Nico kembali mengecek ponselnya saat di meja makan,tapi hasilnya masih sama. Tak ada pesan apapun dari Laras. Biasanya gadis itu selalu mengirim pesan setiap pagi,hanya sekedar mengucapkan selamat pagi atau cepat bangun, jangan lupa sarapan. Ya pesan remeh-temeh seperti itulah yang sering dikirimkan olehnya. Dan sekarang ia benar-benar merindukan ungkapan sepele itu.
Sudah satu minggu ini Laras tak ada kabarnya,kemana dia sebenarnya. Rupanya dia benar-benar marah pada Nico.Pesan dari Nico pun selalu diabaikan,bahkan belum dibaca hingga sekarang. Bahkan satu minggu ini Nico tak pernah tidur nyenyak,ia selalu terjaga sepanjang malam. Danmulai terlelap saat adzan subuh berkumandang. Yang dikerjakannya adalah hal yang sama,mengecek ponsel berharap Laras membalas pesan yang ia kirimkan.
Ingatannya kembali pada masa-masa indah saat bersama gadis itu. Larasati selalu memberikan perhatiannya dengan caranya sendiri. Bukan dengan bergelayut manja atau merengek seperti gadis lainnya. Selau memahami sifat kekanakan Nico yang mudah marah atau ngambek karena hal sepele. Nico bahkan merasa Laras adalah kakaknya,bukan pacarnya. Sifat dewasa yang ditunjukan gadis itu membuatnya merasa nyaman dan disayangi.
Aku kangen kamu Ras,aku kangen semua candaan kamu. Padahal kamu dulu cuek banget, tapi bisa manis dan menggemaskan kalo lagi sama aku. Aku emang bodoh Ras,udah menyia-nyiakan mutiara kaya kamu.
“NIC...! makan dong kenapa Cuma diaduk-aduk aja nasinya?” Suara mama Diana yang berteriak membentaknya,pasalnya dari tadi diajak bicara normal Nico hanya diam saja. Hanya menunduk sambil terus memainkan sendok,memutar,menekan,dan mengaduk nasi dipiringnya.
“Nico nggak selera ma” Masih menunduk dan mengaduk-ngaduk nasinya.
“Ya jelas nggak selera,nasi dipiring kamu sudah mirip bubur bayi gara-gara kamu mainin aja dari tadi.” Mama Diana semakin jengkel,karena ia sangat membenci jika ada orang yang suka membuang makanan. Bukan karena memikirkan nasip rakyat miskin yang susah makan,tapi karena aturan hidup hemat yang ia terapkan. Semua pengeluaran harus dihitung dengan cermat,jangan sampai ada penggelembungan dana dari yang sudah dianggarkan.
“Ada apa Nic? Papa lihat akhir-akhir ini kamu kaya nggak semangat dan kurang tidur juga.” Pak Hartono ikut bicara akhirnya, melihat tingkah anaknya yang uring-uringan. Ia jadi ingat waktu Nico kecil dan ngambek minta mainan robot import model terbaru.
“Nico putus sama Laras pa?”
Braaaaaakk,
“Apaaa Nico,kamu putus?” Bu Dian langsung berdiri sambil menggebrak meja. Belum hilang kekesalannya dengan nasi,ini sudah ditambah masalah lagi. Bayangan menjadi besan seorang mentri seolah terbang menjauh. Apa kata teman-teman sosialitanya nanti. Padahal ia sudah pamer kesana kemari kalo bakal punya besan Mentri.
Pak Hartono dan Nico yang mendengar teriakan mamanya,hanya bisa mengelus dada. “udah Ma,jangan marah-marah terus. Nanti tensi Mama naik lagi” Pak Walikota ini berusaha menenangkan istrinya yang naik pitam. Mungkin ini juga yang membuatnya terpilih selama dua periode ini. sikapnya yang bijaksana dalam segala situasi.
“Duduk Ma, ayo kita makan lagi. Cantiknya istriku kalau nurut sama suami” Mengusap lembut tangan sang istri. Nico yang mendengar gombalan papanya hanya melengos.
“Pokoknya mama nggak mau tau Nico. Kamu harus minta maaf sama Laras. Dan ajak dia balikan lagi. Mama nggak mau kehilangan kesempatan punya besan mentri. Kalau perlu kita kerumahnya sekarang,tunjukin kalo kamu benar-benar menyesal. Mama tau pasti kamu yang salah,nggak mungkin Laras.” Nafasnya berlomba dengan suaranya. Kepalanya tibatiba pusing.
Nico hanya diam mendengar omelan mamanya. Karena memang ia yang salah disini. “Iya ma,nanti Nico kesana.”
Karena Nico bener-bener menyesal dan ingin memperbaiki semuanya. Ia akan berusaha meyakinkan laras seperti dulu lagi. Dengan dukungan dari sang mama,nico bertekad akan minta maaf pada Laras hari ini.
(Jangan lupa tinggalkan jejak,biar authornya makin semangat...terimakasih...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments