"Sejak saat itu kami terus hidup dengan membalas dendam, kami berhasil mengalahkan penyihir kegelapan namun sebagai gantinya Heliet terkena kutukan kematian bahkan jika dia abadi itu masih membunuhnya, cara yang bisa dilakukannya adalah dengan membawa tongkat Meliana untuk memperpanjang umurnya."
"Jika begitu, aku akan mengembalikan tongkat ini."
"Lupakan saja, alasan selama ini kenapa dia terus hidup hanya untuk mencari murid pengganti dirinya, setelah sudah menemukannya dia akan senang jika umurnya tidak lama lagi."
"Jangan bercanda, bagaimana seorang yang senang dengan kematiannya bisa menangis seperti itu.. aku akan menyelamatkannya, tidak akan kubiarkan dia mati begitu saja."
Vivia bangkit untuk mencengkeram kerah bajuku.
"Memangnya aku senang melihat temanku menderita, walau tongkat itu bisa memperpanjang hidupnya, tetap saja dia selalu merasa kesakitan... bocah sepertimu berhentilah bermimpi untuk menyelamatkan seseorang."
Vivia sedikit mendorongku ke belakang sementara aku mengepalkan kedua tanganku berusaha menahan seluruh emosi di dalam tubuhku.
"Lihat saja baik-baik, akan kutunjukan bagaimana aku menyelamatkannya."
"Dasar keras kepala."
Aku meninggalkan kedai untuk berlari menuju toko yang sekaligus tempat tinggal kami berdua, kutemukan nona Heliet sedang duduk di mejanya menunggu pelanggan.
"Ada apa Aksa?"
Aku segera menjatuhkan tongkat di depannya hingga ekpresinya sedikit khawatir.
"Aksa?"
"Tak akan kubiarkan kau mati, tunggulah sebentar, aku akan membawa obat padamu."
Aku segera membuka pintu.
"Tunggu Aksa, kau mau pergi kemana?"
Nona Heliet yang panik segera menggenggam tanganku.
"Kau tidak seperti biasanya, hentikan.."
Aku melepaskan tangannya dan berkata.
"Aku akan menaiki menara itu dan meminta obat dari Dewi naga."
"Aksa?"
"..."
"Jangan lakukan itu."
"Aku akan melakukannya walau siapapun melarangnya, jangan khawatir aku tidak berniat menikah dengannya... sampai saat itu, aku akan kembali, tunggu aku."
Nona Heliet hanya bisa menatapku selagi memegangi cincin di tangannya. Aku menggunakan sihir angin untuk membuatku terbang menuju menara yang menjulang tinggi tersebut.
Menurut legenda seseorang harus masuk ke dalamnya dan mencoba menantang setiap lantai agar Dewi Freya mau mengabulkan permintaanmu tapi, aku memutuskan untuk terbang langsung ke atas mengambil sisi luar menara.
Semakin lama rasanya semakin jauh hingga pada akhirnya aku memanjat dengan kedua tanganku.
Setiap keringat membasahi setiap tubuhku, jika diibaratkan ada suatu sihir yang menangkal seseorang untuk melakukan hal ini.
"Siapa bocah bodoh yang mencoba memanjat menaraku dengan curang, kau harus tiba ke sini dengan cara yang sama orang lakukan," sebuah suara wanita terdengar dari segala arah.
"Aku punya permintaan untukmu Dewi Naga Freya."
"Walau aku mendengarnya, aku tidak akan mengabulkannya sebelum kau bisa melewati setiap lantai.. jadi pergilah."
Sebuah angin kuat menerjang ke arahku hingga aku jatuh ke bawah, untunglah aku sempat menggunakan sihirku sebelum menghantam tanah.
Sebelum aku bisa memanjat lagi sebuah pukulan menghantam wajahku, menerbangkanku hingga sejajar di tanah, dan seorang yang melakukannya itu adalah Vivia.
"Jika kau ingin mati lakukan lebih baik," teriak Vivia sementara nona Heliet berdiri di belakangnya.
"Kenapa kalian bisa datang kemari?"
"Kau benar-benar membuatku muak."
Vivia menduduki tubuhku selagi mengirim tinjunya ke wajahku secara berulang-ulang kali.
"Memangnya kau kira apa yang kulakukan selama ratusan tahun ini? Aku sudah lebih dulu memikirkan apa yang ingin kau lakukan ini... aku bahkan langsung menantang Dewi di atas menara ini dan hasilnya aku sudah mati ratusan kali."
Ekpresi wajahku langsung memucat, bahkan jika itu aku, aku pasti sudah tidak akan bisa berbuat apapun.
Vivia melepaskanku lalu berdiri di sebelahku setelah puas memukuliku.
Guruku langsung mendekat dengan air mata menetes dari wajahnya.
"Kau membuatku takut, aku tidak masalah seperti ini.. Aksa."
Aku hanya menutup mataku untuk menyembunyikan kesedihanku.
"Guru, tolong hiduplah lebih lama lagi... aku berjanji akan lebih kuat untuk menyelamatkanmu."
Nona Heliet memelukku erat.
"Aku berjanji, tolong jangan lakukan hal gegabah lagi hueeehhh."
Ini pertama kalinya aku membuat guruku menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
arfan
210
2022-12-10
1
MHD AZFI SYUHADA
ceritanya bakal lebih ngena kalau alurnya dibuat lebih lambat
2022-04-21
1
Scarlet Nova
kok aku gak merasakan apa-apa ya?
2022-03-04
0