17. Shalawat Nabi Sebagai Mahar Pernikahan.

..."Aku yakin, Iman mu pasti kuat. Di umpamakan karang, maka dirimu akan se-tegar karang di lautan yang tidak mudah terkikis ***** belaka, dalam menjalankan ibadah panjang yang belum sepenuhnya sempurna."...

..._Naurally Senja_...

...🍀🍀🍀...

Senja kembali ke kamar pengantinnya, setelah hampir dua jam di ceramahi dengan lembut oleh sang Mama.

"Mas! sudah tidur ya? ma'afkan Senja, Mas." ucap Senja, ia menghela nafasnya pelan. Sepertinya Kei telah terlelap.

Senja memberanikan diri untuk tidur di sebelah Kei. Ia masuk ke dalam selimut yang sama dengan Kei. Namun, ada guling yang menjadi penghalang di antara mereka.

Sedangkan Kei. Sebetulnya ia sudah terlelap setelah ia pun mendapatkan wejangan dari Sang Mami, agar perlahan dan tidak buru-buru dalam menyentuh Senja, walaupun hanya tidur berpelukan.

Kei telah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi tadi, ia hanya bermaksud baik, memeluk Senja karena takut ia jatuh.

Merasa ada yang bergerak di sebelahnya, Kei pun terbangun. Ia memicingkan matanya. "Senja, Syukurlah. Kamu mau kembali tidur di sini." gumam Kei pelan sekali.

Kei melihat Senja sudah memejamkan mata. Ia menunggu beberapa menit, sampai Senja betul-betul terlelap.

Setelah itu Kei mendekati Senja dengan perlahan, membuang guling sebagai penghalang di antara mereka. Lalu Kei memeluk Senja.

"Ma'afkan Mas, ya sayang! Mas nakal lagi." Kei mengekeh pelan. Perempuan yang ia peluk malah menyambutnya di alam bawah sadar sana.

Tanpa Sadar, Senja pun makin menyusupkan wajahnya di dada Kei. Malam pertama ini akhirnya Kei dapat memeluk Istrinya, keinginan yang sudah lama terpendam.

***

Keesokan paginya, sekitar pukul sembilan pagi.

Nampak dua orang pria dewasa sedang memegang alat pancing di sebuah kolam ikan. Mereka nampak mengobrol asik sembari tertawa-tawa kecil.

Itu adalah Papi Kei serta Ayah Senja. Sebelum pulang ke Jakarta, Papi Kei di ajak Ayah Senja untuk memancing sebentar di kolam ikan luas miliknya.

"Ahahaha. Saya fikir, Kei sudah berhasil membobol pertahanan putri Anda, Pak!" canda Papi Kei.

"Saya pun berfikir begitu, Pak! ternyata baru di peluk sudah kabur." Ayah Senja ikut tertawa.

"Masya Allah. Baru kali ini ada pengantin baru bikin tertawa malam-malam." Papi Kei kembali tertawa, mengingat kejadian semalam.

"Kalau di sentuh saja sudah kabur, berarti kita akan lama dapat cucu, Pak!" ucap Papi Kei.

"Yah, mau bagaimana lagi, nampaknya kita harus lebih bersabar lagi." Ujar Ayah Senja.

"Insya Allah, Pak! pancingan saya di sambut ikan! sepertinya besar," Ujar Papi Kei.

"Mungkin ikan gurame, Pak!" tanggapan Ayah Senja.

Kini mereka berdua berjibaku menarik ril, sepertinya ikan besar menyambut kail Papinya Kei.

Di rumah Senja.

"Loh Bu, tidak menginap kembali? mungkin untuk satu malam lagi." Tanya Mama Senja, pada Mami Kei.

"Ayah Kei belum memiliki waktu banyak Bu. Pekerjaannya masih bejibun. Maka dari itu kami tidak dapat berlama-lama lagi di sini. Padahal kami sih masih ingin berlama-lama." Jawab Mami Kei.

"Baiklah kalau begitu, tapi Ibu jangan menolak dengan buah tangan dari kami ya," Mama Senja sedang merapikan bawaan sebagai oleh-oleh untuk Mami Kei.

"Terima kasih, maaf merepotkan Bu," Ujar Mami Kei.

"Tidak Koq. Bu!" balas Mama Senja dengan tersenyum.

"Pokoknya, nanti Ibu dan Bapak, harus ikut ketika Senja pergi ke Jakarta." Pinta Mami Kei.

"Insya Allah," Mama Senja kembali tersenyum dengan menatap lembut Mami Kei. Ia begitu merasa beruntung, Senja memiliki mertua dan Suami yang baik.

Sedangkan Arka dan orang tuanya sudah pulang dari pagi-pagi sekali.

Di kamar Senja.

"Sayang, bantu aku mengancingkan baju," Pinta Kei. Ia baru saja masuk ke kamar setelah mandi dengan mengenakan kemeja yang belum tertutup.

"Baik Mas," Senja menaruh Al-Qur'an kecilnya di atas nakas. Ia segera menghampiri Kei, Senja segera mengancingkan kemeja Kei.

"Mas akan pulang hari ini, ikut Mami dan Papi?" tanya Senja, setelah kemeja Kei selesai ia kancingkan.

"Tidak Sayang! Aku masih ingin menetap di sini, Aku ingin cukup dekat dengan mu, terutama aku ingin menimba ilmu Agama terlebih dahulu. Setelah nanti aku bisa lebih baik dalam Shalat dan memiliki bekal bacaan Alqur'an yang lebih bagus. Maka aku akan kembali ke Jakarta dan akan mulai merintis karir. Untuk masa depan kita."

Senja merasa sedih akan kata-kata terakhir Kei. Itu berarti ia akan berpisah dengan Kei untuk sementara waktu. Dari hasil pembicaraan sebelumnya. Kei tidak ingin membawa Senja ke Jakarta, apabila ia belum memiliki pekerjaan tetap.

"Tentu Mas, Insya Allah! aku sih ikut saja. Namun, ingatlah jangan terlalu mengejar dunia. Biarkan dunia yang mengejar, Mas!"

"Tentu sayang. Ustadzah ku yang imut dan cantik." Puji Kei, lagi-lagi Senja di buat berdebar tidak karuan.

"Sudah Mas! jangan goda aku lagi," Ucap Senja malu.

"Memang kamu cantik!"

"Maaas!"

"Baik, sayang," Kei mengangkat tangannya pertanda menyerah.

"Sayang, boleh aku bertanya?" tanya Kei kemudian. Lalu ia duduk di kursi belajarnya Senja yang telah ia tarik mendekati tempat tidur.

"Silakan, Mas." Senja duduk di sisi tempat tidur dan berhadapan dengan Kei.

"Em, mengenai mahar? mengapa kamu meminta Shalawat Nabi sebagai mahar pernikahan kita? mengapa tidak meminta mahar yang mahal atau setidaknya yang berbentuk barang? mengapa harus Shalawat?" tanya Kei.

Senja memang hanya meminta Shalawat Nabi sepuluh kali dalam satu tarikan nafas sebagai mahar pernikahannya kemarin. Kei harus bisa mengucapkannya. Puncaknya ketika Ijab qobul Kei begitu gamblang dalam melafalkan Shalawat tersebut sepuluh kali dalam satu tarikan nafas.

"Seperti halnya Nabi Adam A.S yang juga melafalkan Shalawat sebagai mahar ketika menikahi Siti Hawa. Maka akupun ingin Suami aku melafalkan Shalawat atas Nabi sebagai mahar. Agar suamiku mendapatkan limpahan pahala dan juga keridhoan dari Allah, serta agar para malaikat ikut menyaksikan pernikahan kita, sehingga para malaikat menyampaikannya langsung pada Baginda Nabi, Mas. Bahwa ada seorang laki-laki yang melafalkan Shalawat atas-Nya sebagai mahar." Jawab Senja begitu lugas tanpa keraguan.

"Sayang! Masya Allah." Kei yang mendengar jawaban Senja, seketika itu pun dia menangis. Hatinya bergetar begitu haru. Ada kebanggaan tersendiri di setiap tutur kata Senja.

"Mas! mau mendengar kelebihan Shalawat Nabi?" tanya Senja sembari meraih tangan Kei dan menaruh di pangkuannya.

"Tentu sayang. Beri tahukan padaku yang haus akan ajaran agamanya." Pinta Kei, kali ini ia duduk bersimpuh di hadapan Senja. Tanpa ragu Kei merebahkan kepalanya di pangkuan Senja.

Senja membiarkannya. Bahkan kali ini, tangan Senja mulai mengelus lembut rambut gondrongnya Kei. Sesekali menariknya pelan seperti sedang menyisir rambut Kei dengan jarinya.

"Kelebihan Shalawat Nabi itu... Rosulullah berkat: Malaikat Jibril, Malaikat Mikail, Malaikat Israfil dan Malaikat Izrail A.s telah berkat padaku:

-Perkataan Malaikat jibril : "Wahai Rasulullah, barang siapa yang membaca shalawat atasmu tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali. Maka akan saya bimbing tangannya dan akan saya bawa dia melintasi titian seperti kilat menyambar."

-Perkataan Malaikat Mikail : "Bagi Mereka yang bersahalawat atas namamu, maka akan kuberi minum dari telaga Mu."

-Perkataan Malaikat Israfil : "Bagi Mereka yang bershalawat kepada mu, maka aku akan bersujud kepada Allah dan aku tidak akan mengangkat kepalaku, sehingga Allah SWT mengampuni dosa orang itu."

-Perkaraan Malaikat Izrail : "Bagi Mereka yang bershalawat ke atasmu, maka akan kucabut ruh mereka itu dengan selembut-lembutnya. Seperti aku mencabut ruhnya para Nabi."

(Sumber: kitab Sa'adah Ad Darain)

"Masya Allah." Kei betul-betul tergugu di atas pangkuan Senja. Bahagia, bangga. Istrinya masih memikirkan pahala akan dirinya walaupun untuk sebuah mahar.

Namun rasa bersalah menyergap Senja. "Mas, sekali lagi maafkan aku, karena menerima pernikahan ini dengan syarat."

Kei menghapus air matanya dengan cepat. Lalu ia mendongak menatap Senja.

"Sayang. Aku menikahi mu kembali, karena Allah dan murni untuk ibadah. Tidak melulu untuk menjinakkan Syahwatku. Tidak perlu khawatir dengan syarat yang kamu ajukan. Aku tidak akan mengubah apa yang seharusnya terjadi. Karena aku yakin, semua atas ketentuan Allah." Kei duduk di sebelah Senja.

"Aku sayang kamu. Aku mencintaimu, izinkan aku menikmati setiap proses perasaan kamu tumbuh ke aku dengan alami. Aku pun belum faham, mengapa dahulu kita menikah. Jika ternyata jangankan untuk hal lain, baru ku sentuh saja kamu tunggang langgang." Kei tersenyum lembut, menatap senja dengan sebelah tangannya menggenggam tangan Senja.

"Mas jangan marah. Jika Ibadah kita ini belum dapat sempurna."

"Tidak akan pernah. Aku faham akan hal itu. Terima kasih sudah mau menikah dengan ku." Ujar Kei. Senja tersenyum lebar, Kei menjawil dagu Senja.

"O yah, Mas maunya belanjar agama dengan siapa?"

"Jika malam, aku ingin belajar agama berdua dengan mu di kamar," bisik Kei. "Boleh?"

"Senja menarik nafasnya dalam. "Tentu, selama itu belajar Agama." Lalu ia memalingkan wajahnya karena malu.

"Tidak ada bonusnya, gitu? mungkin kamu mau nambahin bonus pahala. Walaupun hanya ikhlas memperlihatkan bagian pahamu?"

"Mas Kei." pekik Senja, Kei mengekeh geli.

Kei berdiri dengan lutut di hadapan Senja. Kei masih tertawa, Senja begitu lucu.

Kemudian Kei berhenti tertawa. Kali ini wajahnya serius, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Senja. Tujuan utamanya bibir Senja. Kali ini Senja diam, ia ingat akan perkataan Mamanya.

"jika Nak Kei sun. Tidak apa-apa terima saja, bagaimanapun dia suamimu. Takut di laknat malaikat, Sayang. Jika dalam hubungan intim belum dapat kalian lakukan karena sebuah syarat. Kamu kan tidak sedetil itu dalam memberikan syarat. Maka Mama rasa hanya tidur berpelukan tidak masalah, untuk saat ini belum terbiasa saja. Kalau sudah terbiasa pasti kamu akan mencari Nak Kei kalau tidur tidak di peluk." Ujar Mama Senja semalam.

"Tapi Mah, Kalau Mas Kei keseringan Sun. Nanti Senja hamil?" tanya polos Senja.

"Ya bagus dong! biar kami cepat gendong cucu."

"Aaaaa...Mamaaaa!"

"Ingat sayang, berarti Nak Kei tidak bersalah dalam hal Sun-Sun itu. Yang penting kamu cegah Nak Kei agar tidak bertindak terlalu jauh. Kalau kamu tidak mau hamil. Tapi... Mama sih berharapnya kamu mencabut syarat konyol mu itu."

"Belum boleh Mah."

Senja makin memejamkan matanya. Senja masih mengingat perkataan Mamanya. "Biarkan saja jika Nak Kei minta Sun, jangan kabur apalagi berontak. bagaimanapun, itu hak-nya."

Kei tersenyum melihat Senja memejamkan matanya. Ia menghentikan niatannya yang hendak Sun Senja, dia tidak tega. Akhirnya Kei mendaratkan ujung jarinya yang di gabung pada pipi Senja.

"Buka matamu! anak-anak didikmu, sudah menunggu di luar." Ujar Kei.

Senja terperanjat. Ia segera membuka matanya, "Yang tadi itu apa?"

"Sun! lalu apa?"

"Eh rasanya koq beda." ucap Senja polos. Senja mengelus pipinya.

Kei kembali tertawa. Senja betul-betul lucu dalam hal ini. "Kurang?"

"Eh, enggak! terima kasih, aku pergi ke madrasah, Mas. Assalamu'alaikum," Senja mengecup kilat tangan kanan Kei. Ia segera berlari dengan wajah bersemu merah. Senja segera menghampiri anak-anak yang sudah berkumpul hendak belajar mengaji.

Sore itu orang tua Kei pulang ke Jakarta. Kini tinggallah Kei yang sedang menikmati perasaan bahagianya berada dekat dengan sang Istri. Hari-hari berikutnya, Kei pun mulai menata hidup barunya, sebagai suami dan juga belajar Agama serta ikut membantu Ayah Senja dalam bisnis-bisnisnya sebelum kembali ke Jakarta merintis hidup yang sesungguhnya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Vera😘uziezi❤️💋

Vera😘uziezi❤️💋

17 bab nda... Cerita nya haru biru.. Klo dunia nyata belum tentu beneran ada... Vera baper di bab ini ndaaaaaa😭😭😭😭😭

2022-04-10

0

Vera😘uziezi❤️💋

Vera😘uziezi❤️💋

Nda bejibun itu bukan nya bahasa betawi ya... Atau bahasa Karawang 😁😁😁 bahasa nya asli banget gaul.... Suka banget nda.. 🙏🙏🙏

2022-04-10

0

deas96

deas96

gemeshhh

2022-03-28

1

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog.
2 2. Kita Sudah Menikah.
3 3. Kegalauan Kei.
4 4. Namanya Senja
5 5. Ujung Ombak Di Kaki Senja
6 6. Kerinduan Kei.
7 7. Pantai Yang Sama.
8 8. Tiga Rangkaian Menuju Halal.
9 9. Mimpimu Terlalu Tinggi.
10 10. Meraih Senja Kembali.
11 11. Kecelakaan.
12 12. Kepanikan Arka.
13 13. Menyisakan Sebuah Nama.
14 14. Sebuah Syarat.
15 15. Ijab Qobul.
16 16. Malam Pertama, Mas Kei nakal.
17 17. Shalawat Nabi Sebagai Mahar Pernikahan.
18 18. Trauma Masa Lalu.
19 19. Trauma membawa berkah.
20 20. Aku Cemburu.
21 21. Beban Rindu.
22 22. Kei Kembali.
23 23. Saya, Suaminya!
24 24. Tiba Di Jakarta.
25 25. Rhailla.
26 26. Symbol Huruf K.S
27 27. Aku baik-baik Saja.
28 28. Kantor Kei.
29 29. Ijinkan Aku kecewa.
30 30. Ma'afkan Aku.
31 31. Kesempatan untuk Arka.
32 32. Kepastian Hilal Untuk Halal,
33 33. Qyana.
34 34. Cinta Pertama Kei.
35 35. Robot Berotot.
36 36. Obat Terbaik.
37 37. Gombalan Willy.
38 38. Uuu...Cocwit.
39 39. Kei Terluka.
40 40. Bukan Kesalahan mu.
41 41. Sembuh dari Amnesia.
42 42. Amnesia Retrograde
43 43. Suapan jari tangan Senja.
44 44. Pelukan Kei.
45 45. Kei Kembali Ke Rumah.
46 46. Titian Rindu.
47 47. Tidak Asing Bagiku.
48 48. Malu-malu.
49 49. Serbuk Tertawa.
50 50. Senjata Makan Tuan.
51 51. Pertolongan Zio.
52 52. Dejavu pada Ombak.
53 53. Menyerah.
54 54. Pergi.
55 55. Aku merindukan mu!
56 56. Menikahlah denganku!
57 57. Aku Selalu Memaafkannya.
58 58. Hancur Sudah.
59 59. Pondok pesantren Al-Amin.
60 60. Rencana Hipnoterapi
61 61. Selamat berpisah.
62 62. Pantai Tempat Pertama Kali Bertemu
63 63. Akad Pernikahan.
64 64. Resepsi Pernikahan.
65 65. Senja Mual.
66 66. Hamil.
67 67. Ngidam.
68 68. Kontraksi.
69 69. Melahirkan.
70 70. Naushal Tsabit Zhafran Hibridzi.
Episodes

Updated 70 Episodes

1
1. Prolog.
2
2. Kita Sudah Menikah.
3
3. Kegalauan Kei.
4
4. Namanya Senja
5
5. Ujung Ombak Di Kaki Senja
6
6. Kerinduan Kei.
7
7. Pantai Yang Sama.
8
8. Tiga Rangkaian Menuju Halal.
9
9. Mimpimu Terlalu Tinggi.
10
10. Meraih Senja Kembali.
11
11. Kecelakaan.
12
12. Kepanikan Arka.
13
13. Menyisakan Sebuah Nama.
14
14. Sebuah Syarat.
15
15. Ijab Qobul.
16
16. Malam Pertama, Mas Kei nakal.
17
17. Shalawat Nabi Sebagai Mahar Pernikahan.
18
18. Trauma Masa Lalu.
19
19. Trauma membawa berkah.
20
20. Aku Cemburu.
21
21. Beban Rindu.
22
22. Kei Kembali.
23
23. Saya, Suaminya!
24
24. Tiba Di Jakarta.
25
25. Rhailla.
26
26. Symbol Huruf K.S
27
27. Aku baik-baik Saja.
28
28. Kantor Kei.
29
29. Ijinkan Aku kecewa.
30
30. Ma'afkan Aku.
31
31. Kesempatan untuk Arka.
32
32. Kepastian Hilal Untuk Halal,
33
33. Qyana.
34
34. Cinta Pertama Kei.
35
35. Robot Berotot.
36
36. Obat Terbaik.
37
37. Gombalan Willy.
38
38. Uuu...Cocwit.
39
39. Kei Terluka.
40
40. Bukan Kesalahan mu.
41
41. Sembuh dari Amnesia.
42
42. Amnesia Retrograde
43
43. Suapan jari tangan Senja.
44
44. Pelukan Kei.
45
45. Kei Kembali Ke Rumah.
46
46. Titian Rindu.
47
47. Tidak Asing Bagiku.
48
48. Malu-malu.
49
49. Serbuk Tertawa.
50
50. Senjata Makan Tuan.
51
51. Pertolongan Zio.
52
52. Dejavu pada Ombak.
53
53. Menyerah.
54
54. Pergi.
55
55. Aku merindukan mu!
56
56. Menikahlah denganku!
57
57. Aku Selalu Memaafkannya.
58
58. Hancur Sudah.
59
59. Pondok pesantren Al-Amin.
60
60. Rencana Hipnoterapi
61
61. Selamat berpisah.
62
62. Pantai Tempat Pertama Kali Bertemu
63
63. Akad Pernikahan.
64
64. Resepsi Pernikahan.
65
65. Senja Mual.
66
66. Hamil.
67
67. Ngidam.
68
68. Kontraksi.
69
69. Melahirkan.
70
70. Naushal Tsabit Zhafran Hibridzi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!