Kendrick memacu gerakannya, namun hanya ada wajah Elizabeth di matanya. Padahal di bawahnya seorang wanita cantik tengah mengerang, bahkan tercantik di club D'Orion. Setelah pelepasan tercapai Kendrick tidak menoleh untuk melihat wanita penghibur, dia hanya kembali mengenakan pakaian dan segera pergi meninggalkan kamar utamanya.
Terlihat kesedihan di wajah wanita itu, siapa yang tak menyukai Kendrick? Setiap wanita yang ada di club ini banyak yang berharap bisa merangkak ke pangkuan Kendrick. Tetapi setelah berhasil merangkak wanita itu hanya di jadikan tempat sampah dan akan di lupakan oleh Kendrick selamanya. Namun ada juga yang bersikap sombong karena sudah berhasil menaiki ranjang Kendrick. Hal itu sangat tidak di sukai oleh Kendrick dan wanita itu akan di usirnya. Menangis, menyesal tidak akan ada gunanya, karena ribuan wanita antre untuk menjadi pekerja di D'Orion.
Kendrick meninggalkan kamar lalu menuju lift kapsul dengan lampu yang menyala erotis. Setelah lift sampai di lantai paling bawah tepatnya di lantai basement, pintu lift terbuka dengan sendirinya. Kendrick berjalan dengan perlahan dan santai, setelah itu dia melanjutkan dengan menuruni tangga untuk mencapai gedung paling bawah yaitu lantai under ground.
Dua orang pengawal mengikuti Kendrick, jalan menuju ruang penyekapan penuh dengan kabel dan pipa, udaranya sangat pengap dan panas. Tiba di depan pintu besi dua orang penjaga pintu mempersilahkan Kendrick untuk masuk.
Lampu menyala terang tetapi letaknya di gantung di tengah ruangan dan sangat pendek, sehingga menyilaukan bagi seseorang yang ada di bawahnya.
Kendrick menyalakan sebatang rokok dan kilatan korek apinya membangunkan laki laki yang duduk terikat.
"Siapa kamu?" Tanya Duarte, bibirnya berdarah, wajahnya penuh luka lebam berwarna biru ke unguan. Suara Duarte setengah merintih kesakitan.
Kendrick duduk di sebuah kursi kayu yang di sodorkan oleh matheo. Menariknya agar lebih mendekati kursi Duarte.
Wajah Kendrick terkena cahaya lampu, seketika Duarte terkejut. Awalnya dia mengira kalau bos club ini bukanlah Kendrick. Tetapi dalam hatinya dia tetap berdoa semoga dugaannya salah.
"Lepaskan aku bangsat." Umpat Duarte
Kendrick tidak menjawab, kepulan asap rokoknya di hembuskannya ke wajah Duarte. Duarte terbatuk, walaupun dia perokok berat tetap saja dia akan kesulitan bernafas dengan posisi duduknya yang seperti itu.
"Aku tidak ada urusan denganmu bodoh." Ucap Duarte. Sebuah tangan besar memukul belakang kepalanya, Duarte merasa pusing, tetapi hebatnya dia tidak pingsan sama sekali.
"Jaga mulut busukmu, akan ku robek mulutmu kalau sekali lagi kamu mengucapkan kata kotor untuk bos besar!" Ucap Marco.
Duarte seketika terkejut. Bahkan dia tidak yakin kalau Kendrick adalah bos club D'Orion. Nyalinya seketika menciut. Duarte yakin kalau Kendrick berniat balas dendam.
"Maksud kamu apa? Aku tidak pernah menyalaimu" Ucap Duarte lirih, pura pura berkilah.
"Kamu berani bertransaksi di wilayah ke kuasaanku."
"Omong kosong!"
Duarte memang biasa bertransaksi di daerah pinggiran, untuk kali ini dia salah. Apalagi di lakukan secara terbuka di wilayah kekuasaan Kendrick. Duarte merasa heran bagaimana bocah dungu itu bisa menjadi penguasa daerah pusat? Sebenarnya Duarte sudah mendengar desas desus kalau pemilik D'Orion sekaligus penguasa pusat bernama Kend.
Tetapi betapa terkejutnya dia kalau ternyata Kend yang di maksud adalah Kendrick bocah dungu yang pernah di bullinya.
"Keparat! Kamu kira orangku akan diam saja?" Ancam Duarte.
"Orang yang mana?" Tanya Kendrick dengan santai. Menghembuskan asap rokok ke wajah Duarte.
Duarte tidak bisa menjawab, bahkan anak buahnya sudah menghianatinya. Wajah tenang yang di tunjukkan Kendrick semakin membuatnya emosi. Tangannya yang terikat keras di gerak gerakkannya kesana kemari.
Marco melempar tas hitam ke meja di depan Duarte dengan kasar. Kemudian Marco membuka isinya. Terlihat benda terbungkus kertas alumunium foil sebesar batu bata. Hanya berisi tiga bungkusan. Duarte paham betul kalau tas itu adalah tas miliknya yang berisi barang terlarang. Herannya kenapa sekarang berada di tangan Kendrick. Suasana tiba tiba mencekam, Duarte merasa dirinya sangat bodoh. Dia teringat wanita penghibur yang menggodanya. Tumpahan anggur adalah pengalihan perhatian. Duarte baru sadar kalau dirinya di jebak.
"Sialan." Sesal Duarte.
Duarte hanya orang suruhan, jika uang di rampas Kendrick maka Duarte harus siap siap mati di tangan bandar narkoba. Parahnya barang juga di tukar oleh Kendrick. Lengkap sudah penderitaannya
Ingin melarikan diri juga percuma. Duarte akan di buru oleh pembeli barang haramnya. Nyawanya sudah menjadi target. Bahkan Marco juga melaporkan kalau keadaan di pasar gelap sudah ramai mencari Duarte. Duarte berteriak kencang.
"Akkkh"
Matanya melotot marah berwarna darah.
"Kalian bajingan. Kubunuh kau sampai anak cucumu."
"Dengan? Bukankah saat ini kamu terikat. Pikirkanlah nyawamu, satu jam ke depan apa masih bisa menghirup udara segar"
Tanya Kendrick tenang. Tangan kanannya mengusap tangan kirinya dengan tisyu yang di sodorkan oleh Marco, karena terciprat darah Duarte. Kendrick berdiri dari tempat duduknya, membuang bekas tisyu itu ke sembarang tempat. Tawa mencibir ke luar dari mulutnya yang bengis, tidak ada lagi rasa kasian yang ke luar dari hatinya.
Tidak ada lagi yang bisa meredakan amarahnya.
"Jangan sampai lepas, kalau sampai lepas nyawa kalian jadi taruhannya."
Duarte tidak bisa berkutik, dia menyesal sudah membesarkan anak ular, anak ular itu sekarang menggigitnya meninggalkan bisa beracun, racunnya benar benar mematikan. Duarte tidak bisa berbuat banyak, tidak mungkin berjalan bebas di luaran, kepalanya sudah di targetkan. Duarte tertunduk lemas. Dia pingsan karena pukulan anak buahnya sendiri yang terang terangan berkhianat.
Menyesal pernah membesarkan anak ular atau menyesal pernah membullynya. Duarte tak paham akan hal itu.
Sudah dua hari Duarte di biarkan sekarat, makanan yang di berikan hanyalah roti kering dan air putih. Marco memang menyiksanya pelan pelan atas perintah Kendrick.
Saat malam tiba dan semua terlelap, tetapi di club malam D'Orion masih ramai, hingar bingar kehidupan malam membuai setiap orang yang yang ingin melakukan kesenangan tanpa takut dosa. Seorang pengawal melaporkan kepada Marco kalau penjaga pintu tahanan Duarte di temukan mati mengenaskan, lehernya terjerat tali dan kepalanya patah.
Marco begitu marah, mengumpat sumpah serapah kepada anak buahnya. Dia harus melaporkan hal ini, Marco berlari diikuti anak buahnya menuju ruangan Kendrick, setelah mendengar laporan Marco, Kendrick tidak menunjukkan wajah kesal. Dia hanya menunjukkan wajah datar.
"Biarkan saja, dia tidak akan sanggup pergi jauh. Nyawanya sudah di buru." Ucap Kendrick datar, dia tidak pernah tau kalau suatu saat bajingan Duarte itu yang akan membuatnya celaka.
Kendrick berjalan di antara manusia yang tengah menikmati hingar bingar dunia malam. Kendrick duduk di kursi tinggi di depan bartender, di sampingnya Marco berdiri seolah menjaga barang berharga. Marco menghawatirkan keselamatan Kendrick, dia kuwatir Duarte akan kembali dan membuat kegaduhan, karena uang milik Duarte sudah di rampas Kendrick.
Kendrick ingin melepas lelah dengan minum alkohol yang di racik oleh bartendernya, dia menuju meja bartender di ikuti Marco di belakangnya. Tidak ada perasaan kuwatir sedikitpun yan di rasakan oleh Kendrick, dia tetap tenang.
Saat tengah asyik menikmati minuman berwarna merah yang di sodorkan oleh bartender cantik itu, seseorang memandang Kendrick dengan pandangan heran dan penuh tanda tanya.
Seorang wanita yang tengah duduk bersama lelaki asia dengan memakai baju yang sangat minim memandang Kendrick. Lelaki asia itu membelai wajah wanita itu yang ternyata adalah Eva. Mereka berciuman seolah dunia hanyalah miliknya.
Kendrick meninggalkan meja bartender menuju ke lantai atas. Dia memasuki lift kapsul dan di ikuti beberapa pengawal dan Marco.
Eva mendekati bartender dengan susah payah karena lelaki asia yang bersamanya masih enggan di tinggalkan.
"Wine?" Bartender cantik itu menawarkan minuman kepada Eva.
Dengan gerakan lembut Eva menganggukkan kepalanya.
Bartender menyodorkan gelas kosong kemudian menuangkan wine ke dalam gelas itu.
"Siapa laki laki yang tadi?"
"Maksud anda?"
"Ya. Yang duduk di sini tadi."
"Oh. Ada urusan apa anda bertanya?"
"Karena sepertinya aku pernah mengenalnya."
"Hanya seperti?"
Eva tau dengan sikap bartender semacam ini. Percuma saja bertanya, dia tidak akan membocorkan siapa sebenarnya lelaki yang selalu dekat dengan adiknya. Eva meninggalkan meja bartender dengan kesal dan kembali ke tempat duduk di mana teman lelaki yang masih setia menunggunya.
Trimakasih yang setia dengan Novelku. Jangan lupa Like Komen dan Vote ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments