"Pantas gerak-gerik mu menganehkan, ternyata kau, gadis penipu!" Demirza berkata dingin seraya mencekam kuat pergelangan tangan Naina.
Naina meringis merasakan cengkraman Demirza di tangannya semakin erat, dan rasanya sangat sakit. Naina merasakan tulang pergelangannya seperti remuk.
"To... Tolong lepas," gumam Naina takut.
Aksi mereka menarik perhatian beberapa orang yang tak sengaja memperhatikan mereka.
"Kenapa kau disini? Apa setelah kau menipu kau ingin mencuri disini?" Sinisnya menyudutkan Naina.
Mendengar tuduhan Demirza yang tak beralasan seketika Naina langsung berang. "Jaga ucapan mu."
"Wah bahkan kau melawan," ujarnya datar sembari menarik paksa Naina.
Naina kalang kabut, rasa takut mulai menghantuinya. Takut pria ini berbuat apa-apa kepadanya.
"Eh, saya mau dibawa kemana?" tanya Naina mencoba berontak. Ia menahan keras agar ia tak berjalan mengikuti pria di hadapannya ini, tapi kekuatan laki-laki ini mengalahkan usahanya.
"Saya akan membawa kamu ke tempat yang sepantasnya," jawabnya dingin.
Alis Naina terangkat, " Maksudnya?" tanya Naina tak paham.
"Penjara" tekan Demirza.
Kini Naina benar-benar ketakutan, hal yang selama ini tak pernah terlintas di pikirannya. Tidak, ini tidak boleh terjadi, Naina tidak akan mau menerima masa mudanya berakhir di penjara. Laki-laki ini tidak pantas berbuat sesukanya terhadap Naina.
"AKHHHHHH" Demirza berteriak kencang ketika Naina menggigit kuat tangannya sehingga cekalannya terlepas dan Naina pun langsung berlari menjauh dari Demirza.
Demirza tak tinggal diam, ia langsung mengejar Naina secepat mungkin tak sudi gadis itu kembali lepas darinya.
Seisi kantor langsung ricuh menyaksikan acara kejaran antara Demirza dan Naina seperti kucing dan tikus. Anehnya Demirza tidak meminta bantuan orang lain untuk mengejar Naina atau adapun orang menawarkan diri untuk membantunya, Demirza menolaknya dengan kasar. Baginya Naina ibarat hewan yang harus diburunya sendiri. Alhasil Naina berhasil lepas dari kejaran Demirza.
Naina bersyukur dalam hati, kali ini Tuhan berbaik hati kepadanya sehingga keberuntungan memihaknya. Beruntung Nanda yang tadi membawanya keliling kantor sempat menunjukkan jalan pintas dari lantai atas menuju pintu utama kantor sehingga ia cepat bebas dari kejaran Demirza dan untung saja jadwal kerja sif paginya sudah waktunya pulang sehingga Naina tidak perlu takut lagi berhadapan dengan laki-laki gila yang ingin menyakitinya.
...💧...
Setelah tak berhasil mengejar Naina, Demirza langsung menuju ke ruang keamanan kantor dan ia langsung memeriksa CCTV mencari tahu bagaimana Naina bisa ada di kantornya.
"Ini dia Pak, disini dia terlihat tiba di kantor ini jam 6 pagi tadi?" tunjuk pria itu menjelaskan.
Demirza mengedarkan penglihatannya, "Periksa apa saja yang dilakukannya di kantor ini!" titah Demirza dingin.
Orang yang diperintah hanya diam patuh, "Dia ternyata cleaning servis Pak," ujar pria ber—name tag Alya Rahmadan itu menjelaskan.
"Kapan Dia mulai bekerja disini?"
"Dari semua rekaman CCTV, sepertinya dia baru bekerja hari ini Pak."
Demirza mengangguk paham, ia menjauhkan wajahnya dari layar sembari menyunggingkan seringai yang menyeramkan menutupi wajah tampannya.
...💧...
Naina sampai ke rumahnya dalam keadaan selamat, tapi perasaannya tidak baik-baik saja mengingat kejadian memalukan di kantor. Mungkin saja besok ia akan mendapat masalah atau mungkin ia kembali menjadi pengangguran. Sungguh Naina tidak ingin itu terjadi dan ia sangat takut, ia sangat susah sekali mendapat pekerjaan dan ia tidak akan mau di pecat. Salahkan saja pria itu yang mengganggu Naina.
"Semoga saja dia hanya tamu, dan bukan pekerja di kantor itu," batin Naina memohon, ia takkan sanggup bila berhadapan dengan pria menyeramkan seperti Demirza. Bisa-bisa dunianya akan hancur.
Alis Naina tertaut ketika hendak mencocokkan kunci dengan kenop pintunya ternyata pintu itu tidak lagi dikunci yang artinya seseorang ada di dalam.
Naina masuk ke dalam dan dia cukup kaget ketika melihat Yulia duduk bersandar di tempat tidurnya sembari menyerup kopi di tangannya.
Naina tak heran Yulia bisa berada di rumahnya tanpa dirinya karena memang Naina–lah yang memberikan kunci serap untuk Yulia supaya gadis itu bebas masuk ke rumahnya.
Rumah Naina tidak besar, rumah gadis itu kecil bahkan sangat kecil melihat kondisi rumahnya yang hanya bisa di tempati dua orang saja. Tanpa pembatas antara dapur dan ruang tamu, biasa Naina disebut menempati rumah petak, dalam satu ruangan: di situ dapur, kamar, dan ruang tamu. Untung saja Naina pandai menata barang-barang rumahnya sehingga tidak terlihat berantakan.
Beginilah kondisi Naina semenjak di tinggal oleh kedua orangtuanya menghadap Ilahi 3 tahun yang lalu, gadis itu harus lebih pandai menyesuaikan diri untuk bertahan hidup. Rumah peninggalan orang tuanya dijual oleh kakaknya untuk pinda ke kampung suaminya, Naina di tinggal sendiri tanpa bagian se-persen pun.
"Woi! Darimana aja lo? Gue tungguin ga nongol." Tak ada jawaban dari Naina, Yulia tampak kesal.
Naina menuangkan air putih dari teko ke gelasnya dan langsung meneguknya sampai tandas.
"Minum segitunya, habis di kejar hantu ya lo?" heran Yulia yang spontan langsung di jawab Naina. "Emang di kejar hantu." sahutnya membenarkan.
Yulia langsung beranjak, hampir saja kopi di tangannya tumpah kalo saja tidak dipegangnya kuat.
"Serius lo di kejar hantu? Masa iya hantu ada siang bolong." Yulia berkata heran sedikit tak percaya dengan jawaban Naina.
Naina berdecak. "Udah deh jangan bahas!"
"Ngomong-ngomong kenapa kamu disini? Apa gak kerja?" tanya Naina menyadari biasanya di jam segini Yulia pasti sibuk bekerja.
"Gue tadi ditugaskan di luar, mumpung istirahat dan kerjanya dah kelar ya gue mampir di rumah lo," jawabnya sekenanya.
"Tapi lo–nya gak ada, padahal gue pengen makan masakan lo," tambahnya.
Mendengar penjelasan Yulia, Naina hanya mengangguk paham.
"By the way, lo dari mana? Lama loh gue nungguin lo."
Mendengar pertanyaan Yulia Naina langsung menghampiri Yulia. "Naina baru dapat kerja Yul, dan Naina baru pulang."
"Serius lo?" tanya Yulia girang. Naina menjawab dengan anggukan cepat.
"Yey, akhirnya teman gue gak pengangguran lagi," sorak Yulia senang langsung memeluk Naina dengan erat.
Naina tak tinggal diam, ia membalas pelukan Yulia tak kala eratnya. Mereka sama-sama tertawa senang sembari mengucapkan berbagai kata-kata penyemangat.
...💧💧💧...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
PraSetyo Azzahra Salile Wiwi
nyimak
2022-05-03
1
Eliana Harahap
semangat Naina
2021-10-30
0
Emma The@
Tenang Naina...Pria penindas akan berujung menjadi bucin dan posesif...🤭🙏🏻✌️
2021-10-05
2