““Pak,pak Harun,,,Bi Lastri,,, tolong siapa aja tolong!” Suara teriakan Laras terdengar dari lantai atas.
Bi Lastri yang mendengar langsung lari tergopoh-gopoh menghampiri sumber suara. Ia langsung masuk kedalam kamar Nyonnya Besar,”Ada apa Non?” suaranya berlomba dengan nafasnya sendiri.
“Tolong Oma Bi,panggil Pak Harun dan Pak Rojak sekarang” Laras menangis sambil memangku kepala sang Oma yang bersimbah darah.
Oma Maria belum terlihat keluar kamar pagi itu,biasanya wanita lanjut usia itu sudah jogging memutari taman rumahnya. Laras yang menyadari akan ketidakhadiran sang oma,berniat mengeceknya ke kamar. Saat melihat pintu kamar mandi yang terbuka,ia dikagetkan dengan apa Dia lihat. Oma Maria yang terlentang di atas lantai kamar mandi,dan aliran darah segar yang keluar dari belakang kepalanya.
Bi Lastri langsung berlari menuruni anak tangga,pergi mencari bantuan. Pak Harun dan Pak Rojak satpam rumah yang sedang sarapan di dapur belakang langsung berlari kekamar Nyonya Besar,saat mendapat informasi itu.
“Nyonya kenapa Non?” Pak Harun bertanya sambil mengangkat tubuh Oma Maria dibantu Pak Rojak dan merebahkannya diatas ranjang.
“Nggak tau Pak,mungkin jatuh. Laras dateng udah kaya ginii” Masih menangis sesenggukan.
“Kita bawa aja ke Rumah Sakit Non. Bi bantu nona gantikan baju nyonya. Bajunya basah nanti nyonya menggigil kalau seperti ini. Saya akan siapkan mobil”
***
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalan raya yang masih sepi. Belum banyak mobil yang berlalu lalang karena masih pagi. Laras terus menangis sambil memangku kepala Omanya didalam mobil “Bangun Oma,jangan tinggalin Laras!” Menepuk pelan pipi Sang Oma,tapi bu Maria tak bereaksi sama sekali. Ia masih setia memejamkan matanya.
Saat tiba dirumah sakit terbesar dikota itu. Mobil langsung diparkir sampai kedepan pintu masuk. Perawat yang melihat kedatangan pasien langsung berlari mendekat sambil membawa meja dorong. Mengangkat tubuh tak berdaya oma Maria dan membawanya ke UGD. Laras terus menangis sambil ikut mendorong meja itu, “Oma pasti kuat,oma harus bangun,bertahan ya Oma” mencoba menyemangati meski tak mendapat respon apapun.
“Mbak tunggu di luar saja biar Dokter yang tangani !” Seorang perawat laki-laki menghentikan langkahnya didepan pintu UGD. “Tapi Sus,saya mau temani Oma saya.”
“Mohon kerjasamanya Mbk.”
Akhirnya Laras mengalah ia pergi duduk dikursi tunggu yang ada disana.
“Sabar Non,Nyonya pasti baik-baik aja. Nyonya besar orang yang kuat seperti Nona” bi Lastri yang ikut mengantar kerumah sakit,merasa iba melihat keadaan keduanya. Bagaimanapun juga mereka adalah majikan yang sangat ia hormati dan sayangi. Meskipun Nyonya Besar adalah orang yang cerewet,tapi beliau adalah orang yang baik. Menyayangi setiap orang yang mengabdikan diri dengan setia padanya. Termasuk para pekerjanya dirumah Besar.
Suara derap langkah kaki bergema di lorong rumah sakit yang masih sepi. Dua orang pria yang sepertinya Dokter dan asisten perawat melangkah cepat kesana. Tapi langkah sang dokter terhenti didepan gadis yang menangis sambil dipeluk pembantunya itu.
Aroma ini? Seperti? Jangan-jangan ini gadis yang ada didanau itu.
Thomas yang menyadari itu, segera menyadarkan sang Dokter,sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, “Dok,kita sudah ditunggu didalam.”
“Ah iya.” Tapi saat langkahnya hampir memasuki pintu ia merasa sebuah tangan menariknya.
“Tolong Dok,selamatkan Oma saya.” Laras menangis sambil menggenggam lengan baju sang Dokter.
Tapi Dokter itu diam,ia sedang mengatur nafasnya yang tiba-tiba menjadi tak beraturan. Ia kembali menghirup aroma tubuh Laras yang membuatnya mabuk sejak pertama melihatnya didanau Satya.
Thomas sebenarnya juga merasakan hal yang sama. Jantungnya juga berdebar membayangkan manisnya darah Larasati. Tapi ia bisa menguasai diri lebih dulu,kemudian menjawab Laras karena Dokter Sakti masih membisu. Ia tau Tuannya itu pasti sedang mengendalikan nafsunya sendiri.
