Larasati menyipitkan mata,saat seberkas cahaya menyilaukan matanya yang masih terpejam. Ia terlambat bangun
pagi ini. Rupanya kesedihan itu masih ia rasakan hingga semalam. Matanya terlihat sembab. Masih menangis rupanya.
“Pagi sayang! Ayo bangun sudah siang lho.”
“Pagi Mama” Mengucek mata dan bangun lalu bersandar pada kepala ranjang.
“Tumben kamu terlambat bangun? Biasanya jam segini udah bantuin mama siapin sarapan?” bertanya lembut
“Laras cape banget Ma. Habis kejar kejaran ngerjain skripsi”
“Apa ada masalah dengan Nico?” Pertanyaa yang langsung to the point. Bu Martha sudah menyadari ada yang tidak beres sejak Laras pulang dari kampusnya. Meski ia bilang baik baik saja,tapi naluri seorang ibu memang tidak pernah bisa dibohongi.
Mama padahal aku belum ngomong apa apa. Tapi udah tau aja.
Laras diam, ia bingung harus bicara apa. Jujur atau tidak pada mamanya. Ia takut sang mama kecewa kalau tau perihal Nico. Ya memang selama ini hubungan mereka sudah diketahui kedua belah pihak keluarga. Bahkan rencananya mereka akan bertunangan selepas wisuda.
Bagaimana ini? Bagaimana harus kujelaskan pada Mama. Aku nggak mau buat Mama kecewa,tapi aku juga nggak mau mama terus menaruh harapan pada hubunganku dan Nico.
“Ma,aku mau ngomong sesuatu. Tapi Mama jangan marah ya?”
“Kamu putus sama Nico?”
Mama tau? siapa yang ngomong sama mama. Apa Nico udah cerita sama mama?
“Kok kamu tegang gitu? Bener ya dugaan Mama?” Tertawa kecil seperti tidak mengatakan sesuatu yang salah.
“Stela Larasati. Kamu itu putri Mama satu satunya. Mama yang mengandung dan melahirkan kamu. Merawat dan menyusui kamu sejak bayi. Mama tau sayang,mama tau apa yang kamu rasakan meski kamu nggak ngomong sama mama.” Menatap sendu putrinya yang menatapnya dengan mata berkaca kaca.
Mama aku sayang mama.
“Mama nunggu kamu mau cerita sama Mama. Tapi sepertinya ini masalah yang berat buat kamu. Jadi kamu mau
menenangkan diri dulu dan nunggu waktu yang tepat buat ngomong. Kamu nggak mau buat mama, papa dan keluarga Tante Diana kecewa kan?”
Mengannguk pelan sambil terisak “Maafin Laras ma,Laras bingung harus apa.”
“Kamu nggak perlu khawatir. Nanti mama yang akan ngomong sama ibunya Nico. Kalau kamu udah siap kamu boleh cerita sayang,jangan memikul beban berat sendirian. Kamu punya mama dan papa yang selalu sayang sama kamu.”
“Makasih ma,maafin Laras karena belum bisa cerita sama mama” memeluk ibunya erat.
Baginya menceritakan masalah yang ia hadapi sekarang hanya akan menguak luka lama. Ia belum siap jika harus
bicara sekarang. Untung saja mamanya pengertian dan sayang padanya. Jadi ia merasa sedikit lega tentang urusan dengan keluarga Nico. Toh ini juga bukan salahnya,hingga hubungan ini harus kandas ditengah jalan. Ini lebih baik daripada ia menyesal nanti.
“Kamu mau liburan ketempat Oma?”
“Liburan Ma?”
“Ia. Ya setidaknya kamu butuh menenangkan pikiran dan melupakan masalah kamu. Mama nggak mau liat putri
kesayangan mama ini terus-terusan bersedih”
“Laras mau Ma.” Apa salahnya mencoba saran mama pikirnya.
“Oke sekarang kamu bangun dan siap-siap. 4 jam lagi pesawat kamu berangkat. Baju kamu udah disiapin mbk dari pagi.”
“Sekarang ma? Mama udah siapin semuanya? Kapan?” Semua sudah siap tinggal berangkat. Kapan mamanya melakukan semua itu? Bahkan tiket sudah dipesan sebelum ia bilang mau apa tidak.
Mama memang luarbiasa.
“Nggak usah kaget gitu. Udah sana mandi. Kamu bau iler tuh” tertawa geli
“Ih mana mungkin aku ileran,mama ih” Merajuk manja.
Laras bangun dan berjalan kekamar mandi dikamarnya. Sedangkan bu Martha hendak kembali ke bawah menyiapkan sarapan yang dimasaknya tadi bersama pelayan.
“Makasih ma,Laras sayang mama” berbalik sebelum masuk kekakamar mandi
”sama-sama sayang. Mama juga sayang kamu”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments