"Kamu tak pernah sengaja datang. Tapi kita sengaja dipertemukan Tuhan. Entah hanya sekedar saling duduk berdampingan atau saling memberi perhatian. Yang aku tahu, dengan bermulanya kisah di antara kita, maka arah hidup ini, berubah jauh lebih baik."
..._Keindra Alif_...
...🍃🍃🥀🥀...
Senja tetap diam, ia nampak sedang berfikir. Tidak berapa lama, senja mengangkat wajahnya. Senja menatap wajah Mami Kei dengan sebuah senyuman.
"Izinkan Senja memikirkannya terlebih dahulu, Bu?" ucapnya.
Mami Kei mengangguk dengan beberapa tetesan air mata mengiringi. "Tentu! ma'afkan Mami dan Papi jika membuat Nak Senja tertekan karena berada di antara permasalahan anak kami, Kei,"
Senja menggeleng kepala pelan dengan tersenyum, pertanda ia baik-baik saja. Hingga tiba-tiba Kei sadar dan mencari keberadaannya.
"Awsh, kepala ku sakit sekali. Senja, sayang! kamu di mana, tolong aku, kepalaku sakit." Rintih Kei.
Senja tidak tahu harus berbuat apa. Namun, Kei terus memanggilnya. "Mendekat-lah pada Nak Kei, Sayang! ada kami di sini." Pinta Ibunya Senja. Ia tahu Senja ingin membantu. Namun, Kei bukanlah mahramnya.
Dengan ragu Senja mengiyakan. Lalu berpindah duduk ke sisi Kei.
"Iya Mas, ini aku..." suara lembut Senja, mampu membuat Kei tenang dalam sekejap.
"Sayang!" binar bahagia Kei, ketika melihat Senja duduk percis di sisi tubuhnya yang terbaring.
"Iya Mas, minumlah dulu." senja tersenyum lembut ke arah Kei. Lalu meraih cangkir yang berisikan teh manis, Mami Kei membantu agar tubuh Kei bersandar di kepala dipan.
Senja sempat ragu, akan tetapi mengingat, di ruangan tersebut tidak hanya mereka berdua, Senja memberanikan diri membantu Kei untuk minum.
"Terima kasih, istri ku." ucap Kei.
Senja kembali tersenyum. "Mas, kembali istirahat yah, aku harus mengajar di madrasah."
"Janji, akan kembali ke sini?" rengek Kei, mirip anak kecil yang akan di tinggal Ibunya.
"Ia Mas, nanti selepas mengajar, Aku kembali kemari." setelah Kei menyetujui, Senja segera pamit pada Mamanya dan juga Mami Kei, lalu beranjak ke madrasah Diniyah yang terletak berdampingan dengan rumah Senja.
***
Beberapa hari kemudian,
Kei dan Maminya masih berada di rumah Senja. Menanti jawaban dari Senja. Ini hari ketiga, di mana hari ini adalah keputusan dari batas waktu yang Senja minta untuk berpikir.
Siang itu selepas Dzuhur. Mami Kei mendengar Senja terisak di kamar sang Mama. Mami Kei tidak berniat menguping namun, jika hendak ke dapur, maka ia akan melewati kamar orang tua Senja.
"Neng sedih Mah, ketika gagal menikah dengan Kak Anshar, banyak warga kampung yang mengolok-olok Senja, akan menjadi perawan tua nantinya. Karena telah berani membatalkan pernikahan. Padahal mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi." Ujar Senja terdengar berbicara sembari menangis.
"Sudah Sayang! kamu lagi shaum Nak! nanti Shaum-nya makruh." ujar Mama dengan nada bicara selembut mungkin.
"Iya, tapi saat ini mereka keterlaluan Mah, memfitnah Senja sudah berbagi tempat tidur dengan Mas Kei dan Senja sedang berbadan dua. Padahal kenyataannya gak gitu." Senja terdengar makin sesenggukan.
Mami Kei terkesiap. Ternyata penyebab Senja menangis adalah gosip yang tidak benar antara dirinya dan Kei. Mami Kei menghela nafasnya pelan, mereka sudah hampir lima hari berada di rumah Senja.
"Nak! tidak perlu di pikirkan ucapan orang yang tidak tahu kebenarannya. Untuk saat ini fokuslah pada rencana mu, shaum, tahajud, istikharah dan duha yang tidak terputus selama tiga hari ini. Demi mendapatkan petunjuk dari Allah, untuk memantapkan hati memberikan sebuah jawaban, pada permintaan Nak Kei dan Orangtuanya." Tutur halus nan lembut Mama Senja, yaitu Ustadzah Inayah atau lebih di kenal Umi Inayah.
"Tindakan kamu membatalkan pernikahan sebelumnya, itu tindakan yang tepat dan perbuatan yang baik Neng! Mama tidak menyesalinya. Jika saat ini ada laki-laki lain yang ngajak menikah, itu tandanya jodoh kamu yang sesungguhnya telah tiba. Terlebih dari cerita kamu, Nak Kei sempat berniat ber-ta'aruf dengan mu, tatalah hatimu Neng." Ujar Umi Inayah.
"Insya Allah Mah, Neng Ridho jika Mas Kei adalah jodohnya Neng." jawab Senja, Tangisannya sudah tidak terdengar lagi.
Mami Kei sedikit lega, ia bersyukur Kei di pertemukan dengan Senja, seorang gadis Shalihah.
***
Ba'da Ashar.
"Hai Sayang!" Tiba-tiba saja Kei sudah berdiri di sebelahnya.
"Astaghfirullah! Mas, membuat Senja terkejut saja." protes lembut Senja, tentu saja dengan tersenyum.
"Maaf, kamu terkejut sungguhan? pasti lagi melamun. Mikirin aku ya?" tuding Kei dengan mengekeh.
deg!
Tawa kecil Kei, mampu membuat Senja terpaku untuk beberapa detik.
"Em, Mas percaya diri sekali." ucap lembut Senja dengan menundukkan kepalanya, ia sedang menyembunyikan kegugupannya.
"Ya iya dong. Yang mikirin aku kan Istrinya aku, yang cantik, yang imut, perempuan shalihah." Gombal Kei. Eh serius deh.
"Mas, jangan berlebihan memuji ku, Aku tidak sebaik itu koq." balas Senja. pandangannya lurus kedepan. Memperhatikan para santri yang sedang piket, nyapu dan mengepel lantai madrasah.
Kini Senja sedang duduk di bangku taman belakang rumahnya, yang menyatu dengan halaman Madrasah.
"Nyatanya memang kamu imut, baik Koq. Aku rasa tidak berlebihan." ujar Kei, ia menatap Senja, kali ini Kei sudah berpindah duduk di bangku yang berhadapan dengan senja, walaupun terhalang meja kayu panjang.
"Em, Mas dari mana? Aku baru melihat Mas dari pagi tadi." tanya Senja.
"Aku... hari ini habis seru seruan ikut Ayah mu ke pasar, jual hasil panen ikan. Setelah dari pasar, kami mengantarkan beberapa ekor kambing serta sapi. Entahlah kampung apa namanya, yang pasti... itu daerah perbukitan." jelas Kei dengan berbinar.
Senja paham daerah apa yang di maksud Kei, itu desa sebelah yang kontur tanah nya memang perbukitan, di sana ada beberapa pemasok daging sapi dan juga katering aqiqah. Mungkin Ayahnya mengantarkan sapi dan kambing ke tempat biasanya.
"Mas sudah makan?" tanya Senja.
"Sudah, tadi Ayah yang mentraktir. O yah! ini uang untuk mu, anggap saja nafkah dari ku. Ini uang hasil aku bantu Ayah tadi. Padahal aku sudah menolak, tapi Ayah memaksa."
kei menyodorkan uang sebesar tiga ratus ribu rupiah. Senja nampak terharu, ia tersenyum. Namun, Senja tidak berani menatap wajah Kei, ia hanya menatap uang yang ada di tangan Kei.
"Terima kasih Mas, pegang saja, itu hasil kerja Mas Kei." Ucap Senja.
"Sayaaang!"
Deg!
Deg!
Ucapan kata sayang yang begitu lembut dari mulut Kei untuk kesekian, membuat jantung Senja berdegup kencang. Ia tidak tahu apa yang terjadi, namun ada rasa bahagia di panggil Sayang oleh Kei.
"Astaghfirullah!" Senja segera menguasai diri.
"Baiklah, kalau begitu Senja ambil ya Mas. Terima kasih,"
"Ambilah, nanti kalau aku sudah bekerja, aku akan menambahnya lebih banyak."
"Aamiin."
"Kamu gak ngajar?"
"Sedang istirahat sejenak Mas, kelasnya juga masih basah, kan sedang di pel." Jawab Senja.
"Mas mandi dulu, setelah itu istirahat! pasti lelah seharian ikut Ayah," pinta Senja, ia ingin segera berjauhan dengan Kei, dekat-dekat dengan Kei merasa sakit jantung mendadak. Jantungnya berdebar terus dari tadi.
"Baiklah! ba'da Isya aku tunggu jawaban mu!" Kei berdiri lalu ia memperingatkan Senja akan jawaban yang Kei nanti. Yaitu tentang pernikahan mereka.
"Insya Allah, Mas berdoa saja, agar hatiku memiliki kepastian. Karena yang memiliki hati dan perasaan ini hanya Allah. Aku juga hanya bisa berusaha, Allah-lah sang maha penentu." Jawab Senja.
Kei mengangguk dan tersenyum, lagi-lagi senyuman Kei berhasil membuat jantung Senja berdegup kencang. Kali ini Senja menatapnya sebentar.
"Aku ke dalam, Assalamu'alaikum!" Pamit Kei.
"Wa'alaikum salam."
Kei beranjak ke dalam rumah, menemui sang Mami yang sedang berbincang dengan Mama Senja di teras samping rumah. Setelah Kei menyapa mereka, maka ia bergegas mandi, Kei sudah shalat Ashar tadi bersama Pak qumar. Setelah itu ia diam di kamar menonton film religi yang Senja pinjamkan di laptopnya.
Sedangkan Senja masih duduk di taman belakang. Ia sedang senyam senyum sendiri menatap uang pemberian Kei.
"Hehe, nafkah? Ya Allah, rasa mimpi," gumamnya.
"Teh, Senja! Teh Ima gak bisa ngawuruk, katanya sakit. Anak-anak Iqro enam, sudah banyak yang datang." Seorang anak perempuan di perkirakan usia SMP menghampiri Senja.
"O iya Neng Atik. Tolong suruh mereka masuk kelas saja ya, biar Teh Senja yang ngawuruk." ucap Senja. Anak yang bernama Atik pun mengiyakan, di susul Senja yang juga harus segera mengajar anak-anak Iqro enam.
Madrasah Diniyah tersebut tidak pernah sepi, karena pelajaran di adakan dengan pengaturan waktu, mulai dari pukul sembilan pagi untuk Usia balita dan TK, ba'da Dzuhur usia sekolah SD, ba'da Ashar untuk Usia SMP dan nanti ba'da Maghrib hingga pukul sepuluh malam untuk kelas Alqur'an Yaitu Antara usia SMA hingga remaja kelulusan SMA.
***
Malam hari, ba'da Insya.
Kini anggota keluarga Senja, Ayah, Ibu, paman dan Bibi Senja sudah berada di ruang keluarga, termasuk Kei dan juga Mami, Papi Kei menunggu kabar dari Mami. Jika Senja menyanggupi untuk menikah dengan Kei, ia akan segera berkunjung untuk menyaksikan pernikahan Kei dan Senja.
"Silakan Neng, langsung saja jawabannya, agar Nak Kei dan Ibu tidak terlalu lama menunggu." Salah satu paman Senja membuka suara.
"Ekhem! Bismillah. Jika Mas Kei memang jodoh Senja. Atas izin Allah... Insya Allah, Senja menerima permintaan Mas Kei dan Juga Ibu, untuk Senja menikah dengan Mas Kei."
"Alhamdulillah Hirobbal'alamin."
Ungkap Syukur dari semua. Namun, mereka kembali diam dan tercengang. Tatkala Senja melanjutkan kata-katanya.
"Maaf! Senja bersedia menikah dengan Mas Kei. Namun, dengan satu Syarat!" tandas Senja dengan tenang.
"Syarat?" Kei bergumam. Yang lain saling melemparkan pandangan, ingin mengetahui Syarat apakah itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Vera😘uziezi❤️💋
Vera udah datang sampai sini bagus nda vera suka bab perbab nya dapat banget feel nya..
2022-04-10
0
Anies
alkhamdulillah...
2021-10-04
1
ardaf
senja yang di senyumin aku yang happy
senja yang di kasih duit "nafkah" aku yang melting 🤩🤩🤩 huuuaaaa jingkrak jingkrak eykeeeeeeee bund..........
2021-09-30
1