“Duduk. Kenapa kau suka sekali berdiri?” melirik Laras yang mendekat kearahnya.
“Ia Dok” Apa jadinya kalau aku langsung duduk tanpa kau suruh tadi.
“Panggil aku Sakti,ini bukan rumah sakit.”
“Eh,iya Pak Sakti.” Tak sopan rasanya jika hanya memanggil nama. Bagaimana pun orang ini Atasannya.
Melirik sekilas,lalu kembali menatap berkas yang tadi di bacanya. “Kamu bisa kerjakan laporan ini?”
Eh,aku kira tadi disuruh mijitin dia. Ternyata ngerjain laporan ya. Selamat. “Bisa Pak,Kebetulan saya juga kuliah di jurusan sekretari.”
“Bagus kalo gitu. Nggak sia-sia perjuangan saya malam itu nolongin kamu. Ternyata kamu berguna juga.” Berdiri,memasukkan kedua tangan ke saku celana
Sialan,memang dia pikir aku ini apa. Siapa juga yang minta ditolongin. Eh,apa aku teriak minta tolong ya kemarin?
“Bawa berkas itu ke ruang kerja saya,” berjalan meninggalkan Larasati yang kerepotan merapikan tumpukan berkas.
“Baik Pak,”
“Bapak nggak ke Rumah Sakit?” Bertanya setelah menghidupkan komputer di meja kerja Sakti. Sedangkan pria itu malah rebahan disofa sambil memainkan ponselnya.
“kamu nggak liat saya juga lagi sakit. Gara-gara nolong kamu loh ini.” bicara santai, melirik Laras yang cemberut didepan komputernya.
Tau tau. Kalau nggak ikhlas kenapa juga nolongin saya Pak. Pake diungkit segala. Saya disini sekarang juga karna itu.
Gadis itu terlihat tekun dan telaten mencocokkan berkas dan laporan di dalam komputer. Kepalanya manggut-manggut memahami masalah yang ia temukan.
Kenapa aku malah membawa gadis ini kemari. Bahkan aku pura-pura sakit hanya untuk ini. Apa yang sebenarnya kulakukan. Wajah seriusnya kenapa terlihat menggemaskan ya? Hah.
“Laras,” bangun dan duduk bersandar di sofa.
“Ia Pak?” melihat Sakti karena merasa dipanggil.
Mau apalagi dia,lagi serius begini juga.
“Apa ada hal yang kamu takuti didunia ini?”
Kenapa tiba-tiba? “Hmmm,apa ya? Mungkin saya takut kalau mati tapi belum melakukan satu kebaikan pun didunia ini,,hehehe”
“Kamu percaya ada makhluk lain didunia ini selain manusia?”
“Ya percaya dong pak. Selain manusia kan ada hewan dan tumbuhan juga. Mereka juga makhluk lho Pak.”
Mendengus kesal. Dia sengaja ya? “Maksud saya bukan itu. Kamu percaya kalu ada setan,hantu, atau makhluk lain, vampir misalnya. Kamu nggak takut?” nadanya terdengar ragu saat bertanya.
“Buahahahahaha,Bapak lucu juga ya?” matanya sampai berair karena tertawa.
Apa dia pikir aku bercanda? “Jawab aja,Ingat lho balas budi kamu,”
Cih,diungkit mulu.
“Saya percaya kalau mereka itu ada. Tapi kita berada didunia yang berbeda dengan mereka. Ada batas yang jelas disana. Percaya akan makhluk ciptaan Tuhan yang tak kasat mata itu juga termasuk rukun iman lho Pak.”
“Kamu percaya Tuhan?”
“Hah?” memandang tak percaya pada sang Dokter. Kali ini dia benar-benar kaget dengan pertanyaan Sakti. “Bapak kok nanya gitu. Bukannya Bapak juga seorang muslim?” ada apa dengan orang ini.
“Tau dari mana kamu aku muslim?” bertanya sisnis.
“Ini,di sini tertulis kalau Presdir Charlie’s corp bernama Muhammad Sakti Dirgantara. Itu artinya bapak muslim kan? Karena ada nama Muhammad didepan nama Bapak. Dan kita sama-sama tau siapa Muhammad itu,” Menjelaskan dengan berapi-api. Gemes banget kan gua.
“Jangan sok tau kamu. Itu Cuma nama.” Hatinya sedikit berdebar saat mengatakan cuma nama.
“Kalau gitu agama Bapak apa?” bertanya antusias. Topik membahas nama ini lebih penting dari laporan perusahaan Charli’es corp.
“Saya nggak punya agama,” tuturnya santai.
“Bapak seorang Atheis? Tidak percaya Tuhan?”
“Jangan kurang ajar kamu. Hanya karena aku tak ber agama,bukan berarti aku tidak percaya Tuhan.” Matanya menatap tajam.
“Maaf Pak,kalau saya lancang.” Larasati menepuk mulutnya sendiri. Ia benar-benar bingung denga pria ini. Banyak sekali rahasia hidupnya ternyata.
“Saya percaya Tuhan itu ada. Saya sangat percaya. Tapi saya tidak berani untuk memeluk agama apapun yang berlaku didunia ini. karena, , ,”
“Karena apa Pak?” jantungnya berdebar. Hatinya bergetar,matanya berbinar menanti jawaban Sakti.
“Karena Saya,,,”
Ia apa Pak,buruuuaaann. Bikin deg deg an aja.
“Karena saya lapar. Ayo kita makan di luar,”
Apa? Sialan,ternyata kamu emang nyebelin banget ya. Nggak tau apa orang penasaran.
“Kenapa kamu bengong begitu? Jangan berharap lebih. Kita nggak sedekat itu” berdiri santai meninggalkan Laras yang kesal tak karuan.
Bisa-bisanya Aku digantung begini. Dasar dokter kurang ajar. Sialaaaaaaaan. Tapi emang laper juga sih,nggak kerasa udah siang aja. Awas kamu nanti Dokter,pasti akan ku korek informasimu sampai habis. Hahahaha.
jangan lupa tinggalkan jejak ya. satu ketukan dilayar kalian,satu kebahagiaan buat authornya. terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments