

Menjadi Penyihir Di Dunia Lain

 

Chapter 05 : Menjadi Murid Penyihir

"Pedang ini hanya pedang biasa, mungkin harganya sangat murah."

"Benarkah?"

"Jika menginginkan tongkat bagaimana dengan ini?"

Wanita itu pergi ke belakang lalu kembali selagi memberikanku sebuah tongkat kayu dimana bagian depannya melingkar.

"Aku akan memberikan tongkatnya jika kau bisa menggunakannya."

"Tentu saja."

"Apa yang harus kulakukan?" aku balik bertanya.

"Coba kau duduki, jika kau bisa terbang itu berarti kau bisa menggunakannya."

"Aku mengerti."

Aku melakukan seperti apa yang dikatakannya, setelah aku duduk di tongkat, tubuhku seolah ditarik ke atas lalu melayang menyentuh atap-atap toko.

"Apa ini sudah cukup?"

Wanita itu hanya menatapku selagi melongo. Memangnya aku melakukan hal yang salah, ketika aku mendaratkan kakiku entah kenapa dia memelukku erat.

"Nyonya."

"Mulai sekarang panggil aku guru."

"Guru?"

"Sebenarnya tongkat itu peninggalan guruku, guruku pernah mengatakan jika kau ingin mengambil murid pastikan dia bisa menggunakan tongkat ini."

"Dengan kata lain?"

"Mulai sekarang hubungan kita guru dan murid, tidak ada alasan untuk menolak.. kau juga harus tinggal di sini bersamaku."

Aku memang bisa keluar dari gadis itu tapi sekarang aku malah berakhir tinggal dengan wanita dewasa.

"Ngomong-ngomong bisakah Anda melepaskanku?"

"Setelah kau mengatakan namamu?"

"Aksa, namaku Aksa."

"Nama yang bagus," wanita itu akhirnya mundur lalu menunjukkan sikap sopan selagi meletakan tangan di dadanya.

"Namaku Heliet Ladeosfa.. mulai sekarang aku akan melatihmu menjadi penyihir hebat."

"Meski kau bilang begitu, aku ini lemah dan juga pekerjaanku hanya sebagai petualang."

"Tidak apa, kau bisa menggunakan kamar di lantai dua "

Karena aku juga tidak memiliki banyak uang aku rasa aku akan menerimanya saja, mungkin setelah dia merasa kecewa dengan kemampuanku dia juga pasti akan mengusirku.

Aku menerima kamar cukup luas tanpa apapun di dalamnya kecuali tempat tidur.

Heliet memegangi pipinya.

"Walau kamar ini tidak terpakai aku selalu membersihkannya jadi kau bisa nyaman menggunakannya."

"Terima kasih, hari ini aku sudah mengambil quest dari guild.. aku mungkin akan kembali sore nanti."

"Aku mengerti, pelatihanmu akan dimulai besok hari jadi kau hanya akan pergi ke guild lagi setelah meluangkan waktumu bersama gurumu."

"Apa ini pertama kalinya Anda memiliki murid?"

"Panggil aku guru."

Aku tersenyum masam.

"Maksudku guru."

"Bagi penyihir tua sepertiku atau di luar sana memiliki murid adalah sesuatu yang mereka inginkan demi mewariskan ilmu pengetahuan serta keterampilannya, hanya saja berbeda dengan guruku dia memiliki aturan ketat untuk mengambil setiap satu murid di setiap generasi, aturan itu diwariskan kepadaku juga... syukurlah, setelah lama menunggu aku memilikinya sekarang."

"Boleh aku menanyakan sesuatu?"

"Tentu saja muridku yang tersayang."

"Berapa umurmu?"

"900 tahun."

"Penyihir bisa hidup sepanjang itu."

"Hanya beberapa saja, kebetulan saja aku ini abadi."

"Selama ini pasti guru kesepian."

"Benar sekali Aksa... saat aku sakit tidak pernah ada yang mengurusku."

"Tolong jangan terus memelukku."

"Tak apa, kita guru dan murid."

Itulah masalahnya.

"Kalau begitu aku permisi, terima kasih untuk tongkatnya."

Saat hendak membuka pintu Heliet memanggilku.

"Pedangmu ketinggalan?"

"Aku sudah tidak memerlukannya lagi."

"Begitu kah? Aku akan menjualnya."

"Aah."

Hidup memang penuh kejutan, saat aku membutuhkan tempat tinggal aku mendapatkannya dengan cara yang sulit ditebak siapapun bahkan untukku sendiri. Bisa dibilang ini sebuah keberuntungan.