Bab 17

Rama dan Kania menikmati hari-hari baru mereka sebagai sepasang kekasih. Kania merasa belum siap jika harus melangkah ke jenjang yang lebih serius.

Kania masih harus memperjuangkan maaf dari orangtuanya. Hanya saja, saat ini ia belum mempunyai cukup nyali untuk pulang. Masih takut kalau ayah dan ibunya belum bisa menerima dirinya lagi.

Rama pun mencoba mengerti. Sudah di terima sebagai kekasih saja sudah untung. Rama tidak mau kalau Kania lama-lama akan jenuh karena dirinya terus memaksa Kania untuk mau di ajak menikah dalam waktu dekat.

Kali ini, kesabaran Rama harus di uji kembali.

Shaka sudah beradaptasi dengan baik di sekolah barunya yang berbasis internasional. Kania tidak pernah membayangkan kalau impiannya untuk menyekolahkan Shaka di tempat terbaik itu bisa terwujud.

Untuk masalah pelajaran yang sempat tertinggal selama satu semester karena memang kurikulum yang di ajarkan berbeda, Shaka tidak ada masalah dalam hal itu.

Kecerdasan Shaka yang di atas rata-rata membuatnya begitu mudah mengejar dan mengikuti pelajaran di sekolah barunya.

Justru Kania sempat minder saat mengantar Shaka ke sekolah. Sembilan puluh sembilan persen anak-anak yang sekolah di sana adalah golongan orang kaya.

Berangkat sekolah menaiki mobil mewah. Barang-barang yang di pakai anaknya pun bermerek dengan harga fantastis.

Bahkan para orangtuanya pun kadang saling memamerkan harta benda yang mereka miliki jika sedang menunggu anaknya pulang sekolah atau sedang ada rapat wali murid.

Sebenarnya hal seperti ini sangat di sayangkan. Anak-anak sudah di ajarkan untuk hidup mewah sejak dini. Iya kalau mereka bisa menjamin selamanya akan di atas, tidak masalah.

Tapi yang namanya kehidupan itu diibaratkan roda yang berputar. Tidak selamanya yang di atas itu akan ada di atas terus. Akan ada masanya yang di bawah bergantian berada di atas.

Untung saja Shaka tidak mempermasalahkan naik apa dia ke sekolah. Saat melihat teman-temannya naik mobil pun dia tidak pernah meminta hal yang sama.

"Kania!"

Kania menolah saat mendengar namanya di panggil.

Bibirnya menyunggingkan senyuman saat melihat Hanum berdiri di dekat gerbang sekolah. Kania segera mendekati Hanum dan mencium tangan Hanum layaknya seorang anak kepada ibunya.

Lama tidak bertemu dengan ibunya membuat Kania menganggap siapapun perempuan yang seusia dengan ibunya atau lebih, seperti ibunya sendiri.

"Bu Hanum di sini? Sedang apa?"

Hanum tersenyum. "Biasa, Ka. Ada kunjungan. Kamu apa kabar? Lama kita tidak bertemu."

"Alhamdulillah, Bu, kabar saya baik."

"Bagaimana Shaka? Betah ya, di sekolah barunya?"

Kania tersenyum lebar. "Alhamdulillah, Bu, Shaka bisa beradaptasi dengan baik di sekolah ini. Teman dan gurunya baik-baik semua, katanya."

"Syukurlah kalau begitu."

Hanum melirik motor yang dikendarai oleh Kania. Hanum tahu itu motor keluaran lama karena bodynya pun sudah mulai lusuh dan baret dimana-mana.

Hatinya terasa getir. Keluarganya dan ayah Devan bisa hidup enak dengan fasilitas lengkap, tapi cucu dan calon mantunya hidup pas-pasan di sebuah kontrakan kecil yang Hanum ketahui dari orang yang dia minta untuk mencari tahu tempat tinggal Kania.

Hanum kembali berpikir keras untuk bisa memberikan tempat tinggal yang layak untuk Kania dan Shaka.

Rencananya untuk membawa Kania dan Shaka kembali ke Surabaya sudah berhasil. Kini dia harus mencari cara agar Kania dan Shaka memiliki tempat tinggal yang bagus. Tak kalah bagus dari rumah yang di tempati keluarga Hanun sekarang.

