"Air mata dalam duka dan tidak berlebih, adalah sebuah ketegaran. Bersyukur di setiap keadaan adalah salah satu bukti dari keimanan."
..._Naurally Senja_...
...🍃🍃🥀🥀...
Tiga hari kemudikan,
"Astaghfirullah, koma Dok?" Kei dinyatakan koma pada akhirnya.
"Maaf Ibu, Bapak! Kami terpaksa menyampaikan kabar tidak mengenakan ini." Ujar dokter anestesi yang mendampingi Kei di ruang ICU.
"Astaghfirullah. Kei...?!" Ibunya Kei terduduk lemah. Ayah Kei segera memeluknya. Rasa bersalah pada sang putra kian mengganjal di hati Ayah Kei. Ia mengingat segala perselisihan dengan Kei, yang tidak sepenuhnya kesalahan dari Kei.
"Bisa, Kami membawa keluar putra kami dari rumah sakit ini dok? untuk dirawat di rumah sakit lain, di Jakarta. Atau mungkin ke luar negeri?" tanya Ayah Kei.
"Kami belum dapat memutuskan Pak! Mohon bersabar untuk pemantauan dua tiga hari kedepan, jika pendarahan di kepalanya sudah membaik. Mungkin kami dapat mengizinkan putra Bapak di pindah dari rumah sakit ini." Ujar dokter.
Susana hening. Namun tidak berapa lama terdengar kembali orang menangis. Orang tua Arka yang baru tiba pun, ikut syok mendengar bahwa Kei dinyatakan koma. Seseorang yang sudah seperti anak mereka. Terbaring lemah di atas berangkar rumah sakit. Ibunya Arka pun ikut menangis.
**
"Kei, sudah dua bulan Men, kapan lo sadar? gue kangen ngaspal bareng." Arka tergugu dalam tangisan.
"Bangun Men. Gue akan kawal elu menuju halal sama bidadari Senja itu." Ucap Arka.
Hampir setiap hari Arka menemani Kei. Ia akan mempersilakan Ibunya Kei untuk ber-istirahat di hotel tempat ia menginap.
Ayah Kei sibuk dengan pekerjaan. Ia hanya akan memantau Kei, dari ajudannya yang ditempatkan di rumah sakit tersebut. Namun, seminggu sekali ia akan berkunjung untuk melihat keadaan Putranya.
**
"Sudah hampir empat bulan Mih. Belum ada perkembangan berarti. Bagaimana kalau kita pindahkan Kei ke Singapura. Untuk di rawat di sana?"
"Pih, Mami tidak setega itu, untuk membawa Kei berjalan jauh. Toh Papi sendiri sudah mengirimkan tim Dokter terbaik. Bahkan dari Australia, ini bukan bagaimana, cara kita merawat Kei. Mungkin Doa kita yang kurang." Tolak halus Mami Kei.
"Astaghfirullah'aladzim. Sepertinya ini teguran untuk Papi. Allah begitu banyak memberikan keistimewaan kepada Papi. Anak yang Shaleh, anak yang baik dan berbakti sebetulnya. Namun Papi menyia-nyiakan itu. Papi lalai dalam beribadah."
"Bersujud-lah Pih. Rayulah Allah untuk meridhoi hidup Papi, agar sedekah Papi yang tidak sedikit itu di terima oleh Allah. Percuma Papi menyedekahkan harta Papi, hingga ratusan juta, bahkan mungkin miliaran. Jika Papi tidak barengi sedekah itu dengan sujud yang istiqamah." Ujar lembut Mami Kei dengan mengelus bahu suaminya yang biasanya gagah. Kini nampak rapuh.
"Heeemm. Bimbing Papi untuk kembali mendekati-Nya. Papi malu Mih. Berasa kehilangan wajah di hadapan Allah, atas Ke khilafah Papi selama ini."
"Pih. Bagus Papi memiliki malu terhadap Allah. Dan Allah maha pengampun. Maka insya Allah, selama ada niat tulus dari Papi untuk meraih-Ridho-Nya. Niscaya Allah akan mengampuni kekhilafan Papi." Tutur Ibunya Kei.
"Mari Shalat Pih. Kita bersujud sebagai bentuk syukur dan juga kewajiban serta bakti terhadap Allah."
"Mari Mih." Ayah Kei tersenyum lembut pada Istrinya. "Terima kasih." Bisiknya, sembari mengecup dalam kening sang Istri dengan uraian air mata.
Ayah dan Ibunya Kei beranjak untuk Shalat. Malam ini, mereka bertafakur memusatkan hati memohon ampunan kepada Allah dan juga kesembuhan bagi sang putra.
**
Lima hari kemudian,
Mami Kei hari ini yang menemani Kei. "Sayang, ini Mami. Papi tadi pagi ke sini, sekarang sedang melakukan perjalanan ke Semarang. Kamu sabar yah, Papi tetap sayang kamu koq."
Mami Kei tersenyum, ia mengusap kepala sang putra dengan lembut.
Mami Kei tertegun. Nampak Kelopak mata kei bergerak. Air mata menetes dari sudut matanya.
"kei!" panggil lirih sang Mami.
"Bangun Nak! Jangan ragu, ini Mami." Mami Kei berusaha terus memanggil Kei.
Merasa ada yang memanggil, Kei menggerakkan matanya. Lalu tangan, setelahnya, mata Kei terbuka secara perlahan.
Mami tersenyum dengan linangan air mata. Ia menyaksikan dengan seksama sang putra membuka mata.
"Se- Senja...!"
Ucapan pertama Kei dengan terbata.
Mami Kei mengerutkan keningnya. "Senja? Siapa?"
"Kei, ini Mami! Sayang." Panggil lirih Ibunya Kei.
Namun...
"Senja... Senja.... Senja, istriku!"
"Senja?? Istri?? Apa ini?"
Mami Kei yang menyadari adanya keanehan pada sang Putra. Ia bergegas memanggil dokter, tidak berapa lama Team dokter pun tiba. Mereka segera melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap Kei.
Satu jam kemudian....
"Ibu. Saya mohon untuk tabah. Putra Ibu, sepertinya mengalami Amnesia." Ucap dokter di ruangannya.
"Amnesia, dok?" Dokter mengangguk. "Astaghfirullah'aladzim." Untuk sesaat, Mami Kei merasakan dunianya runtuh.
"Ya Amnesia dan sepertinya hanya menyisakan sebuah Nama. Putra Ibu, hanya menyebutkan satu buah nama dari sejak ia siuman. kita akan menggalinya lebih jauh, siapakah orang ini?" Ujar dokter. Menyebabkan sesak pada dadanya Mami.
"Ya Allah. Ujian apa lagi ini?" Helaan nafas berat Ayah-nya Kei. Setelah Mami Kei menelpon. Memberikan Kabar bahwa Sang putra sudah siuman. Namun, ia kehilangan memorinya tentang mereka.
"Ini yang kami takutkan, Bu! Tidak ada patah tulang atau cedera apapun pada bagian tubuh lainnya. Hanya cedera di kepala yang terpantau parah." Ucap dokter beberapa jam lalu, dengan tatapan nanar.
"Apa, amnesia itu bisa disembuhkan, dok?" tanya Mami Kei.
"Dengan pengobatan atau penanganan yang tepat, setidaknya fungsi dari sel-sel syaraf otak tidak akan terganggu lebih jauh. ajak pasien bicara, mengenai masa lalu. Perkenalkan orang-orang terdekatnya, kebiasaannya. Bahkan mungkin menghadirkan seseorang spesial untuknya, itu bisa memicu untuk ia lebih cepat mengingat. Perlahan saja, tidak perlu buru-buru, karena kasus seperti ini, pada umumnya sering menimbulkan sakit kepala yang amat hebat bahkan menyebabkan tidak sadarkan diri, jika emosi meningkat tatkala mengingat sesuatu secara terpaksa dan hal berlebihan."
"Mohon bimbingannya dokter. Kami ingin putra kami kembali seperti dulu, mengingat Semuanya."
"Insya Allah. Harus banyak doa dan usaha, tergantung keajaiban dari Allah Bu, bisa sembuh dengan pengobatan, ada yang sembuh dengan sendirinya seiring waktu, ada yang sembuh karena cedera di kepalanya kembali. Dan ya, kedepannya hanyalah teka-teki Allah, yang akan mampu menjawabnya."
"Namun sebagai manusia, bersyukur adalah hal utama dalam keadaan apapun. Masih beruntung tidak adanya gumpalan darah di otak, karena jika hal itu terjadi, maka biasanya sulit mengobatinya. Bahkan dengan jalan operasi sekalipun tidak akan langsung dapat teratasi. Dampak buruk yang biasanya terjadi, Alzheimer dini." Ujar dokter kembali.
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
"Alhamdulillah ala kulli haal. (Segala puji Bagi Allah atas setiap keadaan)." HR : Ibnu Majah). Mami Kei geleng kepala.
"Di mana saya?" lirih Kei yang baru saja bangun dari tidur. Kini Kei sudah berada di ruang perawatan VVIP rumah sakit.
Suara kei, membawa Mami Kei, kembali dari lamunan.
Karena Kei mengamuk sebelumnya, ketika mengingat siapa dirinya dan tidak berhasil. Maka dari itu, dokter memberikan suntikan penenang.
"Nak, kamu di ruang perawatan." lirih Mami Kei.
"Maaf, Anda siapa?" Hancur sudah perasaan seorang Ibu yang tidak dikenali lagi oleh putranya. Putra semata wayangnya yang amat ia sayang.
"Ini Mami sayang, Ibu mu." Ucap halus Mami Kei dengan tersenyum. Walaupun dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ma-Mami? I-Ibb-bu?" Kei memiringkan kepalanya. Ia menatap Sang Mami bingung dan nampak dari tatapannya sedang menelisik lebih jauh.
"Senja... mana dia?"
"Senja, siapa, Sayang?"
"Istriku!"
***
Setelah dua minggu dirawat di rumah sakit, pasca koma. akhirnya Kei, diperbolehkan pulang. Namun setiap harinya, ia hanya melamun dan menyebut kata 'Senja'.
Dokter menyarankan agar Kei di bawa untuk, menemui seseorang yang bernama Senja itu.
Arka yang sudah berkali-kali ditanya Siapa itu senja. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Arka hanya mampu menjelaskan apa yang Kei, katakan sebelum kecelakaan. Bahkan kini sahabatnya itu tidak mengenalinya lagi.
Namun, seperti sebuah keajaiban. Beberapa hari lalu, Saat bangun tidur, untuk pertama kalinya. Kei memanggil Sang Mami dengan sebutan Mami secara sadar. Ternyata Kei betul-betul mengingat Maminya.
Sebuah tangisan bahagia pun pecah. Namun, Kei belum mengenali Papinya.
Flashback end
**
Hari ini, atas desakan Kei. Mereka sudah berada di sebuah desa. Tepatnya di rumah Senja.
Ya Kei terus-terusan menyebutkan nama Senja dan mendesak Maminya untuk menemui senja, 'Sang istri' menurutnya. Bahkan Kei pernah memperlihatkan foto Senja di dalam ponselnya yang kebetulan tidak hancur saat kecelakaan.
Bahkan Kei menunjukkan salah satu rekaman video yang menampilkan senja sedang melantunkan sebuah ayat suci Al-Qur'an di bibir pantai di belai angin laut dan sapa ombak. Hati Mami Kei ikut begitu bergetar tatkala Senja menyimak merdunya suara Senja.
"Maaf! Aku bukan Istri Saudara. Kita tidak pernah saling mengenal, tidak ada ikatan apapun! apalagi ikatan pernikahan. permisi!" tegas Senja sembari berlalu dengan menundukkan wajahnya takzim.
"Tunggu! Namamu Senja. Aku ingat itu! Aku pernah melamar dirimu di bawah indahnya bias lembayung senja. Aku menikahi mu di sebuah pantai, di iringi merdu debur ombak yang pada akhirnya berhenti tepat pada ujung kaki mu!" Kei bersikukuh pada pendirian yang menurut nya benar.
"Kei! Pulang-lah, Ingatan mu masih belum pulih Nak! jangan memaksakan apa yang belum Allah takdirkan." suara lembut Sang Mami.
"Tidak Mam! aku ingin tinggal bersama Istri ku." Tegas Keindra.
**
Dua jam sudah, Kei masih belum sadarkan diri. Orang tua Senja membawanya ke kamar untuk tamu. Senja sibuk meracik teh, untuk Kei minum saat sadar nanti.
Mami Kei masih berusaha menyadarkan Kei.
"Memang seperti ini Bu. Jika Kei berfikir keras akan berakhir dengan tidak sadarkan diri." Jelas Mami Kei.
"Ibu, jangan bosan untuk tetap tabah. Insya Allah, di balik musibah ini akan ada sebuah hikmah besar, untuk keluarga Ibu terutama Nak Kei." ucapan menenangkan dari Ibunya Senja.
"Terima kasih Bu. Insya Allah, saya akan terus tabah untuk keadaan ini dan demi putra saya."
"Permisi, ini tehnya." Senja masuk ke dalam kamar dengan teh hangat di dalam cangkir.
"Nak, duduk sebentar," pinta Mami Kei pada Senja.
"Baik Bu!" Senja pun manut, ia duduk di sisi tempat tidur, di sebelah Mami Kei.
"Mami, mohon! pertimbangkan kembali ajakan Kei untuk menikah. Saat ini Nak Senjalah harapannya. Mami dan Papi yang akan bertanggung jawab untuk hal apapun yang akan terjadi di kemudian hari,"
Mami Kei menggenggam kedua tangan Senja, dari sorot matanya dia amat memohon. Senja sendiri tidak tega menatap raut wajah tulus seorang Ibu yang memohon demi putranya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Dharsha Alfysya
nja... kalau kamu ga mau... aku ambil kei...
tapi...🤔 kei mau gak ya sama aku...😜
2022-02-06
0
Umine LulubagirAwi
lnjut.
critnya beda dri yg lain. aku suka. 💕
2022-01-31
1
Sutar Sutar
Oooh gitu alur ceritanya ,jelas sudah akhirnya benang itu terurai sebuah kisah antara kei dan senja,, bagus kaka ceritanya tp masih penasaran sampe dimana kei memperjuangkan senja secara dia amnesia,, gak terlalu dekat dengan senja sekedar kenal saja,, lanjut baca aja deh makin penasaran kalau komen terus 😀😀😀
2022-01-29
4