16. Malam Pertama, Mas Kei nakal.

..."Kau yang dulu bagai gemintang. Kini nyata di genggaman. Walaupun belum dapat ku raih sepenuhnya. Namun, tidak akan surut perasaan ini. Bagai ombak yang selalu setia pada karang. Begitupun aku." ...

..._Keindra Alif_...

... 🍃🍃🍃🍃🥀🥀🥀🥀...

Selepas Insya,

Senja belum bisa tidur. Ia sadar ada suami yang harus ia tunggu. Kei masih di ruang tamu, tadi sebelum Maghrib ada tamu yang datang, katanya sahabatnya Kei.

Ternyata Arka dan orang tuanya yang datang. Walaupun Kei tidak mengingat Arka. Namun, Kei merasa ada ikatan dengan Arka, dan Arka telah menjelaskan siapa dirinya. Maka dari itu mereka tetap bersahabat seperti hari lalu.

Senja sedang senyum- senyum sendiri. Dia teringat saat Kei membuatkan makanan untuk berbuka puasa tadi. Omelette, teh manis dan juga kurma. Kei mengantarkan sendiri makanan itu ke kamar Senja.

"Mas Kei." ucap Senja sembari tersenyum. Mengingat betapa lembut dan perhatiannya Kei.

"Ya. Ini aku!" tiba-tiba Kei menyahut, entah sejak kapan Kei masuk ke kamar tersebut.

"Ah!" Senja menoleh, lalu ia berpura-pura membaca buku, yang memang sedang ia pegang. Senja betul-betul malu. Kei memergoki dirinya sedang memanggil nama Kei.

Dengan santai, Kei berjalan menghampirinya. "Koq belum tidur?" tanya Kei.

"Belum! masih belum ngantuk," jawab Senja dengan mata masih fokus ke lembaran buku yang ia sedang buka. Senja tidak membaca buku itu namun, menyibaknya lembar demi lembar.

Kei memiringkan wajahnya. Ia menatap Senja, lalu mengulum senyum. "Model baca kamu... terbalik ya?"

Senja mengerut dahi. Lalu berhenti membuka lembaran bukunya. Setelahnya Senja memperhatikan isi di dalam buku tersebut, dan...

"Astaghfirullah!" pekik Senja. "Heee, i-ini kadang terjadi Mas, saat aku ngantuk." kilah Senja. Setelah menyadari buku yang ia pegang terbalik.

"Aduuuh Senja. Akibat gugup, malah tambah malu kan." gumam Senja dalam hatinya.

Kei mengekeh. "Sini, kalau ngantuk ya tidur! jangan malah membuat kertas- kertas itu pusing."

Kei mengambil buku dari tangan Senja. Lalu menutup buku tersebut dan menaruhnya di atas nakas kecil.

"Ayo tidur!" Kei menyibak selimut dan menyuruh Senja berbaring. Senja pun menuruti Kei. Ia berbaring perlahan, rasa malu, risi, masih mendominasi perasaannya saat ini.

Kei menyelimuti Senja, kemudian ia beranjak dari hadapan Senja. Kei berniat membuka stelan kokonya.

Kei yang tidak berfikir kemanapun, dia membuka pakaiannya di dalam kamar tersebut, tentu saja di hadapan Senja.

Senja yang belum tidur begitu terkesiap, saat Kei menurunkan kain sarungnya.

Senja memperhatikan Kei, lalu ia menutup matanya menggunakan telapak tangan. Senja fikir, Kei hanyalah menggunakan underwear.

Ternyata Kei memakai boxer. Senja tersenyum salah tingkah. Kali ini Kei memperhatikan Senja yang sedang kelabakan sendiri dengan perasaannya, dari kaca besar lemari di hadapannya.

Senja tersipu malu akan fikirannya. Setelah melipat kain sarung, Kei mulai membuka atasannya. Senja menahan nafas. Ia memejamkan matanya. Senja tidak mau melihat Kei yang bertelanjang dada.

Makin Kei hampir menanggalkan atasan Kokonya, makin Senja berfikir buruk. Ia makin menarik selimutnya, hingga menutupi kepala.

Kei yang memperhatikan tingkah konyol istrinya, ia mengulum senyum, lalu berinisiatif menggoda Senja. Setelah menanggalkan atasan kokonya, Kei menghampiri Senja dengan perlahan. Lalu ia duduk di sisi Senja.

Kei tahu Senja belum tidur dan sedang mengintip dirinya membuka pakaian.

"Aaaaaa ..." teriak Senja. Ketika ia membuka selimut, bermaksud mengintip Kei kembali. Senja malah terkejut, Kei sedang membungkukan tubuhnya di hadapan Senja dengan bertelanjang dada.

"Ammm... mmfff... mfff..." Kei refleks membungkam bibir Senja dengan bibirnya.

"Sayang! ma'afkan aku." ucap Kei gugup, setelah tautan bibirnya lepas dari bibir Senja.

"Huff... Mas Kei?" mata Senja sudah berkaca-kaca, hampir saja menangis. Namun dengan cepat, Senja menguasai diri jangan sampai tangisnya pecah.

"Ma'afkan aku. Habis kamu teriak, takut orang di luar mendengar dan berfikir yang tidak-tidak." Ujar Kei.

"I-iya Mas, maafkan Senja juga. Aku terkejut dengan posisi Mas tadi dan tanpa pakaian atas. Maaf jika aku kekanak-kanakan, hal seperti ini sungguh tabu untukku." Ujar Senja, tetesan air mata mulai meluncur membasahi pipinya. Senja Sungguh terkejut.

"Ssstt, jangan menangis." Kei menyeka air mata Senja. "Selama ini apakah kita tidak pernah saling bersentuhan?" tanya Kei.

Senja menggeleng cepat. "Berapa lama kita menikah?" tanya Kei kembali.

"Emm, kita saling berjauhan Mas!" Senja bingung dalam menjawab pertanyaan Kei yang terakhir. Ia tidak mau berbohong.

"Apa yang Mas ingat tentang Aku," Akhirnya Senja malah balik bertanya.

Kali ini Senja menutupi tubuh Kei dengan pashmina miliknya yang menjuntai di kepala dipan.

"Maaf Mas, pakai ini ya untuk menutupi tubuhmu." Pinta Senja. Kei pun menurut.

"Takut tidak tahan ya, melihat bentuk tahu Sumedang, berbaris di perut ku?" goda Kei membuat Senja tersipu malu dan menyembunyikan wajahnya dalam selimut.

"Mas! tolong jawab pertanyaanku." Pinta Senja. Masih dengan kepala di dalam selimut.

Kei tersenyum, Senja begitu lucu di matanya. Kemudian Kei berjalan ke arah jendela yang masih terbuka. Ia ingat pernah berdiri di luar sana. Kei menatap ke atas, nampak bulan menggantung di kegelapan malam.

"Aku mengingat kamu ketika di pantai, sedang membaca Alqur'an. Lalu ... aku kehilanganmu untuk beberapa saat, setelah itu, aku mencarimu hingga ke rumah ini. Aku pernah berdiri di luar sana. Namun, sepertinya kamu akan menikah. Karena kamu memakai gaun pengantin. apakah itu pernikahan kita?"

Kei berusaha mengingat- ingat hari itu numun, "Aduh!" Kei malah memegangi kepalanya. Senja sadar, Kei mulai merasa pusing.

"Mas, Mas! cukup! jangan terlalu berfikir berat." Senja setengah loncat dari tempat tidur. Ia menghampiri Kei dan tanpa berfikir panjang, Senja meraih tubuh Kei ke dalam pelukannya. Ia ingin membuat Kei tenang.

"Jawab Sayang, apakah itu pernikahan kita? akan tetapi, aku mengingatnya pernikahan kita di adakan di sebuah pantai, di hiasi indahnya lembayung senja."

Kei masih memegangi kepalanya, yang mulai berdenyut dan rasanya pening sekali.

