Aku kembali ke toko setelah membeli sesuatu sebagai hadiah, ini sedikit aneh karena toko telah tutup lebih awal. Aku menerobos pintu masuk dan kutemukan nona Heliet terbaring di lantai dengan darah keluar dari mulutnya.
"Guru, kau baik-baik saja?"
Aku segera merangkulnya.
"Aksa kah? Aku cuma terjatuh."
Aku tahu itu bohong, kendati demikian aku sudah tahu sejak awal bahwa guruku menyembunyikan sesuatu. Selama ini aku hanya berpura-pura untuk tidak khawatir.
Aku menggendong tubuhnya dengan tanganku lalu membaringkan di kamarnya di lantai dua.
"Terima kasih."
"Guru pasti lapar, akan kubuatkan bubur."
Dia memegangi tanganku dan hanya menggelengkan kepalanya.
"Denganmu tetap berada di sini aku akan sembuh, tapi kepalaku agak pusing."
Aku mengelus rambutnya hingga ia tertawa kecil, dasar bodoh. Aku tahu dia hanya pura-pura.
Aku mengeluarkan bungkusan kecil dalam kotak dari saku celanaku yang mana kuberikan padanya.
"Ara, apa aku sedang dilamar?"
"Mana ada, ini ucapan terima kasihku saja."
"Aku sedikit kecewa."
"Sebenarnya apa yang kau harapkan dariku?" kataku lemas.
"Boleh aku buka sekarang?"
"Tentu."
Wajahnya tampak senang saat ia membuka hadiah yang telah kusiapkan, itu hanyalah sebuah cincin dengan bentuk kupu-kupu.
"Bukannya ini cincin yang sangat mahal."
"Saat guru di kota, guru selalu meliriknya bukan? Kurasa itu hadiah yang cocok untukmu."
"Aku akan menikahimu."
Orang ini bisa bercanda di situasi seperti ini.
"Sejujurnya dulu aku ingin sekali bisa menikah, hanya saja seseorang yang kusukai lebih dulu menyukai wanita lain."
"Aaahhh... aku tidak dengar apapun," teriakku selagi menutup telinga sementara nona Heliet tertawa kecil.
Dia memintaku untuk memakaikan cincin di jari manis kirinya, aku sudah tahu maksud dengan ini.
Dari awal dia sudah memutuskan untuk tidak menikah dengan siapapun.
Aku mendesah pelan dan guruku terus menunjukkan jarinya ke arahku.
"Cocok sekali bukan? Loh kenapa aku menangis... mungkin karena senang."
Aku tersenyum kecil lalu berkata.
"Hari ini aku akan memasakkan apapun yang guru inginkan? Guru mau apa?"
"Kalau begitu sama seperti kemarin."
"Tentu."
Saat aku menutup pintu tampak wajah nona Heliet yang menundukkan kepalanya dalam kesedihan.
Keesokan harinya di salah satu kedai aku mengundang Vivia untuk mengobrol satu sama lain, sejujurnya akulah yang memaksanya untuk datang kemari.
Jika soal guruku dia selalu enggan untuk mengatakan apapun, meski begitu aku memaksanya.
Walau ragu akhirnya dia mau membuka mulutnya.
"Sebenarnya aku dan Heliet pernah bertugas di kerajaan yang sama selama beberapa ratus tahun yang lalu."
"Aku sudah menduganya bahwa nona Vivia memang abadi."
"Padahal aku sudah menipumu sejak awal."
"Sejujurnya aku terkejut saat Anda terlihat sangat baik padaku."
"Anggap saja saat itu aku ingin membodohimu, yah, meskipun aku memang ingin menolongmu."
Aku menyeruput tehku lalu berkata.
"Misalnya aku menginap di rumahmu, apa yang akan terjadi padaku?"
"Mudah saja, kau akan kehilangan keperjakaan."
"Syukurlah aku tidak datang saat itu."
"Hah, kau yakin bersyukur? Walau aku kasar tubuhku cukup bagus diantara para gadis di kota ini," atas pernyataannya aku hanya bisa tersenyum masam.
Dibanding apapun aku sangat terkejut dengan sifat aslinya, beginilah dari sikap seseorang yang dijuluki pembunuh naga.
"Lalu apa yang terjadi dengan guruku?"
"Ah, itu karena kutukan."
"Kutukan?"
"Kejadiannya sudah lama, kau menerima tongkat darinya kan?"
Aku mengangguk mengiyakan.
"Itu adalah peninggalan gurunya yang berharga yang dipercayakan padamu, dengan kata lain Heliet tidak akan berumur panjang lagi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
Sak. Lim
itulah goblokkkk naaaaaaif idioooooot
2023-12-28
0
arfan
235
2022-12-10
0
SINYO Garden
well well well
2022-03-19
1