Larasati dengan patuh mengikuti Sakti kesana kemari,memeriksa beberapa pasien. Ia sudah lelah,tapi menyenangkan juga ternyata. Punya pengalaman baru yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya.
Dokter itu ternyata baik juga,mengajari Laras dengan telaten dan sabar. Sifat menyebalkan itu sedikit hilang sekarang. Bahkan setelah ini ia ingin kuliah kedokteran juga. Bukan karena Dokter itu ya,tapi karena ia merasa senang bisa menolong orang.
Sekarang ini mereka sedang memeriksa luka seorang remaja yang dirawat karena kecelakaan.
Mereka berdiri berdampingan diranjang pasien. “Sus,tolong kamu guntingkan plester untuk menempelkan kasa ini.”
“Baik Dok,” Mengambil gulungan plester dan memotongnya sepanjang sepuluh cm. Memotong lagi beberapa bagian,dan “Aduh,,,” tak sengaja ujung jari kirinya terkena gunting.
Tes,tes,tes,
Cairan segar berwarna merah menetes keatas lantai yang mengkilap.
Wussssss,seperti ada angin pelan yang meniup aroma darah itu. Menusuk penciuman Sakti sampai tembus ke jantungnya yang tiba-tiba berdebar.
Darah darah darah.
Kata itu seolah berputar dikepalanya. Lalu menoleh pada Laras yang meringis menekan ujung jarinya.
Ya Tuhan,aku sudah tidak tahan lagi. Aku mohon bantu aku menahan diri. Tanpa ia sadari matanya berubah merah, kakinya gemetar karena menahan perang batinnya sendiri. Keinginan untuk memangsa,dan pertahanan agar tidak lagi menyerang manusia.
Aku kalah.
SREEEKKK,,
Secepat kilat ia mendekati Larasati. Meraih tangannya yang terluka dan menghisap darahnya. Laras kaget bukan kepalang. Sakti seperti orang kesetanan,saat menghisap lukanya.
Grrrrr,tiba-tiba tengkuknya merinding. Kenapa orang ini? Kenapa lukanya malah digigit juga. Sakit Tauu ! “Sudah Dok,hentikan. Saya tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil. Anda terlalu berlebihan.” Bermaksud menarik jemari tangannya. Tapi Dokter itu malah memegang erat pergelangan tangannya. Kepalanya terus menunduk menghisap darah lewat ujung jarinya.
“Dokter,Anda ini kenapa sih?” Laras terpaksa mendorong kepala Dokter Sakti. Karena tangannya malah terasa semakin sakit.
“Hah?” Sakti mulai sadar dengan apa yang ia lakukan. Lalu ia melepaskan cengkraman tangannya perlahan. Masih mengumpulkan nyawa untuk mencerna situasi yang baru saja terjadi. Larasati terlihat pucat pasi. Takut,kaget,dan mungkin darahnya yang terlalu banyak dihisap oleh sang Dokter.
Refleks ia mengusap tetesan darah disudut bibirnya dengan ibu jari. Apa yang telah kulakukan? Argggghhhh,sial,sial,sial. Ia memaki dirinya sendiri dalam hati. ”Maaf Laras,saya nggak sengaja,” ujarnya kemudian.
“Dokter mau bunuh saya? Kenapa darahnya nggak dibuang? Apa Dokter minum darahnya?” nafasnya ngos-ngosan,ia benar-benar tak habis pikir dengan Dokter satu ini. Bukanya mengobati lukanya,malah membuatnya semakin parah. Badannya terasa lemas seketika.
“Maaf,ayo saya obati lukanya,” Sakti hanya meringis,sambil menggaruk belakang kepalanya.
“Nggak usah,saya trauma sama Dokter !” lalu pergi ke meja didekat jendela pasien yang melongo melihat perdebatan mereka. Larasati membalut lukannya dengan plester sambil bergumam entah apa.
Sedangkan dilain tempat,disebuah kafe dekat rumah sakit.
Seorang pria bersetelan hitam,sedang menikmati segelas wine. Tubuh tinggi tegapnya bersandar pada kursi besi disana. Para wanita terdengar bisik-bisik memuji ketampanannya. Ia hanya tersenyum tipis,tak perduli. Pandangan matanya terus mengamati mulut gelas tinggi ram'ping didepannya,sampai tiba-tiba,
Wussssss,ada angin yang membawa aroma spesial yang tercium hidung mancungnya.
Aroma ini? Apa ini aroma darah bunga emas itu?
Matanya yang jeli dan tajam secepat kilat memindai sekeliling,dan berhenti pada sosok gadis yang sedang membalut luka didekat jendela rumah sakit didepannya. Kaca yang transparan,menampakkan dengan jelas sosok gadis itu. Auranya terlihat jelas meski berada pada jarak cukup jauh jika dari sudut pandang seorang manusia. Tapi tidak untuk pria ini.
Disana kamu rupanya manusia.
Praaaannkkk.
Pria itu menjatuhkan gelas wine nya kelantai,ia tak perduli sepatu mahalnya terkena cipratan cairan itu. Lalu mengambil pecahan gelas dan menggores telapak tangannya sendiri.
SING,
Cairan kental berwarna hitam kemerahan mengalir dari bekas lukanya.
Tapi ia malah tersenyum tipis. Akhirnya ku temukan kamu,gumamnya lirih.
Wussss,lalu tubuhnya menghilang bersama angin.
**
Laras yang kesal meninggalkan Dokter itu di ruang pasien. Ia berjalan sendirian menyusuri lorong lantai 3 rumah sakit. Kenapa tiba-tiba lantai ini sepi. Kemana semua orang? Larasati melihat jam dipergelangan tangannya. Oh,pantes. Jam makan siang rupanya.
Tiba-tiba ia merasa diikuti. Ada seseorang yang memperhatikannya. Gadis itu berjalan sedikit cepat,sambil sesekali menoleh ke belakang. Kenapa jadi serem begini,ini siang bolong lho. Nggak mungkin ada hantu kan?
Bug. Tubuhnya terasa menabrak sesuatu yang keras. Lalu kepalanya mendongak,sepasang kaki jenjang berdiri didepannya, Netranya memindai sampai ke atas dan,woow siapa ini? kok ganteng juga. Eh..
"Maaf tuan,saya tidak sengaja,". Kenapa tiba-tiba ada orang. Kayaknya tadi nggak ada.
Pria itu menatapnya intens dengan mata berbinar-binar. Apa bertemu denganku begitu menyenangkan. kenapa sorot matanya begitu? Larasati sampai merinding karena tatapannya.
"Saya terluka Nona. Bisa bantu obati lukanya?" Mengangkat tangan kanannya yang tergores,dengan darah yang masih mengalir.
"Astaga Tuan. Kenapa anda tidak bilang dari tadi. Mari saya obati." Menuntun untuk duduk dikursi panjang ruang tunggu yang ada disana.
Larasati sebenarnya heran. Kenapa ada orang disini dengan keadaan luka seperti ini. Padahal di lantai bawah banyak perawat jaga yang siap membantu kapan saja. Apa dia keluarga pasien yang dirawat disalah satu kamar dilantai ini. Tapi kenapa juga bisa terluka sedalam ini? Berbagai pertanyaan berparade dikepalanya. Tapi tangannya dengan cekatan memberikan obat dan membalut lukannya dengan perban.
Pria itu hanya diam, memperhatikan leher Larasati yang terekspos. Karena rambutnya digulung tinggi diatas kepalanya. Glek,glek,ia menelan salivanya berulang kali. Kalau tak ingat tugasnya mungkin sudah dimangsanya gadis ini. Dan drama luka ini,hanya untuk memastikan keyakinannya. Kalau ia sudah menemukan apa yang dicari selama ratusan tahun.
Grrrrrrr,,,Lagi-lagi Laras merasa tengkuknya merinding. Apa rumah sakit ini ada hantunya? Serem ih,,,. Ia terus membalut luka,tanpa memperhatikan tatapan pasiennya.
to be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments