masih bertengger di pundak kirinya. “Anda sedang apa dokter?” bertanya dengan nada dingin dan datar.
Sakti yang sudah mulai sadar, melihat tangannya sendiri dan buru buru melepaskannya dari bahu Laras.“Ehmmmm,saya Cuma ngecek aja.” Berdehem menghilangkan rasa grogi yang tiba-tiba muncul.
Larasati pasti berpikir ia Dokter mesum yang kurang ajar. Beraninya bersikap tidak sopan pada keluarga pasien.
“Ngecek apa Dok? Saya kan emang nggak sakit”
Dengan wajah datarnya ia bilang,“Lha itu,saya Cuma mau memastikan kalau semua orang yang ada dirumah sakit ini sehat semua” Sial,bisa-bisanya kalimat tidak ilmiah itu keluar dari mulutKu. Rasanya ia ingin menjambak rambutnya sendiri dan membenturkan kepalanya didinding rumah sakit. Benar-benar memalukan.
Laras hanya mengreyitkan dahi mendengar jawaban Sakti
“Kalau gitu kami permisi,masih banyak pasien yang harus diperiksa,” Ia ingin segera kabur dari sana.
“Iya Dok silahkan,” Laras mengikuti dengan pandangan saat dua orang itu meninggalkan ruang rawat Omanya. Dasar Dokter aneh,gumamnya lagi.
(Jangan lupa like,vote, koment dan tmbahkan ke rak buku favorit kalian ya..terimakasih)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments