Hari ini adalah hari pernikahanku dan Bara, orang yang akan menjadi suamiku kelak. Tak seperti pernikahan pada umumnya, pernikahan kami hanya dihadiri oleh adik-adiknya, adikku dan dua orang temannya yang tak ku kenali
Tidak ada satupun kerabat lain yang menghadiri pernikahan ini. Termasuk ayah dan ibuku sendiri sekalipun. Biasanya, calon pengantin akan tersenyum dan merasa sangat menantikan detik-detik menjelang pernikahan, itu tidak berlaku untukku
Aku bahkan memikirkan nasib buruk apa yang akan aku jalani kedepannya nanti setelah menjadi istri dari seorang Bara Wirastama. Saat aku melihat Bara, dia memang sedang tertawa ria bersama kedua temannya. Namun, aku tahu, itu bukanlah tawa kebahagiaan untuk pernikahan kami yang akan segera dilangsungkan
"Apakah sudah siap?" tanya penghulu yang sudah duduk di depan Bara. Sedangkan aku, duduk sedikit jauh dengannya, tepatnya di samping Belle dan Rena adikku
"Sudah!" jawab Bara dengan mantap
Mereka melangsungkan ijab Kabul yang selalu dinantikan oleh para wanita lain, didengar dan menangis haru karena dipersunting oleh orang yang dicintainya. Sedangkan aku, tidak ada tangis haru atau kebahagiaan yang terpancar dariku. Aku hanya diam, bahkan suara ijab kabul pun tak jelas ku dengar
Aku hanya terperanjat sadar saat tangan Rena menyentuh lenganku, menuntunku untuk menyalami pria yang sekarang sudah menjadi suamiku
"Selamat, kamu sudah menjadi nyonya Wirastama sekarang, kak!" ucap Belle dengan senangnya dan langsung memeluk Embun
"Iya. Terima kasih. Dan, sekarang kamu sudah menjadi adik ipar ku dan saudara adikku." ucap Embun sembari tersenyum ke arah Belle dan Rena, berusaha terlihat setulus mungkin
Kemudian, Bara dan kedua temannya datang menghampiri Embun. Mereka mengucapkan selamat dan meminta Embun berhati-hati saat malam pertama
"Ya sudah, kalian pulang sana! Aku ingin melakukan malam pertamaku dengan istriku." Bara mengusir paksa kedua temannya
"Ah kau ini, seperti baru pertama kali saja." ucap Rey keceplosan
"Apa maksudmu, Rey?" tanya Daniel yang sudah menangkap hal berbeda dari perkataan Rey
"Tidak, maksudku mereka pasti senang karena melakukan malam pertama." jawab Rey dengan cepat
Daniel masih mengerutkan alisnya. Dia tidak sepenuhnya percaya dengan penjelasan Rey yang menurutnya tidak masuk akal. Namun, dia tidak mau ambil pusing, Daniel langsung berbalik badan ingin pergi tapi ditahan oleh Rey
"Daniel, kau ingin pergi kemana?"
"Kita sudah di usir. Untuk apa berlama-lama disini?" jawab Daniel sekenanya kemudian melanjutkan langkahnya
"Sudah sana!" ucap Bara pada Rey. "awas jika kamu mengatakan hal-hal lain lagi!" bisik Bara yang terdengar penuh ancaman
Rey hanya tersenyum, padahal dirinya sudah ketar-ketir setelah mendengar ancaman Bara. Dia takut mulutnya akan kelepasan bicara lagi jika dipancing oleh Daniel nantinya
Rey langsung berlari mengejar Daniel dan berusaha mensejajarkan langkah mereka
"Ayo, kita kembali ke kamar sekarang!" ucap Bara pada Embun
"Ya. Rena, kakak akan masuk, kamu pulang dengan diantar supir, ya?!" ucap Embun yang mengalihkan perhatiannya pada adiknya
"Ya, kak. Aku akan pulang sekarang, karena sebentar lagi aku akan kembali bekerja paruh waktu." jawab Rena
"Ya sudah, lekas lah."
Rena berbalik dan keluar dari rumah itu, sedangkan Belle sudah masuk ke kamarnya sedari tadi. Embun juga mulai melangkahkan kakinya ke arah kamar utama, tepatnya kamar milik Bara dan juga akan menjadi kamar miliknya
Embun masih mematung di depan pintu. Dia masih ragu-ragu untuk masuk atau tidak. Dia takut saat tiba-tiba teringat kenangan malam itu lagi
"Masuklah! Kau ingin berdiri disana sampai besok pagi?" ucap Bara dengan suaranya yang khas
Embun masuk. Kemudian, dia duduk di sofa empuk yang berada di dalam kamar itu. Bara mendekatinya, tubuh Embun bergeser agar tidak terkena dengan Bara
"Aku, aku akan memindahkan pakaianku, tuan!" ucap Embun yang sudah berdiri dan hendak melangkah
"Kau berpikir berlebihan, aku hanya ingin mengambil handukku. Apa yang kau pikirkan?" ucap Bara sinis
"Tidak, aku tidak berani berpikir apapun, tuan!" jawab Embun skeptis
"Kau pasti dengan membayangkan malam kedua kita, kan?" tanya Bara yang sedang memunculkan senyum jahatnya
"Tidak, aku tidak berpikir seperti itu." ucap Embun cepat
"Kau tidak perlu bermimpi tentang itu, karena aku tidak sudi menyentuh wanita malam sepertimu!" ucap Bara dengan nada tingginya
"Aku bukan wanita seperti itu, tuan!"
"Sudah diamlah! Aku lelah dan ingin istirahat."
"Ya sudah, aku lebih baik kembali ke kamar ku saja, ya?" ucap Embun takut-takut
"Terserah kau saja, kalau kau ingin orang lain tahu tentang hubungan kita, dan sejarah bagaimana kita menikah. Maka lakukan saja sesuai kemauanmu."
Benar juga yang dikatakan nya. Orang lain pasti curiga jika melihat kami yang sudah menikah tapi tidur dikamar terpisah, batin Embun sambil meremas jari-jarinya
"Jadi, dimana aku tidur?"
"Disini. Aku tidak mau tidur seranjang denganmu."
"Baik, tuan!" jawab Embun
Bara tersenyum puas melihat Embun yang hanya menurut saja. Dia melangkah menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya. Tidak lama, dia langsung terlelap menuju alam mimpi
Berbeda dengan Embun, dia hanya menatap langit-langit kamar semalaman. Entah kenapa dia susah sekali untuk tidur. Padahal, tubuhnya sangat kelelahan hari ini
"Audrey.... Tolong jangan pergi," racau Bara ditengah-tengah mimpinya
"Kumohon, menetapkan bersamaku." sambungnya lagi
Embun yang mendengar itu pun bangkit dari posisi nyamannya. Dia berdiri di samping ranjang untuk mengecek kondisi Bara saat ini
"Kau bisa menjadi nyonya Wirastama, Audrey! Tetaplah bersamaku." ucap Bara sebagai kalimat terakhir
Mendengar kata terkahir yang diucapkan Bara. Embun terenyuh. Dia menitikkan air matanya, karena dia tahu, bagaimana sebenarnya dia Dimata dan dihati suaminya
"Siapa sebenarnya, Audrey? Aku harus mencaritahu." ucap Embun kemudian kembali ke sofa
Dia juga langsung terlelap setelah jam menunjukkan pukul 2:00
******
"Hey, bangun!" teriak Bara yang menatap Embun dengan tatapan horor
"Ah, maafkan aku, tuan! aku kesiangan." Embun bangun dengan nyawanya yang belum terkumpul
"Bagaimana bisa seorang istri bangun lebih lama daripada suaminya? Apakah kau tidak merasa harus menyiapkan kebutuhan suamimu?"
Embun menjelaskan pandangannya. Dia melihat Bara sudah siap dengan setelan pakaian formalnya sebagai Presdir
"Maaf, tuan! Aku semalam tidak bisa tidur dengan nyenyak." jujur Embun
"Aku tidak mau mendengar alasanmu. Dasar pemalas." hardik Bara
"Apakah anda sudah sarapan? Aku akan segera menyiapkannya." ucap Embun kemudian buru-buru memakai sandalnya
"Kau pikir ini sudah jam berapa? Kau menyiapkannya sekarang dan membuatku terlambat ke kantor!" bentak Bara. Dia tidak habis pikir dengan istri nya itu
"Maaf tuan! Aku akan cepat."
"Hentikan langkahmu! Aku sudah tidak berselera karena kau. Dasar pemalas!" hardik Bara sekali lagi dan pergi keluar kamar
Selepas kepergian Bara, embun terduduk kembali di sofa. Dia menangkup wajahnya dengan telapak tangannya
"Nasibku sangat menyedihkan." ucapnya dan menertawakan dirinya sendiri
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Athallah Linggar
ya pacarnya lah embun,kamu polos bangt sih. Wong selalu nyebut nmnya,ko masih bingung. Kamu hidup dijaman apa embunn,😡😡😡
2023-06-30
1
Nur Lizza
sabar y embun entr dr kesabaranmu akn ada hasilny
2023-02-14
0
Dede
🥺🥺🥺😭😭😭
2022-10-19
0