Elizabeth masih duduk di depan kaca jendela kamarnya. Hari menjelang pagi tetapi dia masih belum juga tertidur. Pikirannya melayang kemana mana, baik wajah tampan lelaki yang dia tolong ataupun juga tentang keluarganya. Apa yang di rasakan saat ini hanyalah sebuah cerita dirinya yang akan merubah hidupnya kelak.
Sebuah suara membuyarkan lamunannya. Elizabeth berusaha mencari sumber suara itu, ternyata suara dari arah pintu gerbang. Elizabth melihat sebuah bayangan seorang wanita yang mengendap endap. Dari postur tubuhnya Elizabeth sangat mengenali siapa pemilik bayangan itu. Bayangan Eva kakak pertamanya, yang mencoba masuk rumah berusaha untuk tidak di ketahui papa dan mamanya. Ini menjelang pagi tetapi Eva baru saja pulang. Bukankah itu keterlaluan.
Eva melangkahkan kakinya pelan pelan sama seperti yang di lakukannya. Elizabeth hanya mengeluarkan cibirannya karena jikapun mama mengetahuinya akan diam saja dan tidak berbuat sesuatu.
Elizabeth mendengus sedih, mengangkat tubuhnya dan berjalan mendekati tempat tidur reot itu. Tak ada yang salah dengannya kenapa mamanya sangat membencinya. Menjadikan mama sangat di cintai seperti teman temannya yang mencintai mamanya tetapi ternyata itu sulit. Bahkan melihat mata Luci pun dia tidak berani.
Elizabeth akhirnya tertidur, dia butuh memejamkan matanya walaupun hanya sesaat. Belum juga pulas tidurnya, suara mamanya sudah mengagetkannya. Elizabeth bergegas berlari ke dapur, dia berpapasan dengan Luci, segelas air putih dingin di siramkan ke wajahnya oleh Luci. Eli tidak berani protes, kalaupun dia berani malukan itu, mamanya akan semakin marah besar.
Elizabeth sudah menyadari kesalahannya jika sebenarnya dirinya bangun kesiangan. Untung saja ada persiapan roti di kulkas sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk menyajikan. Setelah mengoleskan selai kemudian memanggangnya. Semua sudah siap di meja menunggu makanan di sajikan.
Sarapan berlangsung cepat, Elizabeth juga sudah berganti pakaian sekolah, tidak lupa tas ransel berisi buku dan baju ganti yang akan di pakainya nanti saat bekerja sepulang sekolah.
Setiap hari Luci akan memanjakan Eva yang di anggap sebagai anak keberuntungan.
Eva memang cantik dengan mata biru, hidung mancung, rambut hitam, bibir sensual, kulit putih bercahaya, kaki yang panjang dan pinggang yang ramping.
Di tambah nilai akademis Eva benar benar menakjubkan, di terima di kampus unggulan. Di sukai banyak teman, dan pandai bergaul.
Berbanding terbalik dengan Elizabeth. Dia gadis pemalu, kulit hitam kusam, rambut hitam dan bergelombang, kaki pendek di tambah lagi wajahnya biasa saja. Tidak ada nilai lebih.
Apalagi cara berpakaian Eva juga lebih elegan sedangkan Elizabrth hanyalah memakai pakaian lusuh dan kumal. Soal teman. Elizabeth tidak memiliki teman sama sekali di sekolahnya, rata rata mereka membullinya, menjadikan Elizabeth bahan bercandaan.
Hari ini adalah hari terakhir ujian, sehingga jam pelajaran sekolah berlangsung cepat. Masih ada kesempatan buat Elizabeth untuk menemui kakaknya yang tengah di rawat di rumah sakit. Elizabeth merindukan Diego.
Elizabeth menaiki bus yang penuh penumpang, sangat berdesakan. Peluh membasahi tubuhnya, rambutnya terlihat lepek dan kotor. Beberapa saat kemudian bus berhenti tepat di depan rumah sakit kecil.
Elizabeth berlari kecil dia tidak sabar untuk melihat kakaknya, beberapa makanan kering di beli untuk Diego.
"Eli!" Ucap Diego saat mengetahui Elizabeth memasuki kamar tempat dirinya di rawat.
Selang infus masih menancap di punggung tangannya, selang oksigen juga masih terpasang di hidungnya.
Elizabeth memeluk Diego dengan erat, dia sangat merindukan kakaknya, seandainya Diego tidak sakit sakitan tentu dia bisa melindungi Elizabeth.
"Jangan seperti ini, aku tidak bisa bernafas." Ucap Diego
"Maafkan aku, aku terlalu merindukanmu." Balas Elizabeth.
"Kenapa menangis, apa ibu menyakiti kamu?"
"Tidak."
"Maafkan aku tidak bisa melindungi kamu adikku."
"Aku hanya mengantarkan ini."
"Apa? Simpanlah uangmu bukankah kamu ingin melanjutkan kuliah?"
"Hmm."
"Kenapa? Apa mama meminta uang darimu?"
Elizabeth tidak menjawab apa apa, dia hanya menundukkan kepalanya.
Diego menarik nafas berat, andai saja dirinya tidak mengalami penyakit sesak nafas mungkin dia bisa mengajak adiknya ke tempat yang jauh dari mamanya.
Tentang kebencian Luci terhadap Elizabeth, Diego pernah menanyakannya langsung, jawaban mamanya membuatnya marah.
Luci tidak menyukai Elizabeth karena wajahnya tidak sesempurna Eva ataupun Diego. Apalagi Luci sangat cantik dan James Chloe juga tampan, hanya saja tubuh papanya terlihat kurus dan sakit sakitan. Dari mana kejelekan wajah Elizabeth di wariskan, apakah tuhan tidak adil?
Elizabeth sudah meninggalkan rumah sakit menuju tempat kerjanya. Dia selalu mengambil shift malam untuk memudahkan dirinya mengatur waktu sekolah.
Elizabeth adalah salah satu cleaning service yang sangat rajin. Banyak pegawai yang di pekerjakan di toserba itu, antara pegawai lainnya Eli tidak pernah memiliki masalah karena rata rata mereka hidupnya senasib. Mencari uang demi kelangsungan keluarga.
Teman terdekat Elizabeth adalah Julia. Julia tidak memiliki keluarga karena dia di besarkan di panti asuhan. Nasib Julia terbilang lebih baik karena hidupnya dirinya sendiri yang mengaturnya, hanya saja Julia salah memilih kekasih yang seorang pemabuk.
Kekasih Julia yang bernama Embre selalu memanfaatkan uang Julia sehingga hidupnya tak jauh berbeda dengan Elizabeth.
Eli membersihkan lantai di koridor makanan kering di toserba itu, Elizabeth dan Julia sesekali terlibat pembicaraan mengenai pembagian kerja. Wajah Elizabeth selalu menghadap ke bawah karena matanya harus jeli jika sedikit saja di temukan lantai yang kotor dia akan membersihkannya lagi kalau tidak pengawas akan memotong gajinya.
Seorang pembeli memakai jaket hitam dan sepatu sneakers dengan warna mencolok sedang mengawasinya. Tangan kananya masih nampak kain perban untuk menggendong tangannya akibat cidera di dada. Wajahnya tampan dengan sedikit kumis menghiasi wajahnya. Tinggi menjulang dengan kulit seperti susu.
"Eli, Elizabeth?"
Eli mendongakkan wajahnya. Melihat siapa yang memanggilnya, sebenarnya Eli merasa terkejut selama dia bekerja di sini belum ada satu orangpun memanggilnya apa lagi mengenalnya.
"Kendrick?"
"Kamu di sini?"
Pertanyaan Kendrick tidak di jawabnya, karea Eli merasa takut kalau Kendrick akan malu dengan pekerjaannya, walaupun sebenarnya dugaannya salah.
Wajah kendrick tersenyum mekar, beda dengan Elizabeth, dia langsung menundukkan wajahnya.
Hal itu di anggap oleh Kendrick kalau Elizabeth tidak menyukainya.
"Baiklah aku pergi. Selamat bekerja."
Elizabeth melihat punggung remaja tampan itu semakin menjauh, ujung tali jaketnya menjuntai, celana jins hitamnya terlihat tidak rapi dan robek, tetapi hal itu menambah kemaskulinannya. Eli sempat kecewa, hanya saja dirinya tidak mau membuat Kendrick malu jika terlihat berbicara dengannya. Eli teringat ucapan mamanya kalau dirinya tidak cantik, maka dari itu Eli selalu merasa rendah diri.
Julia mendekatinya karena dia sempat melihat Eli di sapa oleh remaja tampan.
"Eli, teman kamu tampan sekali?"
"Bukan teman, hanya tidak sengaja bertemu."
"Kenapa kamu tidak membalas sapanya?"
"Aku..."
"Tidak pantas? Jangan merasa rendah diri. Kamu sebenarnya manis, hanya saja kamu tidak mau merubah penampilanmu."
"Tidak, aku tidak pantas memiliki teman apalagi laki laki."
"Kamu jangan begitu. Apa mama kamu masih membedakanmu?"
Elizabeth hanya terdiam tanpa mengatakan apa apa. Seorang pengawas kerja membentak mereka dan ke duanya berpisah untuk melanjutkan pekerjaan.
Hari sudah cukup malam, Elizabeth keluar dari toserba melalui pintu samping. Elizabeth bersama Julia berjalan beriringan, sesekali terdengar suara canda ke duanya. Dari arah halte bus terdekat, Kendrick tengah mengawasi ke duanya. Terlihat senyum menghiasi wajah Kendrick, entah mengapa dirinya sangat tertarik dengan gadis kumal itu. Sebenarnya Kendrick sering bermain dengan beberapa wanita di club malam ataupun di tempat lain, dan mereka sangatlah cantik untuk ukuran kota pinggiran.
Tetapi Kendrick sudah bosan dengan itu, apalagi senyum Eli mirip sekali dengan senyum mamanya.
Kendrick mendekati mereka dan berjalan di samping Elizabeth, Elizabeth sangat terkejut remaja tampan itu sudah berada di sampingnya. Elizabeth tersenyum malu, Kendrick tau itu dan dia sangat menyukai senyuman Elizabeth.
Trimakasih yang sudah meninggalkan jejaknya. Jangan lupa Like and Komen juga Vote ya.
Jika ada yang bertanya kenapa antara Eli, Diego dan Eva tidak ada yang memanggilnya KAKAK? Karena cerita ini di buat bukan tentang kebiasaan Indonesia ya. Jadi kalau di sana hanya panggil nama walaupun ada perbedaan usia. Jadi harap paham. Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan, sehat selalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Edah J
Kadang komen kadang enggak tapi like selalu mendarat di setiap part nya 😘
2023-03-04
0
🧭 Wong Deso
yuk saling mendukung 👍🏼
2021-11-13
0