Atmosfer kantor terasa aneh. Entah mengapa Naina merasa hawanya kian memburuk. Perasaan gadis itu tiba-tiba saja tidak enak, rasanya sesuatu yang buruk akan terjadi.
Naina berharap ini hanya perasaannya saja yang berlebihan. Gadis itupun bergegas menyusuri kantor, segera menuju loker untuk mengambil seragam kerjanya.
DEG
Napas Naina tercekat ketika membaca berbagai tulisan buruk tentangnya.
"Dasar cewek penggoda"
"Pergi aja o! Mampus sana!"
"Dasar cewek murahan, sok godain CEO lagi."
Naina terdiam menatap tulisan-tulisan itu. Bahkan Naina sempat mendengar bisikan-bisikan buruk beberapa karyawan yang melewatinya.
Menghela napas panjang. Naina membersihkan sampah-sampah kertas itu tanpa ekspresi.
"Tuh cewek belagu, baru kerja beberapa hari sok godain CEO."
"Ck, dia kesesat kali. Mau menggoda kok di kantor."
Mendengar hinaan itu rasanya Naina ingin menangis. Sepertinya ia tidak dapat bekerja di sini dalam keadaan damai, rasanya kian hari pasti akan lebih buruk dari ini. Namun, mau bagaimana lagi? Menangis pun tidak akan ada gunanya. Memang apa yang berubah jika Naina menangis?
Naina berusaha keras menulikan pendengarannya, mencoba mengabaikan perkataan buruk orang-orang yang mengatainya. Gadis itupun berlalu meninggalkan loker, segera menuju ruang ganti untuk mengganti bajunya dengan seragam kerja dan mulai melakukan kewajibannya.
...💧...
Demirza menggeram kesal. Fokusnya teralihkan kepada gadis yang tak jadi dipecatnya akibat ulah Park sang sekretaris yang menentang kehendaknya.
Ia sangat penasaran kenapa Park sangat mengasihani gadis itu, padahal semula Park bukanlah tipe orang seperti itu.
Demirza menatap tumpukan file di atas mejanya dengan malas, pikirannya kini benar-benar kacau. Kenapa kehadiran gadis menjengkelkan itu dengan seenaknya mengacaukan hari-harinya. Bahkan dengan kehadirannya, orang yang semula sangat setia kepadanya menentangnya hanya demi gadis yang tidak diketahui siapa dirinya.
Ketukan pintu dari luar membuat Demirza seketika menyahut, tanpa menimang siapa seseorang yang ingin menemuinya itu.
Demirza tertegun. Tidak menyangka orang yang baru dipikirkannya kini telah berada dihadapannya.
"Pergi kau!" usir Demirza kasar.
Bukannya tersinggung, Naina malah menyunggingkan senyum kecil. Demirza yang melihat itu bergidik.
"Terima kasih Pak, saya sangat bersyukur Bapak tidak jadi pecat saya," tulus Naina.
Demirza terkejut. Ternyata gadis ini mengira Demirza tidak jadi memecatnya, padahal dia sangat ingin gadis ini tidak menginjakkan kaki di kantornya. Tiba-tiba saja sesuatu yang tak terduga terlintas di pikiran Demirza.
Demirza memaksakan untuk tersenyum, "Jangan senang dulu, semua ada imbalannya," ujarnya ber-seringai.
Naina yang mendengar itu cukup terkejut, padahal ia bela-belain usai menuntaskan kerjanya ia tidak langsung pulang hanya untuk mengucapkan terima kasih secara langsung kepada seseorang yang menurutnya mengasihaninya, tetapi lelaki itu malah menyimpan arti dibalik kebaikannya.
"Kamu bisa tetap bekerja di sini, tapi dengan satu syarat...," ujarnya menggantung ucapannya.
Naina menajamkan pendengarannya untuk menanti lanjutan kata pria dihadapannya.
"Gaji kamu saya potong 60%"
"Apa?" kejut Naina.
"Tidak mau? Kamu bisa meninggalkan kantor ini."
"Bukan begitu Pak, tapi itu sangat besar. Dan kenapa pula gaji saya di potong?" Naina protes tidak terima.
"Kamu lupa ya dengan kejadian di Cafe itu?" tanyanya menampilkan senyum yang menyeramkan, seketika membuat Naina meremang.
"Tapi Pak, gaji cleaning servis enggak besar, kok Bapak tega sih potong gaji saya sebesar itu?" ujar Naina mencoba membujuk.
"Harusnya kamu bersyukur gaji kamu yang saya potong dari pada kamu saya jebloskan," jawabnya dingin.
Naina menghela napas pasrah. Mau bagaimanapun ia protes, ia pasti tak berdaya sebab orang atas–lah yang berkuasa. Laki-laki dihadapannya ini benar-benar gila. Bagaimana mungkin ia tega memotong gaji pekerja kecil seperti Naina. Ternyata perkiraan buruk Yulia tentang laki-laki ini benar.
Bosnya sangat menyeramkan, begitu kikir. Kurangkah baginya penghasilan perusahaan besar seperti ini. Pikir Naina tak percaya.
Demirza yang menangkap ekspresi tak mengenakkan Naina cukup puas. Ia sangat senang membuat gadis ini kesulitan. Benar-benar tidak punya perasaan.
Dalam hati pria itu bersorak, tiba-tiba saja ia memiliki semangat yang menggebu-gebu dalam dirinya. Ia tidak akan membiarkan gadis ini bertahan di perusahaannya, dengan cara menyulitkannya secara perlahan yang membuat gadis ini tersiksa. Dengan sendirinya pasti akan pergi meninggalkan perusahaannya dan itu adalah hari yang dinantikan Demirza. Sungguh akan menjadi pertunjukan yang menyenangkan. Pikirnya.
***ramekan dengan komentar ya gaes
jgn lupa follow author
follow jg akun Instagram ku @fitrihaida
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Eliana Harahap
Demirza ngeselin
awas karma lo
2021-10-30
0
Ida Ismail
tu kelakuan damiza alias gorila
2021-10-28
1
Emma The@
"Demirza,go to hell!.".
CEO dimana-mana bak singa jantan penguasa rimba...Haruskah memotong gaji Naina hingga 60 persen?.Lantas,mau makan apa Naina?.
Naina,jangan berkecil hati.Roda kehidupan berputar terus...Semangaaat!!!
2021-10-05
2