Embun sedang berada di taman, dia menanami beberapa jenis bunga mawar yang berwarna-warni. Dia memang sangat suka bunga, menurutnya bunga adalah salah satu makhluk hidup yang paling indah
Setelah melihat taman belakang yang luas dan kosong. Jiwa petaninya menggebu-gebu minta dikeluarkan. Tibalah hari ini, dia memang mengeluarkan bakat petaninya untuk menanami beberapa bibit bunga yang dimintanya dari tukang kebun di rumah itu
Awalnya, tukang kebun itu menolak untuk membolehkan Embun untuk bercocok tanam di situ. Tapi, setelah Embun mengeluarkan seribu macam rayuan mautnya. Barulah diizinkan
"Kak!" panggil Belle yang sedang duduk di bangku taman yang terletak di bawah pohon yang rindang
"Ya? Sejak kapan kamu berada di situ?" tanya Embun. Kemudian Embun berjalan mendekati Belle dan ikut duduk di bangku itu
"Dari tadi, kamu saja yang keasyikan menanam bunga, jadi tidak menyadari kehadiranku disini." sahut Belle
"Ya. Sekarang aku sudah selesai, ayo kita masuk sekarang." ajak Embun sambil menyeka keringatnya
"Kak, kamu sudah meminta izin pada, kak Bara? Kita kan hari ini rencananya akan berjalan-jalan di mall."
"Aku lupa. Ya sudah, aku mandi terlebih dahulu. Setelah itu, baru aku tanyakan, ya?" ujar Embun sambil tersenyum
"Baiklah. Aku menunggumu di kamarku, ya? Jangan lama!" ucap Belle yang langsung beranjak dari sana dan masuk ke kamarnya untuk mulai bersiap-siap
"Berani tidak ya aku berbicara padanya. Kejadian pagi tadi saja masih terus terngiang-ngiang di kepala ku." gumamnya
Embun masuk ke dalam rumahnya. Dia masuk ke kamarnya yang lama, karena semua bajunya ada disitu. Dia tidak berani memindahkan baju-baju jeleknya. Takut, kalau-kalau baju itu akan membuat Bara marah karena sakit mata saat melihatnya
Setelah selesai mandi dan berpakaian. Embun keluar dan menuju ke kamar Bara dan ditangannya dia membawa secangkir teh madu dengan dua blok es
TOK TOK TOK
Sebelum ada suara yang menjawab dari dalam. Embun sudah lebih dulu membuka pintu kamar nya sambil kesusahan karena sambil membawa nampan
"Percuma saja kau mengetuk pintu. Tapi belum dipersilahkan untuk masuk, kau sudah masuk." sindir Bara
"Maaf, aku pikir kamu sudah menjawabnya." jawab Embun pura-pura sudah mendengar jawaban dari dalam. Padahal, dia tahu kalau Bara belum menjawab
"Telinga mu sepetinya sudah bermasalah, ya?" ejek Bara
"Tuan, ini aku buatkan teh madu untukmu." Embun menyodorkan secangkir teh untuk Bara
"Kau memang baik, atau hanya berpura-pura baik, ha?"
"Aku hanya melakukan tugasku sebagai istri saja, tuan." jawab Embun
"Semalam, siapa yang memarahiku? Pagi tadi, siapa yang memarahiku juga?"
"Maafkan aku, aku hanya kesal saja karena kamu malah menuduhku. Padahal, itu semua kamu sendiri yang melakukannya." pekik Embun
Bara menutup laptopnya yang sedang dia pakai untuk bekerja. Dia berjalan ke sisi Embun dan berdiri tepat di samping wanita itu
"Kau tidak berhak kesal di rumah ini. Apapun yang aku perbuat, kau harus menerimanya dengan ketulusan hatimu. Paham?" bisik Bara dengan nada dingin
"Tapi, aku juga manusia. Rasa kesalku juga harus aku luapkan. Kalau tidak, bisa-bisa aku stres."
"Ya, kau memang manusia. Tapi, manusia sepetimu tidak berhak memberikan ekspresi di rumah ini." bentak Bara
"Aku ini istrimu, kenapa kau memperlakukan seperti binatang? Kesalahan apa yang sudah kulakukan padamu?"
"Kesalahan yang telah kau lakukan adalah, karena kau sudah terlahir sebagai wanita malam! Memanjat ke ranjang ku dengan tidak tahu malunya untuk bisa menjadi Nyonya Wirastama!"
"Aku tidak melakukan itu, tuan! Aku wanita baik-baik, tidak seperti yang anda pikirkan." bantah Embun berusaha menjelaskan
"Wanita baik-baik macam apa yang tengah malam bisa berada di tempat semacam itu, selain sedang menjajakan dirinya?" ucap Bara mengejek
"Aku berada disana karena aku...."
"Karena kau berusaha naik ke ranjangku setelah aku tidak sadarkan diri, kan?" Bara memotong ucapan Embun sebelum wanita itu sempat menjelaskan semuanya
"Tidak, bisa tidak anda mendengarkan aku terlebih dahulu?" pekiknya
"Diamlah? Kau tidak berhak untuk berteriak padaku! Sebenarnya, posisi nyonya yang kau sandang sekarang, bukanlah milikmu. Ada orang lain yang harusnya mendapatkan gelar Nyonya Wirastama yang sesungguhnya!" teriak Bara tepat di telinga Embun
Embun menutup telinga dan memejamkan matanya, dia tidak sanggup mendengar teriakan yang dilontarkan pria itu. Dia juga tak tahan lagi. Hinaan yang bertubi-tubi disuguhkan pria itu sungguh menyakitkan hatinya
"Siapa orang itu? Oh, biar aku tebak. Pasti Audrey, kan? Kau selalu menyebut-nyebut namanya, bahkan saat kau berada di atas tubuhku, tuan!" teriak Embun dikata-kata terakhirnya
PLAKK
Bara menampar Embun dengan kuat hingga mengeluarkan darah di sudut bibirnya. Embun hanya memegangi pipinya yang terasa perih, dan menatap ke arah Bara dengan tak percaya
"Jangan kau sebut namanya dengan mulut kotor mu! Jika kau berani seperti tadi berteriak-teriak padaku, keluargamu yang akan merasakan akibat dari keberanian mu itu."
Embun hanya diam mendengar penuturan laki-laki yang baru saja sah menjadi suaminya
"Keluar!" teriak Bara
Embun langsung berangsur keluar dari sana. Embun menuju kamar Belle. Sedangkan Bara, dengan tidak berperasaan nya, dia meminum teh yang tadi disajikan oleh Embun
TOKK TOKK
Belle sedang mendengarkan musik di kamarnya. Setelah mendengar suara ketukan pintu, dia langsung beranjak dari kasurnya
"Itu pasti kak, Embun. Ah, akhirnya aku punya teman juga untuk berjalan-jalan di mall." ucapnya sambil berjalan sambil bernyanyi ria
CEKLEK
Saat Belle membuka handle pintu kamarnya, dia tidak terlalu memperhatikan keadaan Embun. Lalu, dengan cerianya dia bertanya pada Embun
"Bagaimana kak, apakah kak Bara mengizinkan kakak ipar untuk pergi denganku?" tanya Belle antusias
"Ya. Mari, kita pergi." sahutnya setelah mengangkat kepalanya. Dan terlihatlah luka diujung bibirnya dan sedikit lebam di pipinya
"Kak, kamu kenapa? Ada apa dengan wajahmu ini?" tanya Belle yang sudah panik
"Tidak apa-apa, aku hanya terantuk meja karena tidak berhati-hati, terlalu senang karena ingin pergi denganmu. Bolehkah, aku masuk?" Embun memaksakan tersenyum
"Ayo masuk, Kak. Aku akan mengobati lukamu dulu. Setelah itu, baru kita pergi, ya?"
"Tidak perlu. Ayo, kita pergi sekarang!" ajak Embun
"Tidak. Kamu ingin pergi dengan keadaan yang acak-acakan begini? Lebih baik kamu mandi terlebih dahulu, barulah kita pergi, ya?" bujuk Belle
"Ya sudah, aku akan mandi di kamar saja. Bajuku ada disana."
"Mandi saja disini, setelah itu pakai saja bajuku, Kak. Ku lihat, ukuran kita sepertinya sama." pinta Belle
"Tapi, aku..."
"Ayolah, Kak. Turuti saja kemauan ku sekali ini."
"Baiklah." Embun hanya bisa pasrah
Belle mengambilkan handuk barunya untuk kakak iparnya itu. Selama Embun mandi, Belle hanya duduk diujung ranjang nya dan pikirannya menerawang entah kemana-mana
Sepertinya itu bukan karena terantuk meja. Dan ada luka lebam bekas jari diwajahnya. Sebenarnya, ada apa. Apa kak Bara yang melakukan itu, batinnya sambil menghela nafas
*********
Sementara itu, di pusat kota negara lain. Ada seorang wanita yang sedang melihat ponselnya untuk saling membalas pesan dengan seseorang
Dia tampak tersenyum sinis dan menggenggam ponselnya dengan kuat
"Jadi, setelah kepergian ku, kau menikah dengan seorang gadis miskin. Yang bahkan, tidak ada apa-apanya denganku. Baiklah, Bara! Jika kau ingin bermain, maka aku akan kembali dan merebut mu kembali ke dalam pelukanku." ucapnya dengan penuh keyakinan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Nur Lizza
dasar gk tau malu si audri uda mencampakan bara gini gilirn bara nikah msu di ambil lagi
2023-02-14
1
Nofitriasari
sabar yah embun,,bersyukur kmu punya adik ipar seperti belle yg baik yg sgt sayang sm kmu 😍
2022-12-14
0
erni hernawan
ihhh kok awal cerita gmn gituuu.... moga selanjutnya lbh menarikkkk
2022-12-13
0