Tidak ada yang tak mungkin bagi ke duanya, mimpi yang di idam idamkan harusnya terencana sempurna, baik Elizabeth maupun Julia memiliki mimpi yang berbeda. Seorang pekerja buruh memiliki ambisi yang sama dengan wanita sebaya, tidak salah bukan? Hanya saja mimpi yang di harapkan kadang tidak sejalan dengan yang mereka idamkan. Mimpi hanyalah mimpi, terutama Elizabeth mimpinya terlalu besar.
Elizabeth bersama Julia melanjutkan pekerjaannya, cek barang semua departemen dengan teliti. Gudang yang begitu besar di kerjakan oleh segelintir karyawan wanita. Mereka terlihat tangguh, padahal tenaga mereka terbatas dan tidak maksimal. Chek stok barang biasanya di kerjakan satu bulan sekali untuk menimalisir kesalahan. Beruntungnya mereka membagi tugas berdasarkan departemen, hal itu memudahkan pekerjaan.
Kali ini Elizabeth dan Julia mendapat giliran di bagian departemen Departemen Stationary.
Departemen stationary meliputi semua peralatan tulis dan kantor.
Elizabeth sudah menghitung semua barang baik yang di gudang ataupun yang di pajang di seluruh diplay. Semua tertulis rapi dan jelas, kemudian Julia memasukkan ke data komputer yang sudah di sediakan. Bahkan Elizabeth sudah mencocokkan satu per satu. Terlihat kepuasan di antara ke duanya.
Ke duanya duduk di kursi panjang yang ada di lorong gudang, Elizabeth membalik pinggangnya ke kiri dan ke kanan demi melemaskan ototnya yang tegang hingga terdengar suara 'Krek krek'. Demikian juga yang di lakukan untuk jarinya.
"Kenapa tidak kamu patahkan saja tulangmu?"
Ucap Julia sambil tertawa.
"Apa kita langsung pulang?" Tanya Elizabeth. Dia tidak sabar ingin pulang ke apartemen milik Kendrick.
"Sepertinya aku harus pergi. Embre mengajakku."
"Baiklah bersenang senanglah."
Ke duanya berjalan ke ruang ganti karyawan. Ruangan yang lebar itu mereka tidak sendiri. Banyak pegawai melakukan hal sama. Mereka melakukan dengan cepat, karena kekasih mereka sudah menunggu.
Elizabeth dan Julia keluar dari ruang ganti bersamaan. Membicarakan kehidupan kecil mereka yang di anggapnya memang menyenangkan bagi diri mereka masing masing.
Elizabeth dan Julia akhirnya terpisah di gerbang depan toserba itu. Elizabeth sempat melirik embre yang tampan walaupun tak setampan Kendrick. Hanya saja Embre terlihat lebih bajingan. Saat pandangan mereka bertemu terlihat senyum menjijikkan ke luar dari sudut bibir Embre. Elizabeth merasa jijik.
Untung saja gelagat Elizabeth tak di ketahui oleh Kendrik, kalau sampai tau maka habislah nyawa Embre. Dan Elizabeth tidak mau kekasihnya di penjara gara gara seseorang yang brengsek dan tidak penting.
"Melihat apa? Ayo naik." Tanya Kendrick saat menyadari Elizabeth menatap dua manusia yang bergandengan tangan dan pergi meninggalkan toserba. Elizabeth menginjakkan kakinya di pedal sebelah kanan kemudian melangkahkan kaki kirinya lalu meletakkan tubuhnya di jok motor, menjulurkan ke dua tangannya dan sebelumnya Kendrick sudah memakaikan pelindung kepala memasang pengaitnya agar aman.
"Siapa mereka? Tanya Kendrick lagi mengulang, akhirnya Kendrick menyadari tatapan mata Elizabeth di tujukan lelaki yang bersama Julia.
"Hmm?"
"Aku tidak mengulang pertanyaan."
Ucap Kendrick setengah membentak.
"Tidak apa apa. Tidak penting!"
Kendrick menghembuskan nafas kesal, dia kesal karena melihat Elizabeth mulai berulah dan melihat lelaki lain apalagi lelaki itu memiliki pasangan.
Memutar kunci motor kemudian menekan tombol start menekan kopling, mumutar gas, kemudian melepas kopling pelan pelan. Motor langsung melaju kencang dan melesat.
Saat melewati sepasang manusia yang bergandengan tangan, lagi lagi Elizabeth menoleh bahkan melalui kaca spion Kendrick dapat melihat senyum Elizabeth, Kendrick kesal. Dia yang merubah penampilan Elizabeth menjadi wanita yang pantas di lihat. Kendrick sangat kesal, mengencangkan laju motornya hingga kecepatan maksimal. Elizabeth memejamkan matanya.
"Berhenti!" Teriak Elizabeth di balik pelindung kepalanya. Kendrick mengurangi kecepatan motor besar yang di kendarainya.
"Kenapa?" Elizabeth mengulang pertanyaan lagi.
