Naina meletakkan tubuh besar Demirza ke sisi tempat tidur, dan iapun langsung merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kram.
"Akh, tulang tubuhku terasa seakan mau patah," gumam Naina.
Naina merasa tulang-tulang tubuhnya hampir patah karena menopang sendiri tubuh jangkung Demirza yang terasa sangat berat.
Memposisikan tubuh Demirza dengan benar diatas tempat tidur, menyandarkan kepala pria itu dengan bantal dan menyelimuti tubuhnya yang terlihat berantakan. Naina pun berniat untuk pergi tapi terhenti ketika tangan Demirza menghentikan pergerakannya.
Naina tertegun. Napasnya tercekat ketika tangan kasar Demirza menarik tangan gadis itu sehingga tubuhnya ikut tertarik dan ia sekarang berada diatas Demirza.
Entah apa yang merasuki Demirza? Dibawah alam sadarnya yang dilihatnya sekarang adalah Sarah gadis yang dicintainya sedang tersenyum hangat kepadanya, bukan Naina gadis polos yang selalu takut menatap matanya.
"Pak, tolong lepaskan saya," ujar Naina was-was. Ia mulai merasa takut hal buruk terjadi kepadanya ketika melihat tatapan mata Demirza menatapnya dengan tatapan... Sulit sekali disimpulkan oleh Naina. Yang jelas sekarang ia sangat takut.
Jari-jari Demirza mengelus lembut pipi Naina membuatnya gadis itu seketika merinding ketakutan.
Bulu kuduk Naina meremang. Ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi kepadanya jika ia tetap berada di sini.
Naina berusaha keras melepaskan diri dari Demirza, tapi Demirza yang mengunci pergerakannya membuatnya tak bisa apa-apa.
"Tolong jangan pergi Sarah!" mohon Demirza dengan mata sayu nya. Naina yang mendengarnya sontak terkejut. Sekarang ia menyadari bahwa ia dalam bahaya. Demirza sedang tidak sadar, ia dalam pengaruh alkohol, dan Naina sangat takut ia akan menjadi pelampiasan bayangan cinta Demirza.
Dengan sekuat tenaga Naina mencoba bangkit menjauhi Demirza, tetapi sayangnya tenaganya tidak ada apa-apanya dengan Demirza. Apa lagi sekarang pria itu dalam pengaruh alkohol.
Tanpa aba-aba, Demirza mencium bibir Naina.
Naina membulatkan mata. Ia sangat terkejut. Tak terima, Naina mencoba melepaskan diri dari naungan Demirza. Ya, lagi-lagi ia tak berdaya. Tenaganya tidak ada apa-apanya dengan seorang pria.
Demirza!
Pria yang baru saja berjanji tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya, kini ia pula yang ingin menyakiti Naina. Pria itu berusaha untuk merenggut muruah Naina. Ia ingin memperkosa Naina yang lugu.
Naina melawan, ia meronta. Memukul kasar tubuh Demirza dan mencakar pria itu agar mau melepaskannya. Namun, Demirza yang dengan kerasnya ingin melancarkan aksinya mengunci tubuh mungil Naina dengan erat.
Gadis itu meraung, berteriak sekuatnya berharap ada orang yang mendengar teriakannya untuk segera membantunya.
Naina menangis, ia meronta. Berteriak histeris. Naina mencoba meminta belas kasih Demirza, tapi sepertinya pria itu tak peduli. Sesuatu telah merasuki diri Demirza. Yang ia inginkan sekarang kepuasan dirinya tanpa peduli siapa gadis yang menjadi sasaran pemuas nya. Pria itu tanpa belas kasih mala melancarkan aksinya mencoba merobek baju Naina yang berusaha ditahan gadis itu dengan kedua tangannya yang lemah.
"Pak tolong jangan lakukan ini sama Naina, saya mohon Pak!" mohoh nya lirih. Naina menangis sejadinya mencoba melepaskan diri dari Demirza.
Demirza tetap diam tanpa memedulikan isakan tangis Naina yang memohon kepadanya. Menatap Naina dengan tatapan lapar, pria itu dengan lihainya melepas benang yang menutupi tubuh Naina.
Tiba-tiba saja angin berhembus kencang menerobos masuk melalui sela jendela. Tanpa permisi hujan turun sangat deras diiringi oleh suara guntur yang mengguncang dunia.
Tidak hanya Naina yang bersedih, langit pun ikut bersedih merasakan luka yang dialami gadis itu, ketika tidak berdayanya sesuatu yang selama ini dijaga Naina dengan sangat hati-hati direnggut paksa oleh pria ini tanpa belas kasih.
Naina terluka. Dunianya benar-benar hancur. Ia merasa saat ini nyawanya telah ditarik dari raganya.
💧
Ini yang ke 50 kalinya Yulia menelpon sahabatnya itu, tapi tidak ada jawaban. Hanya sahutan operator yang terdengar.
Yulia mendengus kesal karena telpon Naina tak jua diangkat yang membuat gadis itu seketika cemas.
"Dimana kamu Na? Tolong angkat!" gumamnya resah mencoba untuk terus menghubungi Naina.
Dari jarak yang cukup jauh, Alya memandangi saja apa yang dilakukan gadis itu. Ia yang baru membeli minuman pun langsung menghampiri Yulia.
"Masih tidak diangkat?" tanyanya. Yulia menoleh sejenak kearah Alya, gadis itu menggeleng pelan, "Iya" jawabnya lemah.
Malam ini mereka bertiga berjanji untuk menonton film Hollywood yang baru dirilis, tapi karena Naina yang belum jua datang membuat Yulia bersikeras untuk menunggunya tak ingin masuk kedalam sebelum Naina datang.
"Gimana ini Al? Naina belum datang juga dan HP nya gak diangkat. Gue takut Naina kenapa-kenapa dijalan." Yulia mengerang cemas.
"Uss, jangan pikir macam-macam! Kamu tenang dan sekarang kamu minum dulu!" Alya mencoba menenangkan gadis itu seraya memberikan lemon Teah yang baru dibelinya.
Yulia melirik sekilas minuman itu tanpa berniat meneguknya. Mencoba mengabaikan bujukan Alya. Yulia kembali menghubungi Naina.
Melihat kerasnya Yulia, Alya seketika marah. Ia menarik kasar ponsel Yulia membuat gadis itu memandangnya dengan tatapan tanya bercampur rasa kesal.
"Berhenti bertingkah seperti ini! Apa kamu pikir kamu saja yang cemas dengan Naina?"
"Apa yang lo tau tentang sahabat gue?" Yulia seketika marah kepada Alya. Ia menatap tajam pria itu tepat ke manik matanya.
"Naina gak pernah gini, dia gak pernah gak angkat telpon nya, sesuatu buruk pasti terjadi kepada Naina."
"STOP!" Alya mencekam kuat kedua bahu gadis itu membuat Yulia melongo tak percaya.
"Enggak akan ada yang berubah kalau kamu tetap gini, tolong tenanglah!" pinta Alya. Gadis itu hanya diam menatap Alya tanpa ekspresi yang terbaca.
Alya mengacak rambutnya frustrasi
"Maafkan saya!" mohon nya. Yulia diam. Pikiran gadis itu sepenuhnya untuk Naina. Ia sangat khawatir kepada sahabatnya itu. Tiba-tiba saja perasaannya tidak enak takut suatu hal buruk menimpa sahabatnya.
Yulia sangat menyayangi Naina. Semarah-marah nya ia kepada Naina, ia tidak akan sanggup melihat Naina terluka.
Jangan sampai. Yulia tidak akan sanggup melihat hal buruk menimpa Naina. Ia sangat takut, apa lagi sekarang sudah sangat malam, dan orang-orang pun mulai sepi membuat Yulia semakin cemas.
Tidak hanya Yulia yang takut hal buruk terjadi kepada Naina, Alya juga merasakan hal yang sama.
Alya menarik pelan tubuh Yulia menghadap nya, "Ayo kita cari Naina!" ajak Alya lembut. Yulia yang mendengarnya langsung setuju memutuskan untuk segera mencari sahabatnya bersama Alya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Fi Fin
author berlebihan kasih Naina kesengsaraan
2021-12-15
1
Eliana Harahap
kok perasaan ku gak enak ya
2021-10-30
1