8. Tiga Rangkaian Menuju Halal.

"Senja....," gumam Kei. 

"Maaf Mas, saya terlambat mengembalikan uang untuk membeli obat-obatan tempo hari!" Senja menyodorkan uang seratus ribu rupiah.

kei, tidak melakukan pergerakan apapun. Ia masih melongo karena terkesima. Senja, yang ia dambakan siang dan malam ada di hadapannya. Bicara tanpa jeda.

"Dua hari lalu, saya ke sini. Akan tetapi Mas-nya tidak ada di sini. Mau di titip pun, saya tidak tahu harus titip ke siapa." Lanjut Senja kembali. Kei masih saja terkesima menatap Senja yang sedang bicara. Sungguh idaman hati Kei.

"Mas!"

"Hai!"

"Ah... I-ia!"

"Aduuuh. Ada apa sih lo Kei? mengapa jadi gagap begini. Huufff," batin Kei. Lalu ia menarik nafasnya pelan.

"Ooo... Kan, sudah saya bilang, tidak perlu di kembalikan. Itu untuk mu." Tolak Kei dengan halus. Senyuman tidak lepas dari bibir nya.

"Tapi, Mas....,"

"Ok! Jika kamu maksa." Ujar Kei.

"Alhamdulillah." Senja menghela nafas lega. "Ini Mas uang nya, tolong di terima." Ujar Senja kembali, dengan uang yang masih menjulur ke arah wajah Kei.

"Siapa yang bilang, saya menerima uang itu?" tanya Kei, dengan memicingkan matanya.

"Maksud, Mas?" Senja tidak mengerti. Sebetulnya, Senja hanya ingin mengembalikan uang itu dan secepatnya pergi dari sana. 

Namun jika Kei bersikap demikian, maka sepertinya, Senja harus bersiap-siap di manfaatkan laki-laki tersebut.

"Saya ingin uang itu di tukar dengan kamu." Ucap Kei santai.

"Astaghfirullah'aladzim." Terdengar ucapan  istighfar secara bersamaan dari tiga orang yang ada di hadapan Kei.

"Mas, Istighfar," tegur senja, walaupun dengan suara halus. Namun, terdengar tegas.

"Loh untuk apa, saya istighfar?" tanya Kei polos.

"AllahuAkbar!" Untuk permintaan Mas, itu tidak pantas di ucapkan apalagi di lakukan." Tandas Senja.

"Permintaan?" gumam Kei.

Kei nampak berpikir. Ia sedang mencari letak kesalahannya, sehingga gadis imut di depannya, meminta untuk  melafalkan Istighfar.

"Oouuhh. Mffff," kei menutup mulutnya untuk menahan tawa. Ia tersenyum smirk ke arah Senja pada akhirnya. "Astaghfirullah."

"Maaf ya. Saya Khilaf. Maksud saya, ingin agar kamu mengobrol dengan saya sebantar, gimana? Apa itu tidak pantas di lakukan, bahkan sekedar di ucapkan?" tanya Kei kemudian. Membuat Senja tersenyum malu, karena telah salah dalam menelaah kata-kata Kei.

"Hemm__," Senja menghela nafas nya pelan. "Jika saya tidak mau, bagaimana?" tanya Senja kemudian.

"Maka, saya akan menunggu hingga kamu mau bicara dengan saya." Tegas Kei.

"Kalau begitu, silakan Mas menunggu. Saya permisi, Assalamua'laikum." Senja berbalik badan dan mulai berjalan meninggalkan Kei.

"Wa'alaikum Salam."  jawab Kei, "Heh, perempuan istimewa." Gumam Kei dengan tersenyum. Lalu ia berdiri dan mengejar Senja. Kei membarengi langkah ketiga perempuan berhijab tersebut tanpa bicara.

Senja dan kedua temannya. Sedikit malambat. Kei mengerutkan dahi, tatkala ia menjadi berjalan seorang diri di depan, bak pemimpin mereka.

Kei berhenti, kemudian ia berbalik menghadap Senja dan juga dua orang temannya.

"Aku tahu, di dalam Agama kalian. kita tidak akan dapat bicara secara berdampingan, jika bukan mahram. Namun, setahu ku, kita bisa bicara saat berjalan beriringan. Dengan Syarat, laki-laki berjalan terlebih dahulu." Perkataan Kei menohok Senja. 

Senja merasa kagum oleh perkataan Kei. Bahwa penampilan bisa dapat menipu mata. Namun, tidak dengan perangai. Celana jeans yang robek di sana sini. Kaus bergambar tengkorak. Rambut yang gondrong. Gelang berbagai variasi, cincin berlogo menyeramkan. Itulah tampilan Kei saat ini. Namun Senja masih bersyukur. Ia tidak melihat ada anting ataupun tindikan di telinga pria tersebut.

"Saya rasa mengobrol sambil berjalan, bukan hal buruk! Manfaatkanlah waktu kalian, agar perjalanan tidak berlalu begitu saja."  Ucap Kei. Lalu ia bicara kembali.

"O yah! Nama kamu Senja Kan?" Kei kembali berjalan di depan Senja dan dua temannya. Senja Diam. Namun ia mengikuti langkah Kei, dengan jarak satu meter di belakang Kei.

Diam-nya Senja, Kei anggap sebagai jawaban. "Boleh Aku bertanya?" tanya Kei kemudian. Ia mengeluarkan beberapa bungkus permen dari saku celananya.

"Boleh. Namun, Saya berhak tidak menjawab. Jika pertanyaan Mas, tidak mampu saya jawab." Ucap Senja.

"Ambillah. Rasanya... seperti hidup ku." Ujar Kei, ia meletakkan beberapa bungkus permen di batang pohon kelapa melengkung rendah, yang mereka lewati, tanpa menoleh.

Sungguh. Senja merasa penasaran dengan apa yang Kei katakan. Lalu ia mengambil permen tersebut dan memakannya. Begitupun dengan kedua temannya.

"Fuuih. Iiiih pahit."

"Iya. Koq pahit, Mas?"

Tanya kedua teman Senja. Mereka membuang permen yang terasa pahit pada beberapa hisapan tersebut. Entah permen apa, karena itu tidak ada di pasaran.

Kei mengekeh. Lalu ia berhenti melangkah. Kei berdiri mematung tanpa membalikkan badan ataupun menoleh. Ia menunggu reaksi Senja, setelah memakan Permen tersebut.

"Mmmm, awalnya pahit. Lalu sedikit asin. Setelah nya, agak asam dan saat ini terasa manis serta harum." Senja seakan Faham jika Kei sedang menantikan jawabannya.

"Orang yang menyesap-nya dengan insting, maka akan berbeda rasa jika ia menyesap nya dengan perasaan." Ucap Kei. Lagi-lagi Senja di buat kagum dengan orang ini.

"Ok! pertanyaan saya. Bagaimana laki-laki muslim jika hendak berdekatan atau dapat berdampingan dengan kalian?" tanya Kei dengan melanjutkan langkahnya.

Senja dan dua temannya saling menatap. "Menikah! Kami dapat berdampingan, berdekatan, bahkan lebih dari itu, jika sudah dalam ikatan halal." Jawab Senja tanpa keraguan.

"Lalu, bagaimana cara mengenal yang baik, dalam Agama mu?" tanya Kei kembali.

"Maaf! memangnya, Agama Mas ini, apa?" tanya Senja dengan polosnya.

"ISLAM!" Tegas Kei. 

"Lalu mengapa dari cara bicara Mas ini___" 

"Kei! namaku Kei. Aku terlahir sebagai seorang Muslim."

 

kei memotong ucapan Senja dan menegaskan namanya sendiri. Lalu mengesahkan Agamanya.

"Eumm. Baik, Mas Kei! maaf maksudnya. Mengapa Mas kei, seolah-olah bukan seorang muslim?" Senja di balut rasa penasaran, walaupun tak enak hati sebetulnya, karena menanyakan hal yang bersifat pribai.

"Islam ku hanya di KTP. Aku bukan Islam yang ta'at. Maka dari itu, aku takut Islam akan malu mengakui ku sebagai umatnya." Jawab Kei dengan tanpa jeda ataupun keraguan.

"Kalau begitu, buatlah Islam bangga mengakui Mas Kei sebagai Umatnya." Saran Senja tanpa keraguan pula.

"Kamu mau membantu ku?" tanya Kei kembali.

"Jika ku mampu!" Senja tidak dapat menolak permintaan Kei. Entahlah mengapa Senja merasa kagum dan merasa tertantang untuk lebih menggali sisi laki-laki yang tampilannya terlihat seperti preman tersebut.

"Kalau begitu, Ku yakin kamu mampu! Baik, bagaimana cara laki-laki muslim mendapatkan seorang wanita idamannya?" tanya Kei kembali. 

"Ta'aruf!" 

Jawab teman Senja secara spontan. Bahkan ia menutup mulutnya kemudian.

"Apa itu ta'aruf?" Kei makin gencar bertanya. 

"Ta'aruf itu berkenalan. Pihak laki-laki dan perempuan saling mengenal terlebih dahulu sebelum melangkah ke jenjang berikutnya," jawab Senja dengan penjelasan.

"Jenjang berikutnya? Bisa tolong di perjelas?" Kei berhenti melangkahkan kakinya. Ia berdiri tegak. Senja tahu, Kei sedang menunggu jawaban darinya.

"Jenjang berikutnya adalah Khtibah, atau bahasa umum nya adalah pinangan. Setelah nya tentu saja Ijab Qobul pernikahan. Itulah Mas tiga rangkaian utama menuju halal." Senja sudah tidak dapat berpikir jernih untuk menahan perkataannya. Makin Kei bertanya, makin Senja, ingin Kei tahu lebih jauh.

"Ok, kalau begitu.... terima kasih atas sore ini, aku akan bersiap untuk melakukan tiga rangkaian yang kamu sebutkan, Senja!" 

"Terima kasih kembali Mas. Silakan, semoga jalan Mas untuk melakukan tiga rangkaian menuju halal, di mudahkan oleh Allah." Ucap Senja, entah mengapa, ketika mengucapkan Kalimat tadi ada rasa kecewa menghantam perasaannya.

"Aamiin."  Balas Kei.

Kei mengangguk. Senja dan dua  orang temannya, masih berdiri tidak jauh dari Kei memarkir motor. Dan kini Kei sedang menaiki motornya. 

Senja pun  segera berbalik badan, ia juga hendak pulang ke Ponpes. Ketika suara Kei menahan langkahnya.

"Senja! jangan bosan berdiri di pantai, karena aku suka melihat ombak menyentuh kaki mu. Itu indah!" Teriak Kei. Sanja menoleh dan hanya tersenyum.

"Sampaikan pada orang tua mu. Aku akan datang dengan tiga rangkaian ke rumah mu." ucap Kei kembali dengan suara lantang.

"Assalamu'alaikum," Final Kei.

"Mak__,"

Senja menghentikan langkahnya. Ia segera berbalik, namun Kei sudah melajukan motornya dengan kecepatan lumayan tinggi.

"wa'alaikumussalam." Jawab tiga orang itu pada akhirnya.

"Apa, maksudnya?" bisik Senja kembali kepada dirinya kemudian.

Bersambung .....

Terpopuler

Comments

Dharsha Alfysya

Dharsha Alfysya

kei....😍😍😍😍😍😍😍

2022-02-06

0

Anies

Anies

masya allah key.... gentle banget sih ya ampun... 😘

2021-10-03

1

Chichi's Ningsih

Chichi's Ningsih

Aaaacchhhkkkk....mas kei ..aku lapeerr ..eh ...bapeeerrr ....😙😙😙

2021-09-30

1

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog.
2 2. Kita Sudah Menikah.
3 3. Kegalauan Kei.
4 4. Namanya Senja
5 5. Ujung Ombak Di Kaki Senja
6 6. Kerinduan Kei.
7 7. Pantai Yang Sama.
8 8. Tiga Rangkaian Menuju Halal.
9 9. Mimpimu Terlalu Tinggi.
10 10. Meraih Senja Kembali.
11 11. Kecelakaan.
12 12. Kepanikan Arka.
13 13. Menyisakan Sebuah Nama.
14 14. Sebuah Syarat.
15 15. Ijab Qobul.
16 16. Malam Pertama, Mas Kei nakal.
17 17. Shalawat Nabi Sebagai Mahar Pernikahan.
18 18. Trauma Masa Lalu.
19 19. Trauma membawa berkah.
20 20. Aku Cemburu.
21 21. Beban Rindu.
22 22. Kei Kembali.
23 23. Saya, Suaminya!
24 24. Tiba Di Jakarta.
25 25. Rhailla.
26 26. Symbol Huruf K.S
27 27. Aku baik-baik Saja.
28 28. Kantor Kei.
29 29. Ijinkan Aku kecewa.
30 30. Ma'afkan Aku.
31 31. Kesempatan untuk Arka.
32 32. Kepastian Hilal Untuk Halal,
33 33. Qyana.
34 34. Cinta Pertama Kei.
35 35. Robot Berotot.
36 36. Obat Terbaik.
37 37. Gombalan Willy.
38 38. Uuu...Cocwit.
39 39. Kei Terluka.
40 40. Bukan Kesalahan mu.
41 41. Sembuh dari Amnesia.
42 42. Amnesia Retrograde
43 43. Suapan jari tangan Senja.
44 44. Pelukan Kei.
45 45. Kei Kembali Ke Rumah.
46 46. Titian Rindu.
47 47. Tidak Asing Bagiku.
48 48. Malu-malu.
49 49. Serbuk Tertawa.
50 50. Senjata Makan Tuan.
51 51. Pertolongan Zio.
52 52. Dejavu pada Ombak.
53 53. Menyerah.
54 54. Pergi.
55 55. Aku merindukan mu!
56 56. Menikahlah denganku!
57 57. Aku Selalu Memaafkannya.
58 58. Hancur Sudah.
59 59. Pondok pesantren Al-Amin.
60 60. Rencana Hipnoterapi
61 61. Selamat berpisah.
62 62. Pantai Tempat Pertama Kali Bertemu
63 63. Akad Pernikahan.
64 64. Resepsi Pernikahan.
65 65. Senja Mual.
66 66. Hamil.
67 67. Ngidam.
68 68. Kontraksi.
69 69. Melahirkan.
70 70. Naushal Tsabit Zhafran Hibridzi.
Episodes

Updated 70 Episodes

1
1. Prolog.
2
2. Kita Sudah Menikah.
3
3. Kegalauan Kei.
4
4. Namanya Senja
5
5. Ujung Ombak Di Kaki Senja
6
6. Kerinduan Kei.
7
7. Pantai Yang Sama.
8
8. Tiga Rangkaian Menuju Halal.
9
9. Mimpimu Terlalu Tinggi.
10
10. Meraih Senja Kembali.
11
11. Kecelakaan.
12
12. Kepanikan Arka.
13
13. Menyisakan Sebuah Nama.
14
14. Sebuah Syarat.
15
15. Ijab Qobul.
16
16. Malam Pertama, Mas Kei nakal.
17
17. Shalawat Nabi Sebagai Mahar Pernikahan.
18
18. Trauma Masa Lalu.
19
19. Trauma membawa berkah.
20
20. Aku Cemburu.
21
21. Beban Rindu.
22
22. Kei Kembali.
23
23. Saya, Suaminya!
24
24. Tiba Di Jakarta.
25
25. Rhailla.
26
26. Symbol Huruf K.S
27
27. Aku baik-baik Saja.
28
28. Kantor Kei.
29
29. Ijinkan Aku kecewa.
30
30. Ma'afkan Aku.
31
31. Kesempatan untuk Arka.
32
32. Kepastian Hilal Untuk Halal,
33
33. Qyana.
34
34. Cinta Pertama Kei.
35
35. Robot Berotot.
36
36. Obat Terbaik.
37
37. Gombalan Willy.
38
38. Uuu...Cocwit.
39
39. Kei Terluka.
40
40. Bukan Kesalahan mu.
41
41. Sembuh dari Amnesia.
42
42. Amnesia Retrograde
43
43. Suapan jari tangan Senja.
44
44. Pelukan Kei.
45
45. Kei Kembali Ke Rumah.
46
46. Titian Rindu.
47
47. Tidak Asing Bagiku.
48
48. Malu-malu.
49
49. Serbuk Tertawa.
50
50. Senjata Makan Tuan.
51
51. Pertolongan Zio.
52
52. Dejavu pada Ombak.
53
53. Menyerah.
54
54. Pergi.
55
55. Aku merindukan mu!
56
56. Menikahlah denganku!
57
57. Aku Selalu Memaafkannya.
58
58. Hancur Sudah.
59
59. Pondok pesantren Al-Amin.
60
60. Rencana Hipnoterapi
61
61. Selamat berpisah.
62
62. Pantai Tempat Pertama Kali Bertemu
63
63. Akad Pernikahan.
64
64. Resepsi Pernikahan.
65
65. Senja Mual.
66
66. Hamil.
67
67. Ngidam.
68
68. Kontraksi.
69
69. Melahirkan.
70
70. Naushal Tsabit Zhafran Hibridzi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!