Petualang pria itu berjumlah 20 orang, memakai armor berat serta senjata lengkap di tangan mereka.
"Dia cuma sendirian, serang dia... kita juga harus menghabisinya."
Mereka semua hanya orang-orang yang menganggap nyawa orang lain itu tidak berharga. Membiarkan mereka begitu saja itu hanya akan menimbulkan hal buruk di masa depan. Aku meletakkan tanganku di atas tubuh beruang yang tak bernyawa.
Beruang ini hanya ingin melindungi anak-anaknya tapi apa yang dia dapat hanyalah perlakuan kejam dari manusia, tak cukup hanya membunuhnya, mereka juga malah membunuh anak-anaknya.
Semuanya membuatku muak.
Aku mengambil pedang yang menancap di tubuh beruang kemudian meletakkan topiku di atasnya, aku tidak ingin membuat topi ini ternoda oleh darah.
Bersamaan langkahku, para petualang itu melesat ke arahku, dua orang dari mereka berlari ke arahku dengan pedang mereka.
Selanjutnya.
Darah menyembur ke udara menghasilkan bunyi air mancur, sensasi dari tubuh yang terpotong menjalar ke setiap tanganku yang gemetaran meski begitu aku tidak peduli, aku terus berjalan ke arah pria sebelumnya.
Beberapa dari mereka menembakan sihir padaku akan tetapi itu sama sekali tidak bisa menebus perisaiku.
Secara bersama lima orang selanjutnya berlari memutari tubuhku mereka semua menyerang secara bersamaan dan aku hanya mengayunkan pedang hingga mereka semua tumbang tak bernyawa.
"Oi oi, bukannya statistik miliknya sangat lemah, kenapa dia bisa sekuat ini?" tanya salah satu pria.
Statistik hanyalah angka-angka yang belum pasti seiring dengan pelatihan angka itu akan terus bertambah.
"Aku sudah mengatakan untuk segera pergi tapi kau tidak mau mendengarkan dan seenaknya membunuh beruang dan ketiga anaknya."
"Mereka hanya hewan, untuk apa kami peduli."
"Kalau begitu akan kutunjukan seperti apa sihir itu."
Aku mengarahkan tanganku ke depan mereka untuk memanggil sebuah lingkaran sihir api melewati jari-jariku.
"Hell of the Abyss," bersamaan perkataanku semua orang tertawa.
"Apa-apaan tidak ada yang muncul."
Saat mereka melihat ke atas barulah mereka mengetahui sebuah kengerian sesungguhnya, terdapat beberapa lingkaran sihir raksasa yang saling tumpah tindih. Saat api dijatuhkan itu membentuk sebuah pilar raksasa menewaskan seluruh petualang hingga mereka semua menjadi abu.
Hanya kawah raksasa yang muncul setelahnya.
Ketiga wanita itu memekik takut meski begitu aku tidak ingin membunuh mereka, aku membuang pedang di tanganku lalu mengambil topi penyihirku sebelum melangkah pergi.
Di sana aku membuka pintu toko yang sepi itu, lalu menjatuhkan keranjang yang sebelumnya aku kumpulkan di lantai.
"Selamat datang... Aksa tubuhmu penuh darah."
Guruku yang mudah panik segera berlari ke arahku untuk menangkap tubuhku yang roboh ke depan, wajahku masuk diantara belahan dadanya.
"Hey, apa yang terjadi?"
Aku tidak mengatakan apapun dan hanya menutup mataku di tempat yang nyaman tersebut.
Di kamar mandi itu nona Heliet dengan ekpresi biasanya membasuh tubuhku dengan air hangat, aku tidak tahu kenapa dia melakukannya tapi baginya mandi bersama bisa mempererat hubungan walaupun aku sekarang tidak ada waktu untuk mengagumi tubuhnya yang indah tersebut.
Aku menceritakan apa yang terjadi padanya hingga ia hanya tersenyum lembut ke arahku lalu berkata.
"Begitu."
Ini pertama kalinya aku membunuh seseorang hingga tanganku tak bisa berhenti gemetaran, dengan ringan nona Heliet hanya memelukku dari belakang tanpa mengatakan apapun lagi, tubuhnya yang hangat memberikanku sebuah ketenangan.
Lalu keesokan harinya aku pergi ke guild, semua orang tampak memandangku dalam diam.
Kazel orang yang lebih dulu menyapaku.
"Kau baik-baik saja Aksa?"
"Aah," balasku singkat sebelum berjalan ke arah loket guild dimana di sana berdiri seorang gadis yang kukenal bernama Lulu.
"Aksa?"
"Aku ingin keluar dari guild."
Ketika aku menyodorkan kartu guildku dia langsung menolaknya.
"Aku tidak bisa menerimanya, lagipula merekalah yang salah."
"Tapi..."
Aku hendak mengatakan sesuatu namun, semua orang di guild lebih dulu memotongnya.
"Jangan Khawatir Aksa, mereka pantas mendapatkan apa yang mereka lakukan.. lagipula orang-orang itu selalu membuat kerusuhan di kota kita ini."
"Benar, kau tidak perlu merasa bersalah."
Ketiga wanita yang terlibat juga hanya menganggukan kepala mereka untuk mengkonfirmasikan kebenaran. Lulu melompat ke arahku sembari mencekikku dengan lengannya, dibanding apapun aku lebih suka merasakan kelembutan darinya.
Ada dua bagian yang menonjol yang dapat kulihat dari dadanya.
"Kau ini terlalu banyak memikirkan hal aneh-aneh, apa hari ini kau akan mengambil quest lagi?"
Aku hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
arfan
314
2022-12-10
2
Khanna Anam
hajarrrrr
2022-06-26
0
Zura
mantap seru!!!
2022-04-19
0