Mencari cara mendekati Kendrick bukanlah hal yang mudah, Kendrick adalah lelaki pemilih. Banyak wanita yang dekat dengan Kendrick tetapi tidak akan bertahan lama. Setelah bosan Kendrick akan membuangnya.
Tentu saja Eva tidak dapat dengan mudah mendekati Kendrick.
Lampu merah sudah padam berganti dengan lampu warna hijau.
Pelukan tangan Elizabeth di perutnya sangat menyenangkan hati Kendrick, dia begitu menikmatinya. Di usapnya tangan Elizabet dengan lembut memastikan agar pelukannya semakin erat.
"Apa yang kamu lihat?" Tanya Kendrick kepada Elizabeth. Kendrick tau kalau Elizabeth melihat sebuah mobil bagus yang ada di sebelah kanan motornya.
Elizabeth tidak menjawab pertanyaan Kendrick. Tetapi batin Kendrick mengatakan kalau Elizabeth menginginkan mobil mewah itu.
"Apa kamu mennginginkan mobil seperti itu?"
"Ya! Suatu saat aku akan membelinya. Aku harus memilikinya."
"Aku bisa membelikanmu."
"Hahaha jangan konyol."
"Kamu tidak percaya?"
"Bahkan motor yang kamu pakai hanya pinjaman."
Kendrick mengepalkan tangannya hingga berkeringat. Tidak menyangka wanita yang menyelamatkannya memiliki sifat serakah bahkan menghina. Tetapi pikiran itu di buang Kendrick, menganggap ucapan Elizabeth seperti itu karena memang benar benar tidak tau.
Suara klakson mengagetkan Kendrick, menyadarkan dari lamunannya. Menarik tuas kopling, menekan gigi motor dan kemudian menarik gas hingga kecepatan melesat.
Beberapa kali tepukan tangan Elizabeth di pundak kanan Kendrick, motor besar tetap melaju kencang. Elizabeth merasa Kendrick tidak seperti biasanya. Selama perjalanan matanya terus terpejam, dia sangat takut. Bagaimana jika terjadi kecelakaan. Tetapi Kendrick tidak perduli. Hatinya sangat kesal. Berkali kali mengucapkan dia sanggup membelikan apapun kepada Elizabeth kalau dia memiliki uang, tetapi wanita kumal ini tidak percaya, malah mentertawakannya.
Kendrick sama sekali tidak menyadari kalau sebenarnya yang salah adalah dirinya. Dia yang mengatakan kalau semua yang di miliki adalah pinjaman dari Matheo.
Motor berhenti di depan sebuah toserba terbesar di Bogota. Elizabeth melepaskan pelukan tangannya. Melihat wajah Kendrick yang masam tidak seperti biasanya, hatinya merasa sedih, bahkan dia tak tau apa yang salah pada dirinya.
Setelah Elizabeth turun dari motor besar Kendrick. Dengan satu tarikan motor itu melesat pergi. Bahkan belum juga Kendrick mengecup kepalanya seperti biasanya. Ada rasa kecewa di hati Elizabeth.
Elizabeth berjalan, melangkahkan kakinya menuju pintu samping toserba. Hari ini dengan tekatnya dia akan mengumpulkan uang sebanyak mungkin. Dia akan membawa papanya ke rumah sakit jantung.
Kadang dirinya merasa miris melihat kehidupan keluarganya tidak ada kata bahagia di dalamnya. Apalagi melihat papa dan Diego.
Elizabeth memasuki kamar ganti kusus karyawan.
Mengganti pakaian yang di kenakannya dengan seragam kerja berwarna orange. Warna yang sama pada simbul toserba.
"Eli!"
Teriakan Julia mengagetkan Elizabeth.
"Kamu masuk pagi?" Tanya Julia.
"Hmm."
"Kita ke gudang sama sama ya."
Setelah mereka berjalan menuju gudang. Ke duanya mendapatkan jadwal yang sama. Julia mulai mencocokkan data yang di terimanya, sementara itu Elizabeth tengah sibuk memindahkan barang. Hari ini adalah giliran Elizabeth dan Julia untuk mencatat seluruh stok barang yang ada di gudang. Mencocokkan barang masuk maupun yang keluar. Julia sahabat baiknya mendapat giliran yang sama. Mereka terkenal terampil dan cekatan. Pekerjaan ini sangatlah melelahkan untuk seorang wanita. Tetapi bagi Elizabeth dan Julia pekerjaan seperti ini tidak masalah yang penting menghasilkan uang.
Stok barang yang ada di gudang sudah di cocokkan sesuai kertas stok yang di bawa Julia. Masih ada waktu satu jam untuk istirahat.
"Kita makan siang di kantin." Tanya Elizabeth.
"Aku membawa bekal, kita makan berdua saja."
Ke duanya berjalan koridor gudang, tak lupa Elizabeth mengunci gudang dan memastikan aman. Ruangan kusus istirahat karyawan sangatlah besar, tersedia beberapa bangku dan meja. Elizabeth dan Julia makan siang di tempat itu. Mereka tidak hanya berdua, banyak karyawan lain melakukan hal yang sama.
"Aku ambil air minum sebentar." Ucap Elizabeth.
"Ok."
Elizabeth berlari menuju tempat air minum kusus karyawan yang berbentuk kran. Mengisi ke dua botol kosong itu dengan air bening. Setelah di rasa cukup Elizabeth kembali ke tempat duduk semula.
Kemudian menyodorkan salah satu botol ke tangan Julia.
Julia membuka bekal makan siangnya. Bekal sangat sederhana dan simpel. Roti tawar di beri irisan sayuran dan daging cincang yang sudah di bakar. Julia membaginya rata. Kemudian ke duanya mulai menyantap makanan itu.
"Bagai mana kabar teman priamu?"
"Baik." Jawab Elizabeth sambil wajahnya memancarkan kebahagiaan.
"Hubungan kamu sejauh mana?"
"Kami sudah melakukannya semalam."
"Eli!"
Teriakan suara Julia mengagetkan seluruh karyawan yang tengah beristirahat. Elizabeth membuang senyuman dan meminta maaf.
"Pelankan suaramu!" Ucap Elizabeth.
"Kamu gila. Bagaimana jika kamu hamil?"
"Tidak mungkin! Kami hanya melakukan sekali."
"Yakin?"
"Yakin hanya sekali."
Padahal malam itu Kendrick melakukan hubungan dengan Elizabeth berkali kali, dia berbohong demi menenangkan pertanyaan Julia.
"Apa dia bersedia menikahimu?"
"Entahlah. Kalaupun dia mengajak aku menikah.... Aku belum siap. Karena aku harus mengumpulkan banyak uang untuk pengobatan papa dan Diego."
"Iya juga."
"Asal kamu jangan hamil ok."
Elizabeth menganggukkan kepalanya tanda meng iyakan. Dia tidak mau membuat sahabatnya kuwatir.
"Bagaimana dengan kamu? Apa kamu masih satu rumah sama Embre?''
"Masih." Jawab Julia sembari mengangguk.
"Apa dia masih berjudi dan mabuk?"
"Masih."
Elizabeth memukul meja tanda kesal. Beberapa karyawan menolehkan kepalanya dan melihat Elizabeth dan Julia. Dia tidak bisa mengerti kenapa temannya begitu bodoh.
Julia terkaget dan menekan dadanya.
Menatap mata Elizabeth dan memelas.
"Dia berjanji tidak mengulanginya lagi. Dan berjanji akan menikahiku."
Elizabeth mengelus dadanya dan kembali tenang.
"Apa kamu yakin dan percaya?"
Julia menganggukkan kepalanya walaupun sebenarnya dirinya tidak yakin. Ada kesamaan pada ke dua wanita ini, sama sama naif. Percaya diri dan ambisius.
Julia percaya suatu saat dia akan di nikahi Embre si bodoh dan pemalas, hanya bermodalkan ketampanan saja. Sedangkan Elizabeth ambisi menjadi orang yang berkuasa dan kaya. Baginya dia akan di hargai mamanya jika dia memiliki uang banyak. Uang bisa merubah segalanya menurut Elizabeth.
Elizabeth tidak menyadari kalau ambisinya akan menghancurkannya.
"Bagaimana kabar papa dan Diego?'' Tanya Julia lirih. Dia terbiasa memanggil James dengan sebutan papa, karena ke baikan James saat masih muda kepadanya.
"Kesehatannya terus memburuk, Diego juga semakin kesulitan bernafas."
"Kamu sabar ya."
"Julia, uang yang aku pinjam belum bisa ku kembalikan. Aku janji secepatnya membayarkannya ke padamu ok."
"Haist... Jangan pikirkan itu. Pakai saja. Aku tidak masalah."
"Trimakasih, kamu teman terbaikku." Ucap Elizabeth. Ke duanya berpelukan erat saling memberikan dorongan semangat.
"Waktunya kembali kerja." Ucap Julia mengingatkan kepada Elizabeth
"Hmm, ayo" Gumam Elizabeth sambil menganggukkan kepala. Ke duanya membersihkan sisa makanan sampai bersih dan rapi. Berdiri meninggalkan tempat duduk itu dan berjalan kembali ke gudang.
Para pembaca, jika ada bertanya kenapa kehidupan pribadi di umbar, karena novel ini menggambarkan kehidupan luar negri. Jadi harap maklum. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian Like Komen Dan tentu saja Vote. Agar novelku masuk kontrak. Trimakasih untuk kebaikan kalian muach😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments