Kendrick menghentikan motornya tepat di depan club malam miliknya, seorang laki laki penjaga club mendekati dan menerima anak kunci motor. Kemudian laki laki itu menuntun motor Kendrick ke sebuah lapangan parkir yang di kususkan untuk VIP parking. Melangkahkan kaki memasuki club malam miliknya, dentuman musik memekakkan telinga, tetapi tidak bagi Kendrick, dia begitu menikmati. Kepala dan langkah kakinya bergoyang mengikuti irama musik, layaknya pria arogan.
Semua mata tertuju padanya, apalagi wanita wanita yang ada di situ.
Baik wanita penghibur ataupun wanita yang hanya sekedar untuk mencari kesenangan seolah terkagum melihatnya. Kendrick tidak mau menghiraukan itu. Dia terus berjalan menuju ke sebuah ruangan yang berada di lantai atas. Beberapa laki laki berbaju hitam dengan perawakan tinggi besar mengikutinya.
"Bos." Salah satu laki laki bernama John memulai pembicaraan. Kendrick menghentikan langkahnya sebentar. Dia tidak menoleh, jari tangannya menatap layar ponsel sambil menunggu pengawal kepercayaannya akan membawa laporan apa.
"Ada transaksi di meja sembilan B." Ucap pengawal berbaju hitam dengan tubuh yang tinggi dan perawakan gempal.
Seorang teknisi komputer menunjukkan gambar pada layar laptopnya yang terkoneksi dengan CCTV.
Kendrick melihatnya dengan seksama. Nampak dua orang di ikuti anak buahnya masing masing membawa tas besar.
"Panggilkan Marco." Ucap Kendrick. Marco adalah salah satu tangan kanannya yang menguasai kekuasaan club malam milik Kendrick.
Pengawal berbaju hitam berjalan setengah berlari ke luar ruang yang di gunakan sebagai kantor itu. Tak lama kemudian dia berbalik bersama Marco.
"Sembilan B! Awasi !"
"Siap bos!"
"Siapa yang berani bertransaksi di wilayah kekuasaanku."
"Preman kampung bos. Namanya Duarte."
Kendrick menyeringai, terlihat sebaris giginya yang rapi. Kendrick teringat kekejaman yang di lakukan Duarte kepadanya waktu itu, apalagi saat dia mengetahui kalau Duarte menyuruh seorang pembunuh bayaran untuk mencelakainya.
Untung saja waktu itu ada Elizabeth yang menyelamatkannya, sehingga dia terselamatkan. Dan sampai sekarang Kendrick belum menemukan lelaki berambut biru itu. Tangannya mengepal keras, teringat perlakuan Duarte padanya yang tidak manusiawi. Wajahnya memerah ingin segera membunuh Duarte.
"Kalian jangan sampai lengah, setelah dia bertransaksi langsung amankan." Ucap Marco kepada beberapa pengawal berbaju hitam yang baru saja datang. Tidak ada satu pengawalpun berbadan ceking, semuanya berotot, tinggi dan besar dan berwajah garang. Marco sangat paham kemarahan Kendrick, karena Marco juga salah satu teman sesama gelandangan yang di tolongnya. Kebanyakan pekerja yang di pekerjakan di club D'Orion adalah teman saat hidup di jalanan. Mereka memiliki loyalitas yang tinggi, semua berani mati demi melindungi Kendrick. Kendrick tidak hanya menolong mereka tetapi juga anggota keluarganya.
Malam semakin larut, transaksi Duarte tidak berjalan cepat, bahkan terlihat menikmati minuman dan musik yang berdentum sangat keras. Terlihat seorang wanita club mendekati dan merayu Duarte. Duarte dan temannya sangat senang. Mereka menyelibkan uang ke dada wanita itu.
Salah satu wanita menumpahkan minuman, dia tak sengaja menyenggolnya sialnya gelas berisi anggur itu tumpah dan meluber kemana mana bahkan mengenai tas hitam milik teman Duarte.
Teman Duarte seakan tidak senang dan marah. Wanita penggoda itu berkali kali minta maaf dan berusaha membersihkan tas hitam.
"Maaf tuan, aku akan mengeringkannya sebentar."
"Tidak usah!" Ucap teman Duarte. Tangannya menghela wanita penghibur itu.
Karena kesal tak berapa lama teman Duarte pergi meninggalkan tempat duduknya sambil membawa tas besar berwarna hitam. Duarte dan pengikutnya masih menikmati musik dan wanita yang duduk di pangkuannya, Duarte menganggap tak terjadi apa apa. Kalau toh terjadi sesuatupun yang penting, tas coklat miliknya masih tetap aman di sampingnya.
Wanita yang di pangku Duarte yang awalnya tersenyum ramah tiba tiba menunjukkan wajah marah dan kesal. Wanita itu seketika berdiri dan meninggalkan Duarte yang masih terheran heran.
Salah satu pengikut Duarte menganggat ke dua bahunya seolah mengatakan 'Entahlah'.
Duarte berdiri hendak meninggalkan club malam itu, menyelipkan beberapa lembaran uang di bawa gelas anggurnya.
Bebarapa anak buahnya mengikutinya. Baru saja langkah kakinya hendak menuju pintu keluar dan hendak meninggalkan D'Oreon, tiba tiba beberapa lelaki berbaju hitam menahannya. Duarte menghentikan langkahnya, memandang sinis ke pada semua lelaki berbaju hitam.
"Kalian siapa?" Ucapan Duarte setengah berteriak.
Marco dan anak buahnya tidak menjawab, tanpa banyak bicara mereka langsung menyeret Duarte ke dalam ruangan bawah tanah. Pengunjung Club hanya melihat sekilas, mereka seakan tidak mau perduli dengan kejadian itu, melanjutkan bergoyang mengikuti irama musik.
Bukan duarte saja yang di tarik. Anak buah Duarte tak luput dari pukulan Marco. Mereka tidak berani membalas karena jumlah personil yang tidak seimbang.
"Hai! Jangan ambil tas ku." Teriak Duarte. Dia harus mengamankan tas ransel yang berwarna coklat itu. Tas miliknya hasil penjualan obat obatan terlarang. Teriakan itu tidak di perdulikan oleh Marco. Duarte dan anak buahnya di masukkan ke dalam ruangan terpisah, sebelumnya mereka di seret di anak tangga yang gelap dan pengap. Duarte meronta ronta dan sumpah serapah. Tetapi tetap tidak menyurutkan Marco, pukulan sekali sekali di layangkan. Perawakan tubuh Duarte biasa biasa saja tentu saja kesakitan. Tetapi Marco tidak mengeluarkan kekuatan lengannya dengan maximal. Dia harus menyisakan untuk bosnya.
Duarte duduk di atas kursi kayu usang. Ke dua tangannya di ikat di sandaran kursi. Duarte terus meronta ronta agar terlepas, ternyata gerakan itu semakin menguatkan simpul tali yang mengikat tangannya.
"Lepaskan aku, aku tidak mengenal kalian!" Teriak Duarte kembali.
"Tetapi bosku mengenalmu."
Ucap salah satu anak buah Marco.
"Siapa bos kalian?" Teriak Duarte hingga otot lehernya terlihat mengeras.
"Sebentar lagi bos akan menemuimu dan merobek mulut busukmu."
Marco memberi kode kepada salah satu anak buahnya untuk menutup mulut Duarte. Salah satu anak buahnya melepas kaos kaki yang di pakainya, menggulungnya, lalu di masukkan ke mulut Duarte. Duarte kembali meronta, kemudian Marco menarik ponselnya yang ada di saku dan tampak menghubungi seseorang.
"Baik." Ucap Marco lewat sambungan telepon itu, Duarte berpikir keras siapa yang di maksud bos oleh lelaki itu. Bahkan Duarte mengingat ingat apa kesalahan yang di lalukan minggu mingu ini. Tetapi sedikitpun dia tidak mengingatnya.
Terdengar pintu di buka oleh seseorang dari luar. Karena lampu terang yang di gantung tepat di atas kepala Duarte, hingga Duarte tidak bisa melihat siapa yang datang. Tetapi dari langkah dan sepatu yang terlihat, Duarte tau kalau yang datang adalah anak buahnya yang tertangkap oleh pengawal. Duarte merasa heran sekaligus senang. Dia ada harapan lepas dari gudang gelap dan pengap itu.
Duarte menunggu pergerakan untuk menolongnya ataupun untuk merobohkan anak buah Marco. Harapan yang konyol.
Tetapi Marco tidak selemah itu.
"Kenapa kamu minta tolong? Ingin lepas?" Tanya Marco.
"Jangan mimpi!" Ucap salah satu anak buah Marco.
"Anak buahmu sudah aku berikan penawaran, mau di siksa atau gabung bersama kita. Ternyata anak buahmu tidak punya nyali. Bahkan mereka memilih bergabung untuk menendang kamu."
Seluruh anak buah marco tertawa keras. Mentertawakan kesialan Duarte. Wajah Duarte benar benar tidak enak. Bahkan dia mulai ketakutan. Apalagi melihat anak buahnya sama sekali tidak memperdulikannya, mereka hanya tertunduk ketakutan. Di tambah tas coklatnya sudah hilang entah kemana. Duarte mulai menghawatirkan keselamatan dirinya, padahal sebelumnya hanyalah kesombongan.
Sementara itu di kamar atas di gedung yang sama, Kendrick tengah melampiaskan hasratnya dengan salah satu wanita penghibur pilihannya. Bayangan wajah Elizabeth menari nari di pelupuk matanya. Kendrick juga tidak mengerti di bawahnya saat ini adalah wanita cantik bak model, sementara Elizabeth tidak begitu cantik dan hitam, kenapa dia bisa menyukainya.
Wanita ini adalah wanita yang paling di sukai Kendrick, selama dirinya belum bosan. Jika nanti sudah bosan Kendrick tidak akan memanggilnya lagi.
Trimakasih sudah menyukai novelku. Jangan lupa Like and Vote ya.
Novel CINTA GADIS KUMAL ini adalah novel ke tigaku. Isi cerita adalah hanya karangan semata. Kalau ada yang tidak berkenan mohon maaf, karena alur ceritanya memang begitu. Trimakasih muach muach😘😘
Jakarta sudah mulai musim hujan, bagaimana daerah kalian?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments