..."Mencintai seseorang memberikan kekuatan, Sedangkan di cintai seseorang menghadirkan keberanian. Menolak kehadiran jodoh, itu sama dengan menampik anugerah-Nya."...
..._Naurally Senja_...
...🍃🍃🥀🥀...
"Syarat? Katakanlah Sayang! namun, mengapa harus ada Syarat tertentu segala. Ini kan pernikahan formalitas saja, bukankah kita memang sudah pernah menikah sebelumnya!" Ujar Kei, ia tetap merasa pernah menikahi Senja.
Tidak ada yang berani membantah kata-kata Kei, atau ia akan kembali emosi dan berakhir dengan tidak sadarkan diri.
"Ia, Mas! maka dari itu, karena ini hanyalah pernikahan formalitas. Senja ingin sebuah syarat, agar di saat ingatan Mas Kei kembali, maka tidak ada yang merasa di rugikan. Maaf Mas, Ibu! Senja mohon jangan marah ataupun tersinggung dengan syarat yang akan Senja ajukan." Tutur halus Senja, berbicara dengan lancar, bak sedang memetakan naskah pidato yang telah tersusun rapi.
"Silakan ajukan Syarat yang kamu maksud," ucap Kei.
Senja nampak diam. Ia sedang menetralkan perasaannya. Benarkah Syarat ini pantas ia ajukan? namun, dari hasil ia berdoa, puasa dan juga Shalat, Seja mendapatkan petunjuk, mantap menikah dengan Kei, akan tetapi dengan sebuah syarat.
Maka tekadnya sudah bulat. Pernikahan ini memang akan berlangsung namun, dengan Syarat tertentu, menghindari adanya sesuatu hal yang akan merugikannya di kemudian hari. Ia menikah dengan Kei lantaran rasa kemanusiaan, bukan atas dasar keinginan Senja.
Walaupun pernikahan yang akan Senja jalani, adalah pernikahan yang hanya Senja inginkan, satu kali dalam hidupnya.
Mereka pun akan menikah di atas sebuah dilema bagi Senja. Walaupun Kei baik, lembut dan yang terpenting Kei Amat mencintai Senja. Tetap Saja, Senja tidak mau mencurangi janji suci pernikahan dengan memanfaatkan kebaikan Kei dan Orang tuanya. Untuk saat ini, Senja hanya ingin mengikuti Alur takdir dari Allah.
Saat ini Kei memang mengingat Senja, mencintai Senja. Namun, jangan lupa, Kei sedang tidak mengenali jati dirinya. Tidak menutup kemungkinan suatu hari, ketika Kei sembuh dari Amnesia, bisa saja Kei tidak mengenalinya.
"Katakan saja, Neng!" desak Ayah Senja.
Senja menelan ludahnya kelu. "Setelah Senja menjadi Istri Mas Kei, maka... mohon maaf sebelumnya, mungkin Syarat ini akan mengecewakan Mas Kei dan juga Ibu." Ujar Senja.
"Pernikahan yang akan kami laksanakan, bagaimanapun adalah ikatan suci dan sakral, maka Senja tidak mau memainkan pernikahan ini. Oleh sebab itu, sebelum Mas Kei sembuh dari Amnesia. Maka, Senja... Senja...," Senja menghela nafas berat.
"Neng! tenangkan dirimu." Bibi Senja faham jika Senja sedang di landa gugup.
"Ia Bi!" jawab Senja. Lalu dia menguatkan diri dan berkata kembali "Syaratnya, Selama Mas Kei belum kembali mengenali dirinya. Maka, Senja tidak ingin melakukan... tepatnya mohon kesediaan Mas Kei untuk menunda hubungan intim Suami-Istri. Maaf!"
Tercetus sudah Syarat tersebut, dengan suara bergetar dan mata yang berkaca-kaca. Lega, merasa bersalah, tidak enak hati, entahlah! perasaan itu bercampur menjadi satu, setelah akhir kalimatnya, Senja langsung menunduk dan diam.
"Apa maksud mu, Sayang?" nampak Kei bertanya dengan mata yang berkaca-kaca pula. Kei tidak marah, dia merasa iba dengan Senja yang juga nampak hendak menangis. Anggota keluarga lainnya merasa terkejut dengan syarat tersebut. Namun, itu keputusan Senja. Mereka harus menghargainya.
"Ma'afkan Senja, Mas! mohon Mas Kei mau mengerti, Senja akan menjadi istri Mas Kei dari berbagai aspek. Namun, untuk yang satu itu, Senja tidak mau melakukannya dengan jiwa Mas Kei yang lain. Kalaupun harus terjadi, Senja akan menjadi Istri Mas Kei seutuhnya, ketika Mas sudah mengingat kembali siapa diri Mas yang sesungguhnya. Mas Kei yang ku kenal ketika di pantai waktu itu." Tutur Senja.
Mami Kei menggenggam tangan Kei. Mami Kei faham akan Senja. Jika ia di posisi Senja, mungkin akan melakukan hal yang sama. Bahkan mungkin akan meminta syarat lain untuk melindungi dirinya.
"Nak! fikirkanlah kembali, kamu jangan merasa kecewa dengan syarat tersebut. Kamu tidak boleh egois dan memikirkan diri sendiri. Kamu harus menghargai keputusan calon istri mu." Ujar lembut Sang Mami, menenangkan sekaligus menguatkan Kei.
Lalu Mami Kei menatap Senja dengan tersenyum tenang. "Bagi Mami, Syarat apapun kamu berhak mengajukannya. Mami faham akan kegelisahan kamu Nak!" ucapan lembut Mami Kei.
"Ma'afkan Senja Bu!"
"Sudah! jangan merasa bersalah, tindakan kamu dengan pengajuan Syarat tersebut sudah benar. Bagi Mami itu wajar." Mami Kei lagi-lagi bersikap legowo.
Orang tua Senja tidak bisa menggangu gugat keputusan Putrinya. Mereka pun harus menghargai Syarat yang Senja ajukan.
"Selian hal itu, setelah halal nanti, Senja adalah istri Mas Kei, kami tidak akan ada batasan apapun, bahkan kami tidak akan tidur terpisah. Senja akan berbakti kepada suami." Tandas Senja.
"Aku, menyetujui syarat tersebut. Toh menikah itu bukan hanya untuk melakukan hal satu itu. Namun bagiku, adanya kamu di sisiku itu sudah cukup." ucap Kei.
Senja memejamkan matanya sejenak, ia merasa lega plus merasa bersalah, Kei begitu tenang dalam menanggapi syarat yang ia ajukan. Bahkan ia menerima syarat tersebut dengan tatap keikhlasan.
"Alhamdulillah." ucap serempak keluarga Senja dan juga Mami Kei.
"Terima kasih, Mas!"
"Sama-sama."
"Satu lagi, Senja ingin menikah dengan sederhana Saja." Pinta Senja.
"Apapun yang kamu inginkan, Sayang." ucap lembut Kei. "Namun, kita akan menikah besok. Aku tidak mau ada penolakan!" tegas Kei kemudian, membuat Senja merinding. Apakah itu sikap asli Kei?
***
Keesokan siang.
Keadaan kampung Senja di hebohkan dengan mendaratnya sebuah helikopter. Di lapangan sepakbola yang tidak jauh dari rumah Senja.
Helikopter tersebut adalah yang membawa Papinya Kei, semalam setelah menerima telepon dari Mami Kei, bahwa Senja menerima pinangan Kei dan ia bersedia menikah walaupun dengan sebuah syarat.
Siang ini, Papi Kei berangkat dari Surabaya dengan menaiki helikopter agar dapat menyaksikan putranya melafalkan Ijab qobul. Sebelumnya Willy telah meminta Izin kepada pemerintah setempat untuk mengizinkan mendaratkan Helikopter.
"Papi!" Kei menyambut sang Papi di tepi landasan.
"Kei!" Papi memeluk sang Putra dengan hangat.
"O yah. Ini Pak Qumar, Ayahnya Senja, Pih." Kei memperkenalkan Papi pada Ayah Senja.
"Assalamu'alaikum, Besan!" Papi Kei menyapa Ayah Senja dengan salam lalu saling berjabat tangan dan berangkulan.
"Wa'alaikum salam," jawab Pak Qumar, Ia merasa terharu. Papi Kei ternyata ramah.
Kei memperkenalkan pula beberapa Paman Senja, Selanjutnya mereka menuju ke kediaman Pak Qumar dan keluarga.
Papi Kei di sambut pelukan hangat dari sang Istri. Setelahnya Mama Senja mempersilakan masuk.
Papi Kei dan para asistennya, langsung di jamu makan siang, Senja dan Kei akan menikah nanti sore ba'da Ashar.
"Wah! sungguh daerah yang sejuk. Walaupun siang begini, akan tetapi cuacanya tidak terasa panas." Ujar Papi Kei, setelah makan siang. Papi Kei memilih mengajak calon Besannya bercengkrama di teras samping dekat kolam ikan buatan.
"Ya begitulah Pak! maklum daerah pegunungan." jawab Pak Qumar dengan menyeruput kopinya.
"Saya dengar. Anak Bapak dua orang?" tanya Papi.
"Alhamdulillah Pak! Saya di karuniai satu pasang, Putra dan Putri." jawab Pak Qumar.
"Lalu... di mana Putra Bapak?" Papi Kei merasa penasaran.
"Ia tinggal bersama Istrinya, Pak!" jawab Pak Qumar.
"Di dekat sini juga?"
"Tidak! Ia tinggal di Kudus, tepatanya di sebuah pondok pesantren. Kebetulan Putra saya di beri kepercayaan untuk menjadi pemimpin pondok pesantren tersebut. Setelah Ayah mertuanya, Yaitu Kyai pemilik pesantren tersebut, Pupus satu tahun yang lalu."
"Masya Allah, Putranya hebat, Pak!" Puji Papi Kei dengan tersenyum bangga.
"Qadarullah, Pak!" senyum lembut Ayah Senja mendominasi.
Akhirnya mereka melanjutkan obrolan dengan berbagai topik. Di dalam rumah Senja, malah sedang sibuk, menyiapkan segala perintilan untuk acara pernikahan nanti sore. Senja dan Kei tidak diizinkan keluar kamar. Hitung- hitung di pingit.
**
Ba'da Ashar pun tiba.
Kei nampak sudah siap dengan stelan pengantin Pria. Semua rapi di tangan orang-orang Papi Kei. Termasuk seserahan untuk Senja dan juga mahar.
Acara pernikahan tersebut di hadiri keluarga dan tetangga dekat saja. Sesuai permintaan Senja, Pernikahan tersebut berlangsung secara sederhana.
"Sudah siap ya?" tanya Pak penghulu.
"Insya Allah, siap!" jawab Kei.
"Silakan Mempelai Perempuan, Untuk Khatam Al-Qur'an terlebih dahulu." Ujar sang penghulu.
Tradisi adat Sunda yang kental, salah satunya calon pengantin mengkhatamkan Al-Qur'annya. Yaitu membaca dua puluh dua Ayat terakhir Al-Qur'an.
Kali ini Senja sudah siap-siap untuk Khatam Al-Qur'an. Di dampingi Ustadz dan Ustadzah, pemuka Agama di kampungnya Senja.
Sebelumnya seorang Ustadz memimpin doa terlebih dahulu. Doa untuk Khatam Al-Qur'an.
"Apabila dikhatamkan Al-Qur’an, maka turunlah rahmat Allah," (HR. at-Thabrani dan Ibnu Abi Syaibah).
"Apabila seorang hamba telah mengkhatamkan Al-Qur'an, maka akan hadir 60.000 malaikat yang membacakan istighfar untuknya saat khatam Al-Qur'an tersebut"(HR. ad-Dailamy).
Di setiap Pergantian surah, maka membaca,
Lailahaillah huallahuakabar
Artinya: "Tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar dan segala puji bagi-Nya".
Senja sudah mulai membaca Alqur'an dengan merdunya, di mulai dari:
-Ad-Duha (Waktu Duha)
-Surah Al-Insyirah (Melapangkan)
-Surah At-Tin (Buah Tin)
-Surah Al-'Alaq (Segumpal Darah)
-Surah Al-Qadr (Kemuliaan)
-Surah Al-Bayyinah (Pembuktian)
dan seterusnya hingga bacaan surah terakhir yaitu
surah An-Nas (Umat Manusia)
Setelah Selesai, maka membaca Surah Al-fatihah, Al-Baqarah 1-5 dan tahlil umum, lalu doa khatam Quran.
Rangkaian Khatam Qur'an pun selesai, di lanjut dengan pelafalan Ijab qobul dari Kei.
"Saya terima Nikah dan kawinnya, Naurally Senja Hafidzah, Binti Bapak Qumar Ali dengan Mas kawin tersebut di atas, tunai."
Kei melafalkan qobul tersebut dengan satu kali tarikan nafas. Maka terlontarlah kata Sah dari para saksi dan juga penghulu.
Alhamdulillah, akhirnya keinginan Kei untuk menikah dengan Senja dari awal bertemu, menjadi kenyataan pada akhirnya. Walaupun keadaannya sedang tidak mengenali dirinya.
Acara pernikahan di lanjut dengan doa dan juga jamuan. Anggota keluarga dan juga para tetangga kini bersuka cita larut dalam jamuan dan juga obrolan.
"Mau makan?"
deg!
Senja terkejut, ketika tiba-tiba Kei duduk di sampingnya dan menawarkan makan.
"Nanti saja."
"Nanti, bagaimana? kamu belum makan dari sejak pagi." Protes Kei.
"Sebentar lagi Maghrib, aku kan memang sedang puasa, Mas."
"Baiklah. Mau Istirahat di kamar? nanti Adzan Maghrib aku bawakan makanan." Senja terharu, Kei begitu lembut dan perhatian.
Kali ini Senja tidak menolak. Ia mengangguk dengan tersenyum. Kei menyodorkan telapak tangannya. Senja ragu, namun pada akhirnya Senja memberanikan diri menggenggam tangan Kei dengan tangan yang tiba-tiba berkeringat karena nervous.
Kei berpamitan pada Orang tua dan mertuanya, Sebetulnya Senja amat malu, masih siang harus masuk kamar berdua Kei.
"Istirahatlah. Mau ganti pakaian?" lagi-lagi perhatian Kei membuat Senja menelan ludah, tenggorokannya terasa amat kering.
"Nanti saja, Mas!"
Kei tersenyum. Tanpa di sangka, Kei mendaratkan telapak tangannya di ubun-ubun Senja.
"Izinkan aku brdoa. Tadi aku malu," Ujar Kei.
Senja mengangguk. Kini Senja mengerti, mengapa Kei mengajaknya masuk ke kamar. Ia ingin berdoa untuk pernikahan mereka. Ini pula yang membuat Senja tercengang. Kei mampu melafalkan doa tersebut.
"Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."
Artinya: ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.
Senja mengecup tangan kanan Kei. Kei menatap Senja, mereka sama-sama tersenyum. Namun sejurus kemudian Senja menundukan wajah karena malu.
Kei mengulum senyum menyaksikan sang Istri malu-malu, kemudian ia mendaratkan kecupan hangat di kening Senja.
"Astaghfirullah," bisik Senja, dia terkejut dengan apa yang Kei lakukan.
"kamu Istirahat ya sayang, Aku keluar," pamit Kei, Senja mengiyakan.
Setelah Kei keluar dari kamar, Senja dapat bernafas lebih leluasa. Adanya Kei di hadapan, Senja mengalami gugup berlebihan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
deas96
Alhamdulillah sukses
2022-03-28
1
Dharsha Alfysya
alhamdulillah.... selamat ya kei... nja...
semoga samawa ya....
💖💖💖
2022-02-06
0
Sutar Sutar
alhamdulillah saaaaah
2022-01-29
0