Luka Naina
"Hm, jadi. Kamu lulusan akuntan?"
"Benar, Pak."
Gadis itu mengangguk membenarkan pertanyaan pria di hadapannya.
Pria yang kelihatannya berusia sekitar 40an itu memajukan sedikit wajahnya mendekat menghadap Naina yang terlihat kaku.
"Selain ijazah ini. Apa kamu memiliki keahlian khusus?" bisiknya.
Naina terkesima mendengar pertanyaan pria itu, "Hah? Keahlian?" tanyanya kikuk.
Pria itu hanya mengangguk membenarkan pertanyaan Naina.
"B-begini, Pak, saya sangat giat dalam bekerja, saya cukup bagus dalam berhitung da..."
Laki-laki itu mengayun tangan kanannya sebagai isyarat agar Naina menghentikan perkataannya.
"Keahlian. Do you know skill?" Ia berkata seraya berdecak.
"Hah?"
Naina tersentak ketika HRD di hadapannya ini ngotot menanyakan keahlian yang dimilikinya. Apakah ia akan kembali dengan tangan kosong? Apakah berkas Naina akan dihempas seperti sebelumnya?
Naina menghela berat.
"Sa-saya tidak memiliki keahlian selain bekerja keras dan saya ti-tidak bisa bahasa asing," jawab Naina sedih.
"Tapi, Pak. Saya sangat andal dalam bekerja dan akan saya pastikan kerja keras saya tidak akan mengecewakan perusahaan ini," tambah Naina meyakinkan.
Pria itu tertawa kecil.
"Kerja keras?" tanyanya menyeringai.
Naina yang melihatnya dibuat takut sehingga gadis itu meremas kuat roknya.
"Apakah seyakin itu kamu bisa bekerja di sini?" ejeknya.
"Dengan nilai jelek seperti ini apa kamu pikir kamu bisa diterima di perusahaan?" tambahnya merendahkan.
Mendengar cacian itu hati Naina seperti diremas, matanya memanas menahan cairan bening itu agar tidak keluar.
"Kau! Lebih pantas menjadi kuli SAMPAH!!!"
Ia berkata dingin menekan kata di akhir kalimatnya seraya melempar asal berkas Naina sehingga membuatnya berserakan di lantai.
Jantung Naina berdetak sangat kencang, sesuatu yang panas mengalir dalam tubuhnya, seperti semburat api dengan cepat ikut berjalan beriringan dengan darah dalam tubuhnya. Naina berjongkok memungut berkasnya yang berserakan, gadis itu langsung bangkit menghadap pria yang menatapnya dengan senyum yang menjijikkan.
"A-aku tidak akan berbuat kasar padamu seperti apa yang kau lakukan padaku, karena aku tak bejat sepertimu," ucap Naina menahan keras air matanya agar tidak keluar.
Gadis itu terlihat kewalahan meluruskan keluhannya akibat air matanya yang tak mau bersahabat hendak mengalir secepatnya.
"Tapi ingat! Suatu saat aku akan berada di atasmu!" tambah Naina.
Laki-laki itu hanya diam mengabaikan perkataan Naina, menganggapnya hanya lelucon semata.
Ia tertawa keras.
"Wanita yang tidak memiliki apa-apa sepertimu tidak akan bisa menyaingiku, kau hanya sampah. Sampah masyarakat," sinisnya tajam.
Naina tersenyum kecil, "kau sangat berbangga, kita lihat ke depan siapa yang akan menjadi sampah. Kau? atau aku?"
Setelah Naina berujar demikian ia langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
...♥...
Naina melangkah melewati trotoar jalan dengan kepala menunduk. Kakinya terasa sangat lemas hatinya sangat sedih sama sekali tidak ada semangat dalam dirinya. Berulangkali ia melamar kerja selalu ditolak dan ini sungguh pengalaman ia melamar kejar diperlakukan dengan sangat kejam. Tatapannya yang kosong menendang kecil krikil.
"Naina!!!"
Langkah Naina terhenti, Naina mengenali pemilik suara itu. Ia berbalik memaksakan diri untuk tersenyum kepada gadis yang menghampirinya itu.
"Ditolak lagi?"
Naina hanya mengangguk sedih membenarkan, gadis itu menepuk pelan bahu Naina turut berempati.
"Naina capek,Yul," gumam Naina sedih.
Yulia mendesah berat turut merasakan kesedihan Naina. Gadis berambut panjang itu langsung menarik Naina agar berjalan mengikutinya.
"Eh, Naina mau dibawa ke mana, Yul?" tanya Naina kalang kabut.
"Nggak bakal gue gadein, gue lapar. Lo harus temani gue makan, kata Yulia langsung menarik Naina memasuki sebuah kafe.
Naina yang mau berontak pun dibuat kewalahan oleh kerasnya Yulia. Naina yang tak sanggup menentang Yulia hanya pasrah ketika gadis itu membawa Naina memasuki sebuah kafe dan tanpa menanyakan Naina terlebih dahulu Yulia sudah memesan makanan untuk mereka berdua.
"Yul, plis jangan lakuin ini!" lirih Naina.
"Apaan dah? Mo makan juga," decak Yulia.
Naina hanya menghela napas panjang. Ia tahu Yulia berlaku seperti ini karena hanya ingin menghiburnya. Namun, tetap saja Naina tidak enak karena selama ini Yulia selalu memperhatikan nya bahkan bisa dikatakan terkadang Yulia membantu kebutuhan dapur Naina. Sungguh Naina sangat berutang banyak kepada sahabatnya ini. Yulia selalu ada untuknya saat suka maupun duka. Melihat Yulia yang serba berkecukupan sebenarnya Naina cukup iri dibandingkan dirinya yang selalu kekurangan dan hanya Yulialah yang selalu ada untuknya.
"Heh, makan! Keburu dingin tuh!"
Naina tersentak mendengar teguran Yulia yang seakan mengejutkannya dari keterdiamannya. Sedikit keraguan Naina menyuap makanannya sedikit tak bersemangat.
Tanpa Naina sadari mata Yulia berkaca-kaca memerhatikan Naina yang makan dengan lahap walaupun ia makan tanpa mengeluarkan suara. Saat Naina hendak mengangkat kepalanya dengan cepat Yulia langsung menyusap air matanya yang dengan nakal telah keluar dari mata cokelat gadis itu.
"Hei cepatlah makan, gue masih punya banyak urusan," ujar Yulia alih-alih memarahi Naina.
Naina hanya tersenyum kecil kembali menyuap makanannya secara perlahan, walau entah kenapa makanan yang dimakannya sekarang terasa hambar, tetapi sebisa mungkin Naina berusaha makan dengan lahap supaya tidak mengecewakan sahabatnya yang berniat menghiburnya. Walaupun otak Naina kini diisi dengan kala ia terus terbayang penghinaan HRD tadi terhadapnya.
...♥ ♥ ♥...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Farina Miranda
mampir 😊
2022-01-09
1
mbak somad
hy kakak salam kenal mbak somad.. dah mampir nie
2021-12-17
1
Fitmr31_
Hai kk aku hadir 🤗
2021-12-17
0