"Saya ingin banyak ngobrol sama kamu, Ka. Ada yang mau saya bicarakan juga. Mungkin kita bisa janjian buat ketemu?"

Kania mengangkat satu alisnya. Memandang Hanum dengan penuh tanya. "Apa ya, Bu?"

Hanum tertawa kecil. "Ah, nggak enak kalau harus di bicarakan di sini. Kita ketemu besok siang setelah Shaka pulang sekolah, bisa?"

Dengan tersenyum, Kania mengangguk ragu. "Insyaallah bisa, Bu."

"Kita ketemu di panti saja, ya. Bawa Shaka juga biar bisa main dengan anak-anak yang lain."

"Baik, Bu."

Kania paling tidak suka dengan hal-hal yang membuatnya penasaran seperti ini. Tapi Kania juga sungkan kalau harus mendesak Hanum untuk mengatakan apa yang ingin dia bicarakan.

\*\*\*

Esok harinya, Kania benar-benar menemui Hanum di panti asuhan. Shaka di biarkan bermain dengan anak panti yang lain sedang dirinya berbincang dengan Hanum di gazebo kayu yang ada di taman panti tersebut.

Sesekali Kania mengawasi Shaka yang masih terjangkau oleh pandangannya.

"Saya senang kalau melihat Shaka, Ka. Seperti melihat anak saya waktu kecil."

Kania diam menyimak apa yang di ucapkan oleh Hanum.

"Saya cuma memiliki satu anak, Ka. Itu saja sering buat saya dan suami saya pusing." Hanum tertawa di akhir ucapannya.

"Dulu, saya sempat hamil anak kedua. Tapi dokter memvonis bahwa janin kami tidak berkembang jadi harus di gugurkan. Sampai saat ini, bahkan di usia saya sekarang yang masih haid dengan normal, Allah tidak mempercayai kami untuk memiliki anak lagi."

Hati Hanum selalu merasa sedih saat menceritakan momen dimana dia harus kehilangan calon anak keduanya.

Tapi Hanum tidak pernah meratapi semuanya. Hanum yakin banyak hal yang sudah Allah rencanakan untuk dirinya dan keluarga. Termasuk mengurus Devan yang sering membuatnya naik darah meskipun usianya sudah hampir masuk kepala tiga.

"Saya ikut sedih mendengarnya, Bu."

Hanum mengibaskan tangannya ke udara. "Ah, sudah berlalu, Ka. Sekarang saya sudah banyak terhibur dengan saya menjadi donatur di sekolah-sekolah sehingga saya lebih sering melihat anak-anak. Juga panti asuhan ini. Sengaja saya dirikan karena memang saya menyukai dunia anak-anak. Juga untuk membantu anak-anak yang kurang mampu."

Kania memandang takjub wanita yang mungkin saja lebih tua dari ibunya itu. Seandainya Kania punya uang banyak seperti Hanum, Kania juga ingin menggunakannya untuk membantu sesama seperti yang dilakukan Hanum.

"Eh, maaf, saya malah curhat. Jadi lupa sama yang mau di omongin."

Kania tersenyum tipis. Akhirnya Hanum menyadari tujuannya mengajak Kania bertemu. Sudah dari kemarin Kania menahan rasa penasarannya. Masih sempat di ajak curhat juga padahal sudah tidak sabar menunggu apa yang akan Hanum bicarakan.

"Begini, Ka. Shaka ini memiliki potensi yang luar biasa. Bisa dikatakan, Shaka ini adalah anak yang sempurna, Ka. Apa saja dia bisa. Pelajaran oke, menggambar, mewarnai, publik speaking juga oke. Keberanian dia juga tinggi, keingintahuannya apa lagi. Saya punya tawaran untuk Shaka."

"Tawaran apa, Bu?" Kania mengerutkan keningnya.

"Jadi begini, Ka. Suami saya itu pemilik utama Aditama group. Terdiri dari stasiun televisi, radio, media online, dan koran. Dan salah satunya yaitu Citra TV. Itu milik kami."

Kania membulatkan matanya. Siapa yang tidak tahu Citra TV. Seluruh Indonesia pun pasti tahu. Stasiun televisi yang paling di minati banyak orang karena memang tayangan-tayangannya bagus. Lengkap dari mulai tayangan edukasi sampai tayangan komedi.

Rasanya tidak percaya kini Kania tengah berhadapan dengan konglomerat. Kania tak pernah tahu siapa pemilik stasiun tv tersebut hingga kini dia sedang berhadapan dengan Hanum, istri Bram Putra Aditama.

"Dan anak saya satu-satunya menjadi CEO dari Aditama group. Ayahnya tinggal mengawasi saja bagaimana cara kerja anak saya. Citra TV mulai di besar juga ada di tangan anak saya."

Kania mengangguk paham.

"Jadi, kemarin anak saya bilang kalau ingin menayangkan tayangan edukasi dengan pemeran utamanya anak-anak. Saya langsung teringat Shaka. Saya juga sudah menceritakan bagaimana Shaka ke anak saya. Dan dia setuju. Jadi, bagaimana kalau Shaka jadi pemeran utamanya, Ka?"

"Hah?" Kania masih belum bisa mencerna ucapan Hanum. "Ma - maksud Bu Hanum apa, ya?"

Memang ucapan Hanum sudah sangat jelas. Kania hanya butuh untuk mendengarnya sekali lagi.

"Shaka jadi pemeran utama. Saya sendiri yang akan merekomendasikan ke produser filmnya. Kamu tenang saja. Saya janji ini semua tidak akan mengganggu waktu sekolah Shaka."

Kania masih merasa tak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Shaka menjadi artis? Bahkan Kania tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.

Tapi sayangnya, Kania sama sekali tak tertarik dengan penawaran tersebut. Kania ingin Shaka fokus sekolah. Menggapai apa yang dia cita-citakan.

"Maaf, Bu, saya tidak kepikiran untuk menjadikan anak saya menjadi seorang pemain film seperti yang Bu Hanum katakan tadi. Saya ingin Shaka konsentrasi dengan sekolahnya, Bu. Apalagi sekolah Shaka, kan, dari beasiswa. Jadi nilai dia harus bagus untuk mempertahankan beasiswa dia. Tanpa adanya kegiatan shooting dan segala macamnya."

Hanum sedikit kecewa dengan jawaban Kania. Hanum pikir akan mudah menarik Kania ke dalam lingkungan keluarganya. Ternyata tak semudah yang Hanum pikirkan.

Tawaran yang Hanum berikan itu bukan main-main. Bahkan rencana itu sudah Devan buat jauh sebelum Hanum menemukan Shaka dan Kania di ujung Jawa timur.

"Shootingnya hanya seminggu tiga kali, Ka. Jadi tidak akan mengganggu sekolah Shaka. Saya yang akan jamin. Honornya juga besar, kok."

Kania tersenyum tipis. Dalam hati sebenarnya sedikit tersinggung saat Hanum mengatakan soal honor. Orang kaya, tetap saja menilai segala sesuatunya dengan uang. Mudah mendapatkan semuanya dengan uang.

"Bukan perkara honor, Bu. Saya hanya ingin Shaka konsentrasi dengan pendidikannya," jawab Kania berusaha untuk tetap tenang.

"Baiklah, saya tidak memaksa, Ka," ucap Hanum pasrah. "Tapi kalau kamu berubah pikiran, kamu bisa langsung menghubungi saya."

Kania tersenyum lagi. "Iya, Bu."

🌼🌼🌼

**Mohon maaf baru muncul. katanya pagi tapi jam segini baru nongol. 🤭**

Terpopuler

Comments

Dia Ruspandi

Dia Ruspandi

ibunya defan terlalu berbeli belit gk langsung pada intinya

2023-04-30

0

Herman Besa

Herman Besa

kalau saya menilai keputusan Kania sudah tepat,ingin anak nya fokus belajar karena itu hal terpenting apalagi Shaka masih bocah.

2023-04-05

0

Shautul Islah

Shautul Islah

kesuen thor2

2023-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!