"Tidak! Aku hanya ingin lebih cepat sampai di apartemen."
Elizabeth masih tidak mengerti dengan sikap Kendrick yang berubah ubah. Mereka tiba di apartemen Kendrick, setelah menuruni motor besar, ke duanya berjalan menuju lantai atas. Apartemen di daerah strategis tetapi tidak tergolong mewah. Ke duanya memasuki apartemen setelah sebelumnya Kendrick membukanya dengan key card yang di sodorkan oleh Elizabeth. Kendrick membanting tubuhnya ke atas sofa kecil. Dia tampak kelelahan, Elizabeth langsung menuju ke dapur membuka lemari pendingin dan mengeluarkan air kemasan, kemudian membawanya untuk di berikan kepada Kendrick, Kendrick membuka lalu meminumnya, dia sama sekali belum mengeluarkan suara, diam seribu bahasa. Wajahnya terlihat masam.
Elizabeth duduk di samping Kendrick, duduknya setengah miring, memandang wajah kendrick yang datar ingin sekali Elizabeth mrnggodanya.
"Kenapa? Ada apa?"
Kendrick masih bungkam, membalas tatapan Elizabeth dan menguncinya.
"Katakan kenapa kamu melihat lelaki tadi."
"Yang mana?"
Elizabeth sama sekali tidak mengerti apa yang di ucapkan oleh Kendrick. Karena memang dia tidak berniat apapun. Tetapi setelah ingatannya kembali, Elizabeth mrnjentikkan jarinya.
"Oooo yang berjalan dengan Julia?"
"Julia? Siapa Julia."
"Teman baikku. Bahkan dia yang banyak membantuku. Dan percayalah aku tidak memiliki niat apapun dengan teman prianya yang brengsek itu."
Suasana mencair, Kendrick tidak lagi marah. Elizabeth memasak masakan yang sederhana untuk Kendrick, Poutine masakan khas Kanada.
Merupakan salah satu hidangan paling populer di Kanada. Hidangan ini sangat di sukai oleh Kendrick. Poutine merupakan kentang goreng dengan lumeran keju dan dengan toping daging dan saus pedas. Elizabeth memasaknya dengan cepat dan simpel.
Melihat tangan Elizabeth yang cekatan dan terampil, ada terbersit di hati Kendrick rasa senang yang luar biasa. Sikap Elizabeth yang sangat memperhatikannya di artikan memiliki sikap seperti ibunya.
"Bagaimana kalau kita menikah saja." Ucapan Kendrick keluar dari mulutnya begitu saja.
Elizabeth menghentikan gerakannya, tangannya melepaskan sendok yang tengah di cucinya hingga terdengar suara 'Prang'.
"Kamu serius? Dengan apa kamu menghidupiku?"
"Lupakan, anggap saja aku tidak berbicara apa apa!" Ucap Kendrick tenang, kemudian Kendrick membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Elizabeth sendirian. Kendrick tidak sakit hati, karena yang di ucapkan Elizabeth benar. Besok Kendrick berniat melamar Elizabeth dengan benar, dia akan berterus terang mengatakan kalau dirinya sudah memeliki beberapa uang bahkan properti. Wanita itu tidak cantik tetapi dengan kepolosannya itu sanggup meruntuhkan hati seorang mantan preman kampung yang mulai berubah baik.
Seperti biasa setelah mengantar Elizabeth pulang, Kendrick akan kembali ke club malam yang, dia senantiasa berkawan dengan kehidupan malam. Semua tanpa sepengetahuan Elizabeth.
Sementara itu Elizabeth membanting tubuhnya di kasur kecil itu, masih teringat ajakan Kendrick sesaat tadi. Elizabeth mendengus kasar.
Menikah? Bagi Elizabeth kata kata seperti itu begitu menyenangkan, tetapi mengingat Papa dan Diego hatinya kembali mengeras. Terasa sesak di dada. Elizabeth tidak ingin membiarkan papa dan Diego kesulitan mendapatkan pengobatan. Dia akan berjuang demi kesehatan mereka, membiayai pengobatan mereka. bahkan kalau perlu dengan cara menjual tubuhnya.
Matanya sudah mulai redup, beberapa menit lagi Elizabeth akan masuk ke dunia mimpi. Terdengar suara pintu yang di buka. Elizabeth merasa kalau Kendrick kembali pulang. Atau ada sesuatu yang tertinggal. Elizabeth menurunkan kakinya dari atas tempat tidurnya. Rambutnya yang tergerai di gulungnya dengan tusukan sanggul.
Saat membuka pintu kamar betapa terkejutnya Elizabeth, ternyata yang membuka pintu bukanlah Kendrick.
Hai semua pembaca setiaku. Maafkan kalau aku tidak membalas komen satu persatu. Bukannya aku sombong atau tidak ingin. Hanya saja menulis novel juga demi menyenangkan hati kalian. Jadi yang penting kalian bahagia ya. Jangan lupa Like and komen muach and vote ya😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments