Hampir pukul sembilan malam mobil jemputan Laras baru memasuki gerbang rumah Oma. Sebuah bangunan bergaya klasik-modern dengan arsitektur yang tepat membuatnya terlihat sangat mewah dan megah. Rumah ini memang sudah direnovasi beberapa kali. Tapi tak menghilangkan bentuk aslinya sejak dibangun oleh kakaek buyutnya dulu. Perpaduan dua budaya yang disatukan dengan apik dan estetik.
Rumah oma selalu dikelilingi pohon buah dan kebun bunga. Omanya memang pecinta tanaman sejati. Terbukti dari banyaknya koleksi bibit bunga yang tertata rapi di halaman ini. Larasati sedikit tersenyum melihat tempat kelahiran ibunya itu. Pantas saja Oma tak mau diajak pindah ke kotanya. Disini sangat asri dan nyaman. Tapi Oma pasti kesepian tinggal di rumah besar ini sendirian. Ya meskipun ada bibi dan Pak Harun ,tapi tetap saja beda rasanya kalu kita tinggal dengan keluarga sendiri.
Ia lalu turun dari mobil.
Kasihan sekali Oma,apa dari tadi Oma berdiri disana. Bu Maria terlihat mondar-mandir diteras depan rumah. Rupanya ia sudah ditunggu dari tadi. Ia sedikit merasa bersalah,karena sudah membuat Omanya menunggu terlalu lama.
“Kok lama banget. Nggak ada apa-apa kan dijalan? Ayo ayo masuk. Kamu pasti capek kan? Belum makan kan? Dasar si Harun disuruh jemput aja kok lama banget. Kasian kan cucu kesayangan oma ini kalo telat makan” Bu Maria terlihat khawatir.
“Maaf ya Oma. Oma pasti cape nunggu Laras? Laras udah makan kok Oma tadi dijalan. Oma apa kabar, sehat?” menjabat tangan omanya dan menciumnya lembut.
“Sehat,sehat, Oma sehat. Oma seneng banget kamu maen kesini. Oma kangen banget sama kamu” Menuntun cucu kesayangannya masuk kedalam rumah.
Rumah ini tak pernah berubah. Selau bersih dan rapi. Mereka berjalan bergandengan ke meja makan.Memang benar ya kata orang, kalau seorang cucu pasti akan lebih disayang daripada anak sendiri. Terbukti dengan hidangan yang melimpah ruah ini. Omanya menyiapkan berbagai macam makanan kesukaan cucunya. Ini lebih mirip acara makan reuni keluarga.
Padahal yang disambut Cuma satu orang.
“Ayo makan dulu. Oma sendiri lho yang masak. Dijamin semuanya pasti enak.” Mengambil piring Laras. Menyendokkan nasi lengkap dengan lauk pauknya. “Mau Oma suapin?” Ternyata berapapun usia seorang cucu tetap anak kecil bagi Omanya.
“Nggak usah Oma. Laras udah gede kok. Malu dong sama pak Harun” menengok Pak Harun yang baru saja turun dari lantai atas untuk menaruh barang-barang Larasati di kamarnya.
“Ayo Pak makan sini bareng kita?”
“Terimakasih Nona. Saya masih kenyang. Silahkan dinikmati makan malamnya. Saya permisi kebelakang dulu.”
“Eh iya Pak. Silahkan.”
“Oma nggak makan? Kok piringnya nggak diisi?”
“Nggak,Oma sudah makan tadi. Kamu aja biar sehat dan cepet gede.” Tuh kan mulai lagi.
“Jangan terlalu memaksakan diri Oma. Oma harus jaga kesehatan. Jangan sampai nanti Oma sakit karena kecapaian” Laras menasehati Omanya tanpa merasa menggurui. Ini hanya bentuk perhatian dan ungkapan kasih sayangnya pada sang Oma.
Orang tua memang sering lupa kalau sudah melakukan hal yang mereka sukai. Persis seperti anak kecil lagi. Dan tugas kita sebagai anak atau cucu harus bisa bersabar menghadapi perilaku orang tua yang terkadang menjengkelkan untuk anak muda seperti kita. Tapi jangan lupa, kalau kita akan tua juga nanti dan belum tentu kita tak lebih menyebalkan dari mereka.
Larasati perlahan menyuapkan satu sendok nasi kedalam mulutnya. Sebenarnya ia sudah kenyang,tapi takut Oma kecewa karena sudah bersusah payah menyambut kedatangannya. Omanya pasti semangat sekali kalau memasak untuknya seperti saat ini. Semua-semua ingin dihidangkan.
Sampai lupa kalau yang makan hanya satu orang. Sekarang saja sang oma hanya tersenyum-senyum melihatnya makan.
Larasati dengan seksama mendengarkan cerita Omanya sambil makan. Bersusah payah menghabiskan nasi di piring karena perutnya sudah mau meledak. Sang Oma terus bercerita ini dan itu.
Ada saja bahan yang diceritakan. Ia sampai heran ternyata Omanya update juga tentang berita terkini. Dari masalah negara sampai dunia dalam cerita. Semua dibicarakan tiada habisnya. Larasati hanya menyimak sambil menimpali sesekali. Ia iba, rupanya Omanya kesepian selama ini.
Terkadang seseorang hanya butuh didengarkan tanpa harus meminta saran atau jawaban.
Setelah perbincangan panjang lebar sepihak ini berakhir. Sang Oma mengikuti Laras masuk kekamarnya. Ingin tidur memeluk cucu katanya. Benar-benar ini si oma. Larasati hanya manut saja. Karena ia juga kangen dengan sang Oma. Ibu dari mamanya ini meski cerewet kelewatan, tapi tetap lembut dan hangat seperti mamanya.Ia merasa beruntung,ternyata banyak sekali yang menyayanginya di dunia ini.
Mungkin keputusannya untuk datang ketempat ini adalah pilihan yang tepat. Berada di tempat yang nyaman,bersama orang-orang yang kita sayang. Akan membuatnya lebih mudah melupakan rasa sakit ini.
Terimakasih Tuhan karena telah membiarkan aku hidup diantara orang-orang baik ini. Keluarga yang sangat menyayangi dan mencintai aku lebih dari diri mereka sendiri. Ia mengucap syukur yang mengantarkannya ke alam mimpi dalam dekapan hangat Oma Maria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments