"Takdir manusia telah terukir di LAUHULMAHFUZ. Mau tidak mau, suka tidak suka. Harus menerima! maka bertawakal adalah sebuah perjuangan tak kasat mata untuk meraih Keridhoan-Nya."
..._Keindra Alif_...
...🍃🍃🥀🥀...
Di rumah sakit,
Terjadi kepanikan dari Arka.
"Dok! tolong selamatkan sahabat saya, dia belum meninggal!" Teriak Arka sembari ikut berlari mendorong brangkar.
Arka tiba dengan beberapa orang petugas medis dan juga dua orang polisi.
Saudara tenang dulu." Pinta seorang perawat. "Kami harus memeriksanya." Ucapannya lagi. Arka mengangguk, tangannya berlumuran darah, karena sempat memangku Kepala Kei di pangkuannya ketika ia memastikan Kei masih bernyawa, walaupun sudah di tutupi koran dan kerdus berkas.
Noda darah pun nampak menempel di sana-sini pada pakaian Arka. Ia sudah tidak peduli. Duduk terpekur di depan ruang UGD, sembari melingkup kepalanya dengan kedua tangan. Di dalam hatinya tidak berhenti berdoa. Tubuhnya gemetar karena rasa Syok yang luar biasa.
Tadi, setelah Arka menyelesaikan hajatnya di toilet. Ia pun bergegas menyusul Kei. Namun sesampainya, di akhir lingkar Nagreg. Arka melihat banyak kerumunan, ketika bertanya pada pengendara lain, mereka bilang itu kecelakaan.
Awalnya Arka hendak melewati kerumunan tersebut. Namun tidak sengaja, Arka melihat sebuah motor tergeletak di seberang jalanan. Arka amat mengenalinya, itu motor Kei.
"Astaghfirullah. Kei...kei! enggak-gak, Itu bukan lo!" Gumam Arka dengan detak jantung yang sudah tidak keruan.
Arka menghentikan motornya di bahu jalan. Ia turun dari motor dan segera berlari, menyeruak kerumunan. Bahkan para polisi, walaupun sudah di larang, Arka tetap memaksakan diri.
"Hoooo, Men! Gak mungkin ini lo!" lirih Arka.
Pemandangan yang mengerikan sekaligus memilukan. Ya, sahabatnya tergeletak di atas aspal jalanan dengan tubuh yang sudah di tutup koran dan juga kerdus bekas. Namun hanya hingga paha. Arka mengenali celana jeans dan juga sepatu yang Kei kenakan.
Arka berjalan perlahan dengan gontai. Arka baru saja kehilangan keseimbangan pada tubuhnya. Dadanya panas, detak Jantungnya berpacu dengan kuat.
Hingga kekuatannya kembali. Arka segera berlari menghampiri tubuh Kei. Arka menyibak kasar koran dan kerdus yang menutupi tubuh sahabatnya.
"Keiiii...."
"Keiii...."
"Ya Allah, Keiiii...."
Jerit pilu dari Arka memeluk tubuh sahabatnya, sembari tergugu karena tangisan.
"Assalamu'alaikum." Sapa seseorang. Mengembalikan Arka dari lamunan.
"Minun dulu Mas!" Uluran tangan seseorang itu memberikan sebuah air kemasan kepada Arka.
Arka pun mendongak. Seorang perempuan muda berjilbab, nampak sedang tersenyum kearahnya.
"Wa_wa'alikum salam. Terima kasih." Arka mengambil air tersebut. Lalu meminumnya sedikit.
"Saya Sabrina. Sebagai pendamping Spiritual di rumah sakit ini." Ujarnya.
Arka berdiri. Belum sempat mengatakan apapun pada perempuan berjilbab tersebut. Seorang dokter baru saja keluar dari ruang IGD.
"Dok. Bagaimana keadaan sahabat saya?" tanya Arka.
"Cukup kritis. Kami sedang menangani lukanya." Jawab Sang dokter.
"Bagaimana dengan keluarga korban?" tanya dokter kembali.
"Saya sudah berusaha menghubunginya namun, belum tersambung. Nanti saya hubungi kembali."
"Dok, tolong selamatkan sahabat saya." Mohon Arka kembali. Lagi-lagi air mata tak dapat ia tahan dan meluncur begitu saja.
"Banyak berdoa. Mohon yang terbaik dari Allah. Kami, team dokter akan berusaha sekuat tenaga untuk menangani sahabat Anda." Dokter menepuk pelan pundak Arka.
"Ahamdulillah, sahabat anda segera di bawa kemari. Sehingga nyawanya dapat tertolong. walaupun cedera di kepalanya parah. Dan kami masih harus menunggunya hingga ia siuman, untuk memastikan tidak ada hal buruk yang menimpanya lebih jauh." Ujar dokter kembali. Seraya memohon undur diri setelahnya.
Arka kembali duduk di lantai dengan lesu. Ia menyandarkan dirinya, di dinding rumah sakit . Perempuan yang bernama Sabrina, masih berada di dekat Arka.
Sedangkan polisi yang mendampingi Arka nampak sedang berbincang dengan rekannya di ujung koridor.
"Ah maaf, saya lupa. Mbak ini yang baru saja mendokan sahabat saya kan?"
Sabrina mengangguk dengan tersenyum ramah. Namun, senyumnya mendadak luntur, tatkala Arka mengulurkan uang seratus ribu rupiah, sebagai upah atau apalah namanya.
"Maaf, saya tidak menjual Agama Saya!" tegas Sabrina. Ia merasa tidak terima, seakan niat mulianya untuk menjadi pendamping spiritual, memanjatkan doa-doa untuk seseorang yang sakit, bahkan orang sedang sekarat, di tukar sebuah nominal. Arka menelan ludah kelu. Menarik kembali uang yang tadi ter-ulur.
"Maaf! Saya fikir...." lirih Arka.
"Sudahlah, Mas-nya kan tidak tahu. Kami di sini tidak memungut bayaran pada pasien. Pihak rumah sakit, telah mencukupi kami dengan biaya makan dan tempat tinggal. Alhamdulillah bagi kami yang masih bersekolah pun di biayai penuh." Tutur Sabrina
"Alhamdulillah." Ucap lirih Arka.
"Sebaiknya Mas membersihkan diri. Agar ketika sahabat Mas siuman. Tidak kembali pingsan, karena melihat penampilan Mas-nya." Sabrina mengekeh.
"Heumm. Ia juga sih. Terima kasih atas sarannya." Arka memidai dirinya sendiri. Setelahnya ia ikuti mengekeh dengan kikuk.
"Baiklah, saya harus ke ruangan lain untuk mendoakan kesembuhan pasien lainnya. Besok sore saya kembali ke sini." Ucap Sabrina. Arka hanya mengangguk.
Setelah berucap salam, Sabrina pun pergi dari hadapan Arka. Menyisakan hening bagi Arka.
**
Setelah beberapa jam melewati rangkaian pemeriksaan. Kei masih belum sadarkan diri. Luka Kei pada kepala dan bagian tubuh lainnya. Sudah mendapatkan penanganan.
Kei sudah berada di ruang ICU. Denyit suara dari monitor jantung dan juga selang oksigen, saling bersahutan, terdengar amat memilukan.
"Men, bangun! lo gak mau menemui Senja. Katanya lo mau nikahin Senja." Arka mengusap lengan Kei dengan berbisik di telinga Kei.
Arka amat terpukul dengan insiden tersebut. Arka sudah dapat menghubungi orang tua Kei, mereka sedang dalam perjalanan.
"Men, ma'afkan gue ya. Tadi malah nyuruh lo jalan duluan." Ucap Arka kembali. Air matanya terus menetes. Entahlah, Kei sudah seperti belahan jiwanya. Banyak hari yang mereka lewati. Suka dan duka pernah mereka jalani bersama.
Arka kagum dengan perangai dan juga kepribadian kei. Walaupun ia anak Sultan, Kei seorang yang sederhana, rendah hati dan santun, walaupun tampilannya terkesan urakan.
Kei banyak membantu Arka dan beberapa teman lainnya, ketika mereka dalam kesulitan. Namun Kei tidak mempergunakan fasilitas dari Sang Ayah dalam menolong temannya. Kei rela mengamen, bahkan jualan asongan, di persimpangan jalan, untuk membantu sahabat mereka yang tengah kesulitan ekonomi.
Padahal dengan kekayaan Sekaliber Ayahnya, yang notabene pengusaha sukses Asia. Bisa saja Kei memanfaatkannya. Namun kenyataannya Kei tidak melakukan itu.
Satu yang membuat Arka tambah bangga terhadap sahabatnya. Walaupun Kei di kelilingi perempuan cantik dan seksi, Kei tidak pernah memanfaatkan mereka hanya demi kepuasan semata. Kei Selalu berkata dengan bangganya.
"Keperjakaan gue mahal! Men. Gak akan di obral beitu saja. Hanya calon bidadari hati gue, nantinya yang ber-Hak."
**
Beberapa waktu kemudian,
Orang tua Kei sudah tiba, mereka tiba dengan beberapa orang, Willy sang tangan kanan pun berada di antara mereka. Bahkan para staf rumah sakit menyambut mereka. Ternyata Ayah Kei kenal baik dengan pemilik rumah sakit tersebut.
"Nak!"
"Sayang, apa yang terjadi dengan mu. Setelah tiga bulan pergi dari rumah, mengapa Mami harus bertemu kamu di ruangan ini? dalam keadaan tidak sadarkan diri. Bangun Nak! Ini Mami."
Ibunya Kei menangis, menyaksikan putranya tidak sadarkan diri seperti itu.
"Mih, Sundahlah. Putra kita akan baik-baik saja." Bujuk Ayah Kei lirih.
"Ini semua gara-gara Papi." Amarah terpendam terhadap suami, pecahlah sudah.
Ayah Kei menghela nafas. "Papi minta maaf. Satu janji Papi, setelah Kei siuman, maka Papi akan memberikan kebebasan untuknya memilih."
Mami Kei sedikit melunak. Ia menatap suaminya dengan sisa air mata yang membuat mata indahnya nampak basah. "Janji?"
Ayah Kei mengangguk dengan tersenyum. Akhirnya mereka menunggu di luar ruangan. Hanya boleh satu orang berada lama di dalam.
Arka sudah menceritakan kronologi kejadian yang menimpa Kei. Namun satu yang tidak Arka ceritakan. Yaitu maksud dan tujuan utama, kepulangan Kei.
Arka tidak tahu harus memulai cerita dari mana mengenai senja. Ia sendiripun tidak mengenal saja, Arka hanya mendengar dari cerita kei. Biarlah nanti Kei yang menjelaskan segalanya setelah siuman. Itu fikir Arka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
aal lia
seharusnnya para cowo mikirnya kaya kei gini ya.
2022-04-18
0
Rahmalia Nurodin
cepat sembuh kei.....
2021-09-26
3
Jumadin Adin
semangat Kei💪💪💪
2021-09-26
2