“kami akan berusaha yang terbaik Nona,lebih baik anda bersabar dan berdoa.” Lalu kembali menyadarkan Sakti, “Mari Dok,silahkan.” Sakti hanya mengangguk dan masuk keruangan UGD untuk melakukan tugasnya sebagai Dokter.
Pagi itu Sakti yang hendak pulang bersama Thomas. Harus rela menunda kepulangannya. Padahal ia sudah berjaga semalaman disini. Tapi mendapat informasi ada pasien gawat darurat membuatnya urung meninggalkan rumah sakit. Keselamatan pasien yang utama.
Tapi niat baiknya itu malah membuatnya bertemu gadis yang ingin dia hindari. Aroma gadis ini bisa membuat kaum pempuru lupa diri,seperti ia dan Thomas. Tapi untungnya mereka masih bisa menahan diri sekali lagi. Tak tau kalau bertemu lagi,semoga hal buruk tak akan terjadi.
**
Sudah hampir dua jam Laras mondar-mandir dengan gelisah didepan pintu UGD yang tertutup rapat. Mulutnya terus komat kamit mengucap doa, mengharap belas kasih Yang Maha Kuasa pada Omanya. Pintu terbuka dan Dokter itu muncul diikuti asisten dokter tadi. Dokter dan asisten itu terlihat memakai masker berlapis-lapis. Kalau dilihat dari tali yang terkait ditelinganya mungkin ada 5 atau lebih.
Kayaknya tadi Oma jatuh deh,bukannya kena virus menular berbahaya.
Aneh sekali pikirnya,dan pikiran terburuk langsung hinggap dikepalanya. Laras langsung memberondong sang dokter dengan pertanyaan, “Gimana keadaaan Oma saya Dok? Oma saya baik-baik aja kan Dok? Oma saya selamat kan?”
Tapi lagi-lagi Sakti membisu,ia menarik nafas panjang lalu menjawab, “Semua baik Nona,Tuhan mendengar doa anda.” Dan semoga Tuhan juga mendengar doaku,agar aku tidak memangsamu disini. Siapa kamu ini gadis manis? Kenapa aroma darahmu bisa membuatku lupa diri.
Sakti lalu menatap mata gadis itu,mencoba membaca pikirannya atau melihat masa lalunya. Tapi nihil ia tak melihat atau mendengar apapun. Ini mustahil,gadis ini manusia biasa dan dia juga masih hidup. Tidak mungkin ia tak memikirkan apapun. Tapi kenapa aku sama sekali tak bisa mendengarnya. Apa aku sudah kehilangan kemampuanku? Ah tidak mungkin,tadi saja aku masih bisa mendengar pikiran suster gendeng itu.
Bisa-bisanya berkhayal waktu menangani pasien.ckckck
Lalu kenapa? Kenapa aku tak bisa mendengar pikiran gadis ini?
“Dok,Dokter kenapa anda diam saja?” Lengan Sakti disenggol oleh Thomas dibelakangnya,rupanya dari tadi Laras mengajaknya bicara yang sama sekali tak didengarnya. “Hah ? iya kenapa?” tanyanya kemudian, Thomas hanya menggelengkan kepala pelan melihat Tuannya yang gagal fokus.
“Apa saya boleh masuk,untuk melihat keadaan oma?” Laras kembali mengulangi pertanyaan yang sama untuk ke sekian kalinya.
“Iya silahkan,sebentar lagi pasien bisa dipindahkan ke ruang rawat. Semua baik,Oma anda mengalami gagar otak ringan akibat benturan dan kepalanya yang sedikit robek sudah dijahit. Sebentar lagi oma kamu sadar.” Ia harus tetap profesinal pikirnya,gadis ini adalah keluarga pasien. Ia tak mau reputasi rumah sakit rusak hanya karena ulahnya.
“Terimakasih Dok.” Menangkupkan kedua tangan didepan dada.
“Sama-sama,saya permisi dulu.” Ia bergegas pergi meninggalkan rumah sakit bersama Thomas yang setia mengikuti dibelakangnya. Rupanya Thomas juga bekerja di rumah sakit ini,tapi ia lebih sering mengurus masalah perusahaan Tuan Charlie,hanya sesekali menemani Saktikalau sedang ada jadwal jaga malam seperti tadi. Sakti sendiri lebih senang bekerja dirumah sakit. Menolong orang yang membutuhkan lebih membuatnya bahagia. Saat melihat senyum keluarga yang menyambut kesembuhan pasiennya. Dan itu membuat hatinya yang dingin menjadi hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments