"Belle!" panggil Bara lagi
Bara dan Rey menghampiri Belle dan Embun. Belle sangat kaget kenapa bisa bertemunya dengan kakaknya itu disini. Entah sebuah kebetulan, atau memang sudah terencana
"Kenapa kamu bisa berada disini, Kak?" tanya Belle
"Aku tidak sengaja bertemu kalian. Dan akan menjemput istriku. Dia sudah terlalu lama pergi bermain!" sindir Bara
"Tapi, kami belum siap berbelanja, Kak. Kalian pulang saja. Nanti kami akan pulang sendiri kok." ujar Belle
Bara melihat ke arah paper bag yang berada di tangan Embun. Dia mengeraskan rahangnya. Embun seakan mengerti dengan tatapan benci yang dilontarkan Bara untuknya. Dia beringsut mundur ke belakang tubuh Belle untuk mencari perlindungan
"Rey, aku pinjam mobilmu. Berikan aku kuncinya."pinta Bara
Rey yang tidak mengerti kondisinya, dia menyerahkan kunci mobilnya dengan sukarela. Setelah mendapatkan kunci mobil milik Rey, Bara menarik tangan Embun dengan kuat
Tangan Embun yang membawa paper bag itu ditarik paksa hingga menimbulkan memar. Tubuhnya yang kecil terhuyung-huyung karena ditarik paksa
"Kak, Rey! Kenapa kau memberikan kunci mobilmu padanya? Kau ini!" bentak Belle yang sudah mengerti apa yang akan terjadi nanti
"Dia hanya meminjamnya. Nanti juga di kembalikan. Untuk apa aku pelit." jawabnya santai
Belle langsung menelpon supirnya untuk segera menjemputnya sekarang juga. Beruntung supirnya sedang berada tidak jauh dari area itu
Belle pergi meninggalkan Rey yang seperti orang bodoh itu. Dia sangat kesal dengan laki-laki yang bernama Rey
*****
Di perjalanan, Bara mengemudikan mobilnya seperti sedang dikejar oleh malaikat maut. Dia menekan pedal gas sampai speedometer nya kandas ke kanan
Untung saja Embun sudah memasang seatbel nya tadi. Bara mengemudikan mobilnya dan hal itu sedang mengguncang jiwa dan raga Embun
Tapi, embun tidak berani mengatakan apapun. Dia tahu, singa jantan di sampingnya sedang ingin menerkam mangsa sekarang
Karena jalanan yang lenggang, dan aksi kebut-kebutan Bara tadi berjalan lancar. Mereka sampai di rumah dengan cepat
"Cepat masuk! Aku menunggumu di kamar." titahnya, kemudian dia membuka seatbelt nya dan masuk tanpa menunggu Embun
Melihat punggung Bara yang berjalan masuk. Embun mengeratkan pegangannya di seatbelt yang masih dia pakai. Rasanya, apa yang terjadi kedepannya nanti lebih mengguncang dari pada aksi kebut-kebutan barusan
Tapi, mau tidak mau, Embun tetap harus masuk dan menghadapi semuanya. Embun membuka pintu perlahan-lahan sambil menyembulkan kepalanya menelisik ke dalam kamar
"Masuk!" ucap orang di dalam dengan nada datar
Embun masuk perlahan-lahan, dia masih memegangi banyak paper bag ditangannya. Dia meletakkan ya dilantai dan duduk di sofa dengan wajah tertunduk
"Ternyata, aku salah menilai mu. Wanita miskin seperti mu, ternyata tahu ya, toko yang mana yang dimasuki untuk bisa mendapatkan barang-barang mahal!" sindirnya sambil bermain gadget
Embun hanya diam. Dia tidak ma menjawab apapun agar tak terjadi kejadian seperti pagi tadi. Dia sungguh trauma dengan kejadian itu
"Kenapa tidak menjawab? Ucapanku benar, jadi kau tidak bisa untuk mengelak?" ucapnya lagi
Sabar Embun, jangan sampai kau menyahuti ucapannya. Kau harus menghormati suamimu, batinnya sambil memejamkan matanya mencoba menahan kesabaran
Bara merasa kesal karena Embun tidak menggubris ucapannya. Dia mendekati Embun dan menarik rambut panjang wanita itu hingga kepalanya ikut tertarik ke belakang
"Kau bisu? Kenapa kau tidak menjawab ucapanku?" omel nya dengan kesal
"Maafkan aku, aku hanya menghindari terjadinya keributan." ucap Embun sambil menahan rasa sakit di kulit kepalanya
"Alasanmu saja! Sebenarnya, kau memang tidak memperdulikan ucapanku, kan? Dasar wanita tidak tahu diri!"
"Aku tidak seperti itu, tuan!" Embun membuka suaranya
"Kau memanfaatkan adikku. mencoba menguras uangnya dengan membelikan barang-barang mewah seperti itu!" Bara menunjuk dagu ke arah barang-barang bawaan Embun tadi
"Tapi, tuan! Aku tidak memintanya. Dia sendiri yang...."
"Dia sendiri yang ingin membelanjakan kamu? Begitu? Dasar munafik!" pekik Bara
"Tapi memang begitulah kenyataannya. Aku tidak pernah meminta apapun pada adikmu." Embun terus membela dirinya
"Jangan berteriak padaku! Harus berapa kali kukatakan?" teriak Bara sampai urat-uratnya menonjol
Embun terdiam. Dia mulai takut melihat kemarahan Bara. Bara terlihat sudah berapi-api. Padahal, Bara sendiri yang memintanya untuk mengeluarkan suaranya
"Kau! Karena terlalu miskin dan orang tuamu tidak pernah membelikan mu apapun, jadi kau memanfaatkan adikku, kan? Akui saja perbuatan mu." lagi-lagi Bara menuduhnya
"Tidak, Tuan!" Embun menyangkal dengan suara pelan
"Jadi, kenapa kau memakai pakaiannya? Bahkan yang sedang kau pakai adalah yang paling mahal. Kau sengaja, kan? Ini adalah hadiah ulang tahunku untuknya, jelas aku tahu harga dari baju yang sedang kau pakai!"
Embun terkejut. Dia tidak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini. Padahal, dia hanya menuruti keinginan Belle saja. Tapi semuanya menjadi Boomerang untuk dirinya sendiri
"Tapi, Belle yang memintaku untuk memakai ini dan dia lah yang meriasku, tuan!"
"Kau mengada-ada, dia bahkan tidak bisa merias dirinya sendiri!" ucap Bara. Bara mengangkat tangannya ingin memukul Embun. Tapi untungnya teleponnya berbunyi
Embun yang mendengar ponsel Bara berbunyi, dia merasa sudah selamat. Dia harus berterima kasih pada sang penyelamat itu
Bara melihat nama yang tertera dilayar pipihnya. Dia berjalan menjauh dari istrinya untuk mengangkat panggilan itu
"Halo?" sapa Bara, dia menunggu orang itu untuk mulai berbicara dan memastikan apakah benar yang menelepon nya sekarang adalah orang yang selama ini ia nantikan
"Bara, aku sudah pulang! Bisakah kamu menjemputku sekarang?" ucap orang dibalik telepon
"Kenapa kau baru mengabariku? Aku sangat merindukanmu." ucap Bara
"Maafkan aku, Bara. Saat kita bertemu. Kita akan melepaskan rindu." ujarnya dengan lembut
Embun terus memperhatikan gerak-gerik Bara dari jauh. Wajahnya yang tadi penuh kemarahan sekarang sudah berubah menjadi sendu. Dan sekejap berubah lagi menjadi berseri-seri. Embun bertanya-tanya dalam benaknya. Sebenarnya, siapa yang menelepon suaminya hingga bisa meluluhkan kemarahannya
"Baiklah. Aku akan segera menjemputmu. Kau tunggu di ruang privat saja. Aku akan menemui nanti saat aku sampai." ujarnya
Setelah mematikan sambungan telepon nya. Bara kembali berjalan dan mendekati Embun
"Kau beruntung kali ini. Kau harus berterima kasih padanya lain kali." bisiknya dengan nada dingin lalu berlalu keluar kamar
Tepat setelah Bara mengemudikan mobilnya menuju bandara. Belle datang dengan tergesa-gesa. Dia berlari ke kamar milik Bara dan Embun yang terletak di lantai atas
"Kak!" pekiknya
Terlihat Embun yang sedang mematung dengan rambutnya yang masih acak-acakan. Menyadari Belle yang datang, Embun mengumpat dirinya sendiri karena lupa merapikan kembali rambutnya
"Kak, kamu tidak apa-apa, kan? Dia tidak melakukan apapun padamu, kan?" tanya Belle sambil memutar-mutar tubuh kakak iparnya
"Santailah. Dia tidak melakukan apapun padaku. Kau kenapa terengah-engah seperti itu?" tanya balik Embun
"Aku takut terjadi sesuatu padamu. Jadi, aku berlari secepatnya kemari. Untunglah kamu tidak kenapa-kenapa." ujar Belle sambil menggosok dadanya
"Ya sudah, kamu istirahat sana. Terlihat sangat lelah setelah mengkhawatirkan orang lain, ya?" ucapnya
"Ya, kak. Kak Bara pergi kemana?" tanya Belle lagi
"Entah, setelah menerima telepon, dia pergi dengan tergesa-gesa." jelas Belle
Sebenarnya, kemana dia pergi. Kenapa sangat bersemangat dan terlihat senang seperti itu, batin Embun
Dukung karya ini dengan berikan like, komentar, gift dan vote.
berikan juga rate 5 ya guys...
terima kasih ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Oktavia Hesti
nyesek ngeliat embun di perlakukan seperti itu,si laknat bara ini
2023-11-21
5
Nurjia Mubin
semangat atur💪💪💪💪
2023-05-19
0
Nur Lizza
bt bara nyesel thor
2023-02-14
0