"Mas, sudah. Berceritanya besok lagi. Sekarang pakai baju, minum obat, lalu tidur. Agar rasa pusingnya hilang." Bujuk Senja dengan lembut. Kei pun pada akhirnya menurut. Ia di papah Senja agar duduk di bangku yang tidak jauh dari jendela.

"Tunggu sebentar, Mas!" ucap Senja. Kei mengangguk.

Senja segera mengambil stelan piyama milik Kei yang sudah berada di dalam lemarinya. Tadi sore,

setelah akad nikah, Mami Kei menyerahkan pakaian Kei.

"Pakai ini Mas, lalu minum obatnya." pinta Senja.

"Terima kasih, Sayang!" Kei di bantu Senja, mengenakan stelan piyamanya. Senja yang melihat Pyama membalut tubuh Kekar Kei. Ia tersenyum, Kei nampak tampan berkali lipat dari dirinya beberapa bulan lalu yang mengenakan jeans bak anak-anak berandal.

"Nih, obatnya." Senja menyodorkan obat pereda sakit kepala dari dokter dan juga air mineral.

Kei tidak menolak. Ia segera meraih obat tersebut dan menelannya. Setelah selesai Senja membimbing Kei naik ke tempat tidur.

"Kamu juga tidur, Sayang." Pinta Kei yang sudah berbaring di balik selimut.

Senja tersenyum ke arah Kei. "Sebentar Mas, aku tutup jendela dulu."

Senja berjalan ke arah jendela, kemudian menutup jendela yang masih terbuka. Lalu ia kembali ke tempat tidur. Namun, Senja di landa canggung.

"Duuuh, apakah aku harus tidur menggunakan jilbab? atau buka ya?" Senja belum sepenuh hati membuka jilbabnya di hadapan Kei.

"Sayang, koq bengong?" suara lembut Kei mengembalikan Senja dari lamunan.

"Ah ia Mas, aku ganti baju dulu," Senja melesat ke arah lemari. Piyama tangan panjang dan juga celana panjang yang ia ambil, tidak lupa bergo berbahan ringan ia ambil untuk di kenakan ketika tidur. Senja memutuskan untuknya tidur dengan menggunakan pakaian tertutup malam ini.

Walaupun malam ini, adalah malam pertama Senja dan Kei. Namun, Senja tidak mau Kei berhasrat kepadanya. Pernikahan mereka terikat syarat yang Senja ajukan hingga ingatan Kei kembali.

Senja berganti pakaian di balik pintu lemari yang ia buka lebar. Di kamar Senja tidak ada kamar mandi ataupun kamar ganti.

Kei yang memperhatikan Senja, ia malah mengekeh pelan. "Ganti di depan aku aja, Sayang!" godanya.

"Tidak mau, ini aurat Mas, nanti kamu menontonnya." protes Senja.

"Ya, memang salah? aku kan suami mu, lebih dari sekedar menonton juga halal." Kei makin gencar menggoda Senja.

"Mas, ingat syarat yang ku ajukan?" lirih Senja dari balik pintu lemari.

"Iya sayang, Aku ingat koq! tapi ... bisa saja aku khilaf, apa diizinkan?"

"Gak, gak di izinkan!" pekik Senja. Membuat Kei terpingkal. Lalu Meringis memegangi kepalanya yang sakit.

"Cepat Sayang! aku sudah tidak tahan." panggil Kei terdengar manja.

"Tidak tahan apa? atau Mas Kei betulan akan khilaf malam ini?" bisik Senja pada dirinya.

"Sayaaang." panggil Kei kembali dengan merdunya.

"Ba-baik, Mas." Senja segera menyelesaikan berpakaiannya. Keringat dingin mulai timbul di beberapa titik tubuhnya. Padahal cuaca malam ini dingin maksimal.

Senja berjalan perlahan mendekati tempat tidur. Ia melihat Kei sedang intens memperhatikannya.

"Aku fikir, kamu mau kasih bonus malam ini. Memperlihatkan rambutmu padaku." Ujar Kei.

"Maaf Mas, rambut aku lepek, belum keramas dari kemarin. Aku takut Mas Kei terganggu dengan aromanya." Bohong Senja.

"Astaghfirullah, ampuni hamba ya Allah." Gumam Senja dalam hatinya.

"Ok. Kalau begitu tunggu apa lagi, cepat tidur, aku sudah tidak tahan, mengantuk." Ucap Kei.

Senja menghela nafas lega. Ternyata Kei sudah tidak tahan ingin tidur. Bukan tidak tahan dengan hal lain. Mungkin efek obat yang Kei minum. Senja kembali beristighfar, di waktu akhir ini, dia banyak bersuudzon terhadap kei.

Senja merebahkan tubuhnya di ujung sisi tempat tidur. Sungguh ia tidak nyaman satu kasur dengan Kei. Senja takut, Senja gugup. Ini kali pertama tidur dengan laki-laki selain Ayahnya ketika kecil dulu.

Kei yang melihat Senja baring di sisi unjung tempat tidur dan menyisakan jarak yang luas di antara mereka. Maka ia khawatir akan Senja yang bisa saja jatuh ketika terlelap.

"Sayang. Agak kemari, lebih dekat padaku!" Kei menarik pinggang Senja dengan paksa.

"Mas mau apa?" Senja waspada. Senja betul-betul takut.

"Apa aja boleh. Kamu kan Istriku." ujar Kei niat membercandai Senja.

Kei makin menarik Senja agar merapat pada tubuhnya. Di pihak Senja, ia makin gugup. Ketika tangan Kei melingkar pada pinggangnya, secepat kilat Senja bangun. Tanpa aba-aba ia lari keluar kamar.

"Mama! Mami! tolong Senja. Mas Kei nakal." teriak Senja. Membuat keluarganya yang masih berkumpul diruang tamu terkejut.

"Haaa... krik! krik! Krik!"

Sejenak suasana hening, sebelum kembali heboh akan teriakan Senja. Mereka heboh tertawa. Menertawakan kepolosan Senja.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Dharsha Alfysya

Dharsha Alfysya

biasanya di novel2 lain.. roti sobek...
lah ini tahu sumedang...👍👍👍😂😂😂

senja.......🤣🤣🤣🤣

2022-02-06

1

Rasti Rasti

Rasti Rasti

hahahaha

2022-01-29

0

Dede Deti

Dede Deti

😂😂😂😂😂😂

2021-11-26

0

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog.
2 2. Kita Sudah Menikah.
3 3. Kegalauan Kei.
4 4. Namanya Senja
5 5. Ujung Ombak Di Kaki Senja
6 6. Kerinduan Kei.
7 7. Pantai Yang Sama.
8 8. Tiga Rangkaian Menuju Halal.
9 9. Mimpimu Terlalu Tinggi.
10 10. Meraih Senja Kembali.
11 11. Kecelakaan.
12 12. Kepanikan Arka.
13 13. Menyisakan Sebuah Nama.
14 14. Sebuah Syarat.
15 15. Ijab Qobul.
16 16. Malam Pertama, Mas Kei nakal.
17 17. Shalawat Nabi Sebagai Mahar Pernikahan.
18 18. Trauma Masa Lalu.
19 19. Trauma membawa berkah.
20 20. Aku Cemburu.
21 21. Beban Rindu.
22 22. Kei Kembali.
23 23. Saya, Suaminya!
24 24. Tiba Di Jakarta.
25 25. Rhailla.
26 26. Symbol Huruf K.S
27 27. Aku baik-baik Saja.
28 28. Kantor Kei.
29 29. Ijinkan Aku kecewa.
30 30. Ma'afkan Aku.
31 31. Kesempatan untuk Arka.
32 32. Kepastian Hilal Untuk Halal,
33 33. Qyana.
34 34. Cinta Pertama Kei.
35 35. Robot Berotot.
36 36. Obat Terbaik.
37 37. Gombalan Willy.
38 38. Uuu...Cocwit.
39 39. Kei Terluka.
40 40. Bukan Kesalahan mu.
41 41. Sembuh dari Amnesia.
42 42. Amnesia Retrograde
43 43. Suapan jari tangan Senja.
44 44. Pelukan Kei.
45 45. Kei Kembali Ke Rumah.
46 46. Titian Rindu.
47 47. Tidak Asing Bagiku.
48 48. Malu-malu.
49 49. Serbuk Tertawa.
50 50. Senjata Makan Tuan.
51 51. Pertolongan Zio.
52 52. Dejavu pada Ombak.
53 53. Menyerah.
54 54. Pergi.
55 55. Aku merindukan mu!
56 56. Menikahlah denganku!
57 57. Aku Selalu Memaafkannya.
58 58. Hancur Sudah.
59 59. Pondok pesantren Al-Amin.
60 60. Rencana Hipnoterapi
61 61. Selamat berpisah.
62 62. Pantai Tempat Pertama Kali Bertemu
63 63. Akad Pernikahan.
64 64. Resepsi Pernikahan.
65 65. Senja Mual.
66 66. Hamil.
67 67. Ngidam.
68 68. Kontraksi.
69 69. Melahirkan.
70 70. Naushal Tsabit Zhafran Hibridzi.
Episodes

Updated 70 Episodes

1
1. Prolog.
2
2. Kita Sudah Menikah.
3
3. Kegalauan Kei.
4
4. Namanya Senja
5
5. Ujung Ombak Di Kaki Senja
6
6. Kerinduan Kei.
7
7. Pantai Yang Sama.
8
8. Tiga Rangkaian Menuju Halal.
9
9. Mimpimu Terlalu Tinggi.
10
10. Meraih Senja Kembali.
11
11. Kecelakaan.
12
12. Kepanikan Arka.
13
13. Menyisakan Sebuah Nama.
14
14. Sebuah Syarat.
15
15. Ijab Qobul.
16
16. Malam Pertama, Mas Kei nakal.
17
17. Shalawat Nabi Sebagai Mahar Pernikahan.
18
18. Trauma Masa Lalu.
19
19. Trauma membawa berkah.
20
20. Aku Cemburu.
21
21. Beban Rindu.
22
22. Kei Kembali.
23
23. Saya, Suaminya!
24
24. Tiba Di Jakarta.
25
25. Rhailla.
26
26. Symbol Huruf K.S
27
27. Aku baik-baik Saja.
28
28. Kantor Kei.
29
29. Ijinkan Aku kecewa.
30
30. Ma'afkan Aku.
31
31. Kesempatan untuk Arka.
32
32. Kepastian Hilal Untuk Halal,
33
33. Qyana.
34
34. Cinta Pertama Kei.
35
35. Robot Berotot.
36
36. Obat Terbaik.
37
37. Gombalan Willy.
38
38. Uuu...Cocwit.
39
39. Kei Terluka.
40
40. Bukan Kesalahan mu.
41
41. Sembuh dari Amnesia.
42
42. Amnesia Retrograde
43
43. Suapan jari tangan Senja.
44
44. Pelukan Kei.
45
45. Kei Kembali Ke Rumah.
46
46. Titian Rindu.
47
47. Tidak Asing Bagiku.
48
48. Malu-malu.
49
49. Serbuk Tertawa.
50
50. Senjata Makan Tuan.
51
51. Pertolongan Zio.
52
52. Dejavu pada Ombak.
53
53. Menyerah.
54
54. Pergi.
55
55. Aku merindukan mu!
56
56. Menikahlah denganku!
57
57. Aku Selalu Memaafkannya.
58
58. Hancur Sudah.
59
59. Pondok pesantren Al-Amin.
60
60. Rencana Hipnoterapi
61
61. Selamat berpisah.
62
62. Pantai Tempat Pertama Kali Bertemu
63
63. Akad Pernikahan.
64
64. Resepsi Pernikahan.
65
65. Senja Mual.
66
66. Hamil.
67
67. Ngidam.
68
68. Kontraksi.
69
69. Melahirkan.
70
70. Naushal Tsabit Zhafran Hibridzi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!