Laki laki yang tidak di kenal Elizabeth berdiri berhadapan. Keduanya sama sama terkejut. Keadaan apartemen yang sepi apalagi semua penghuni tidak saling mengenal membuat Elizabeth merasa ketakutan, untuk beberapa saat Elizabeth mematung, kakinya seakan terpaku di lantai.
Elizabeth berpikir bagaimana bisa lelaki ini masuk apartemen Kendrick tanpa merusak sistim. Tetapi setelah sadar, dia baru melihat kalau lelaki di depannya juga memegang key card di tangan kirinya. Bukankah seharusnya Kendrick yang memilikinya.
Sebuah pisau buah bertengger di atas meja makan, di sampingnya sebotol saos pedas khas Kanada, Elizabeth ingin meraih ke dua barang itu, tetapi jarak lelaki dan pisau itu juga sama dekat. Tangan Elizabeth berkeringat dingin, melihat wajah lelaki di depannya bukan lelaki baik baik. Wajah hitam dan bengis, rambut ikal panjang, bibir menghitam terkena nikotin akut, hidung besar dengan pori pori di ujung hidung yang kasar. Badannya tidak terlalu besar tetapi otot ototnya tampak kasar dan tidak beraturan. Kulit tangan dan lehernya penuh tato, baik yang pudar ataupun yang baru saja di buat. Lelaki itu memakai celana jins hitam yang tampak kumal, kaos abu abu dan jaket coklat. Sepatu kets warna senada. Dari yang terlihat sepertinya lelaki ini beberapa hari tidak terkena air atau mandi. Bahkan saat lelaki itu berbicara aromanya tercium hingga beberapa meter.
Elizabeth mulai bergetar ketakutan, ingin berlari ke kamar juga tidak mungkin, gerakan yang tiba tiba akan membuat lelaki di depannya semakin nekat.
"Siapa kamu? Kenapa kamu bisa masuk ke mari?"
"Tidak penting siapa aku, dan aku mencari barang milikku yang di curi Kendrick."
Lelaki itu mengeluarkan sebilah pisau dari balik jaketnya. Kilatan pisau itu menyilaukan mata terlihat sangat tajam. Elizabeth semakin ketakutan.
Telapak kaki Elizabeth berkeringat, udara yang dingin semakin membuat dia bergidik ketakutan. Otaknya seakan buntu tak bisa di gunakan. Ke dua tangannya mengepal, ingin rasanya meraih pisau yang ada di atas meja makan, tetapi pada saat melihat lelaki di depannya juga tengah memegang sebilah pisau hatinya menciut. Sedikit demi sedikit Elizabeth beringsut mundur.
Tetapi pemikiran lelaki di depannya ternyata lain, bahkan berganti tujuan. Melihat wanita Kendrick di depannya dengan memakai baju tidur yang minim walaupun tidak tembus pandang, sebagai laki laki normal tentu saja merasa tergoda. Elizabeth tidak cantik, apalagi putih, tetapi tetap saja sebagai laki laki merasa tergoda. Hawa panas di tubuh pada lelaki itu mulai naik, bahkan untuk menelan ludahpun merasa kesulitan. Otaknya benar benar mendidih. Ingin rasanya dia menerkam wanita yang ada di depannya.
Suara ponsel Elizabeth berbunyi, sayangnya ponsel itu berada di dalam kamar. Elizabet sedikit beringsut mundur.
"Jangan bergerak, kalau sedikit saja kamu bergerak. Pisau ini akan menancap di tubuhmu." Ucapan lelaki itu sukses membuat Elizabeth ketakutan.
Elizabeth merasa menjadi mahluk tersial bagaimana tidak, saat masih tinggal di rumah keluarganya dia tidak pernah di anggap. Bahkan tidak pernah sedikitpun mendapat kasih sayang dara Luci. Selalu menjadi bulan bulanan kakaknya. Dan sekarang malah mati muda.
Ya tuhan, aku tidak mau mati sekarang. Karena aku belum merasakan kebahagiaan sama sekali, dan jika aku mati magaimmana dengan Diego dan papa. Apa yang harus aku lakukan. Aku harus memilih lari ke kamar ataukah meraih pisau b**uah yang di atas meja.
Dengan kekuatan dari bayangan papanya dan Diego akhirnya Elizabeth mendapatkan semangat, dia berani beringsut dan segera berlari menuju kamar, di mana sedari tadi ponselnya berbunyi, mendorong pintu agar segera tertutup dan terkunci, tetapi sialnya sebuah tangan menahan pintu itu dan tidak bisa tertutup. Adegan saling dorong pintu terjadi. Sebagai wanita tentu kekuatannya kalah tenaga. Lelaki jahat itu mengejarnya, Elizabeth berhasil meraih ponsel yang beberapa kali berdering. Tetapi saat ponsel berhasil di genggamnya, panggilan tiba tiba berhenti. Lelaki itu meraih rambut Elizabeth, menggenggam dan menjabak. Elizabeth sudah berteriak kencang, tetapi apartemen yang tertutup dan dindingnya yang tebal, membuat teriakannya hanya sia sia belaka. Beberapa rambutnya terlepas bahkan tertinggal di genggaman lelaki itu. Dengan kekuatan penuh lelaki berwajah bopeng membalik tubuh Elizabeth, senyuman menyeringai dari wajahnya yang buruk. Tangan Elizabeth berusaha memukul wajah lelaki itu, tetapi genggaman tangan wanita tak berarti apa apa, bahkan cakaran di pipi tidak memiliki efek sedikitpun. Kaki Elizabeth menendang ke segala arah. Tetapi dengan kekuatan penuh lelaki itu berhasil mematahkan perlawanan Elizabeth.
Elizabeth tidak memperdulikan rambutnya lagi, dia terus meronta, menarik rambutnya sambil satu tangannya menahan agar tidak terlalu sakit. Tetapi gerakan apapun seolah olah sia sia saja.
Sebuah pajangan di atas kamar sempit itu berhasil di raihnya, lalu di lemparkannya ke arah wajah lelaki itu dan dengan gerakan cepat lelaki berwajah bopeng itu menangkis lemparan vas Elizabeth. Vas terbentur di tembok kamar, kemudian jatuh ke lantai, pecahannya berserakan ke mana mana.
Elizabeth menggigil ketakutan, dia berdiri di sisi tempat tidur, sementara laki laki itu berdiri di sisi lainnya. Ke duanya menarik nafas kasar dan tak beraturan.
Lelaki itu melangkahkan kakinya dengan cepat menyerang Elizabeth, kaki Elizabeth tanpa sengaja tersangkut selimut yang menjuntai, sehingga dia terjatuh tepat di atas tempat tidur.
Lelaki itu semakin senang, jatuhnya Elizabeth di atas tempat tidur yang berantakan itu sesuai kehendaknya. Lelaki berwajah bopeng itu menindih Elizabeth, Elizabeth berusaha melepaskan diri, pakaian yang di kenakan Elizabeth sudah tak karuan, bahkan sobek di bagian dada.
Lelaki itu semakin beringas, beberapa kali mengumpat kesal. Mencoba mencium Elizabeth, sementara itu Elizabeth membolak balikkan kepalanya demi menghindari serangan laki laki yang sudah kehilangan akal.
Sebuah tamparan keras jatuh di wajah Elizabeth, rasanya sangat menyakitkan, bahkan kepala Elizabeth terlempar menghadap ke kiri. Perih dan darah ke luar dari sudut bibirnya, tiba tiba suasana gelap. Elizabeth tidak merasakan apa apa. Tubuh dan otaknya menjadi mati rasa. Elizabeth sadar kalau tubuhnya di gerayangi lelaki biadab itu. Otaknya memberikan sinyal bahaya, tetapi tubuhnya seakan akan tidak dapat merespon peringatan itu.
Bahkan bibirnya seperti terkunci, ucapan 'Minta tolong' pun tak bisa ke luar dari mulutnya. Keajaiban tiba tiba datang, setelah ber doa dan mengingat wajah papa dan Diego tiba tiba kesadarannya sedikit demi sedikit pulih. Tangannya terasa menyentuh sesuatu yang dingin, tergeletak di atas kepalanya. Elizabeth sadar kalau itu adalah pisau yang di bawa lelaki itu. Antara sadar dan tidak Elizabeth berusaha mengumpulkan kesadarannya, mengangkat lengan yang tengah di tekan oleh lelaki biadab dan mengangkat lututnya. Begitu sulit tetapi walaupun dengan ke adaan tubuh yang lemas tidak menyurutkan baginya untuk berjuang agar semangat dia tidak mau menyerah begitu saja.
"Akkkhhh."
Ada revisi negara. Jadi mohon maaf. Trimakasih Like and Komen juga Vote. 😘😘😘Muach
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments