Langit yang sebelumnya cerah kini telah tertutup awan hitam, tak lama kemudian butir-butir air berjatuhan menerpa debu kering di bawahnya.
Di saat semua orang telah berada di rumah mereka sesosok gadis berambut hitam hanya memeluk lututnya di dalam kotak kardus yang ia tutupi dengan plastik.
Sebelah mata kirinya tertutup oleh poni rambutnya meski begitu, semua orang tahu dia gadis kecil yang cantik.
Gadis ini tidak memiliki rumah ataupun orang tua, dia hanyalah gadis biasanya yang menemukan dirinya di dunia tanpa keberuntungan, dunia yang kejam bagi dirinya yang sebatang kara.
Rasa lapar dan dingin memenuhi seluruh tubuhnya.
Saat hujan berhenti dia mulai mengais-ngais sampah kemudian kembali ke kotak berharga yang bisa dianggap sebuah rumah olehnya.
Walau hanya sepotong roti, itu sudah cukup untuk mengisi perutnya yang belum makan sejak kemarin, ketika dia merenungkan nasibnya seseorang tiba-tiba memanggilnya dari luar.
"Kau keluarlah, sampai kapan kau berada di dalam tempat menyedihkan ini?"
Seorang itu memiliki rambut pirang yang di potong sebahu, tubuhnya lebih kecil dari gadis berambut hitam akan tetapi dia jelas lebih berani dari siapapun.
"Apa yang kau mau dariku?"
"Selama ini kulihat kau hanya meringkuk di tempat seperti ini. Jadilah temanku dan bersama-sama rubah dunia kejam ini."
"Kenapa kau mengajakku?"
"Memangnya kau tak lihat, hanya kita saja yang masih hidup di tempat ini... semua orang telah pergi dari sini."
"Eh?"
Si gadis pirang mendesah pelan.
"Naga kehancuran telah merusak kota ini, dengan kata lain sudah tidak ada lagi yang bisa penduduk ini lakukan demi membangun kota kembali, jadi mereka memutus pergi... ngomong-ngomong siapa namamu?"
"Heliet Ladeosfa."
"Nama apa itu? Sulit sekali di sebutkan.. namaku Vivia Legal, kau bisa memanggilku Vivia saja."
Vivia memiliki rambut pirang serta memiliki kepribadian tomboy, sementara Heliet yang memiliki rambut hitam memiliki kepribadian lembut, keduanya memiliki banyak perbedaan meski begitu keduanya memutuskan menjadi teman.
Vivia menarik tangan Heliet lalu membawanya ke sebuah tempat yang disebut perpustakaan, di dalam sana banyak sekali buku-buku yang dibiarkan begitu saja tanpa tak terurus.
Hanya menyentuh sampulnya, debu segera berhamburan ke udara.
"Lihat ini.. keren bukan, di dalam sini seluruh apa yang kau butuhkan di dunia ini bisa kita pelajari di sini, teknik sihir, Alchemist, dan juga berbagai pengetahuan umum, kau pasti menyukainya."
Heliet memiringkan wajahnya.
"Aku tidak bisa membaca."
"Tenang saja, aku akan mengajarimu membaca hingga kau akan ahli dalam segala hal."
Sejak itu mereka menghabiskan waktu di dalam perpustakaan. Untuk makan mereka akan mencari ikan di sungai atau buah-buahan di hutan.
Vivia berdiri di atas batu di dekat sungai.
"Dengar Heliet, suatu hari nanti aku akan menjadi seorang kesatria hebat kemudian menjadi pembunuh naga terhebat di dunia ini, bahkan naga kehancuran akan kuhabisi dengan tanganku sendiri" kata Vivia selagi memegang pedang kayu di tangannya.
Sedangkan Heliet hanya duduk bersandar di pohon mengintipnya dari buku yang dibacanya.
"Jika kau ingin menjadi kesatria lebih baik kau menjadi seorang petualang dulu."
"Kenapa aku harus melakukannya?" tanya Vivia.
"Pengalaman adalah guru terbaik, dengan begitu kau bisa lebih kuat dengan cepat."
"Benarkah, kalau begitu aku akan menjadi petualang dulu, sampai saat itu kita pasti bisa keluar dari sini."
"Itu pasti."
Beberapa hari kemudian tanpa tak terduga seorang penyihir wanita mengunjungi kota tersebut, ia mengenakan topi runcing serta jubah penyihir yang cocok dengannya, di tangannya ia membawa sebuah tongkat dengan lengkungan di ujungnya.
Dia berjalan di antara rumah-rumah yang hancur dan menemukan Heliet dan Vivia sedang berlatih sihir di pinggir kota.
"Siapa di sana?" tanya Heliet menengok ke belakang.
"Ketahuan yah, namaku Meliana, apa kalian sedang berlatih sihir?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
arfan
313
2022-12-10
2
Kang Nyimak
flashback yang tidak ada peringatan
2022-04-14
0