Bara yang sudah merasakan seperti tersengat listrik aliran tinggi dari tubuhnya mulai meradang. Wajahnya sudah memerah bak udang rebus. Dia menghimpit Embun ke tembok dan mulai mencumbui istrinya dengan ganas
Embun memukul-mukul dada Bara dengan kuat. Namun, Bara tidak juga melepaskan ciumannya yang sangat menyengat bibir istrinya
Tangannya menyelusup ke dalam rok panjang yang dikenakan oleh Embun. Tangannya juga menyusup ke dalam kain yang berbentuk segitiga itu dan memasukkan jarinya ke area sensitif Embun
"Ah, tuan! Apa yang kau lakukan?" nafas Embun tersengal-senggal
"Kenapa? Kau sudah merasakan nikmat?" Bara malah mengejek
"Ah, lepaskan... aku ingin pipis." ucap Embun
Bara langsung melepaskan jarinya dari area sensitif Embun sesuai permintaan Embun. Ada rasa kecewa dalam diri Embun karena rasa yang tidak nyaman itu telah usai tanpa tuntas
"Kenapa? Kau kecewa? Aku tidak akan membiarkanmu merasakan kenikmatan itu. Aku hanya ingin menyiksamu saja dengan rasa yang tak terkendali itu." Bara tersenyum licik
Bara melepaskan tubuh Embun yang tadi direngkuhnya. Dia masuk ke kamar mandi. Embun menatap punggung suaminya itu degan tatapan nanar
"Kenapa aku bisa seberani itu padanya. Kalau dia membunuhku tadi, aku bisa langsung mati malam ini." Embun mengelus dadanya
Tapi, aksiku tadi keren juga. Kenapa ada gelenyar aneh seperti tidak nyaman ya dalam tubuhku. Dan, aku seperti kecewa permainan tadi telah usai, batin Embun
Bara keluar dari kamar mandi, langsung merebahkan tubuhnya di ranjangnya tanpa melihat Embun sedikitpun
Embun yang melihat Bara sudah merebahkan tubuhnya, dia juga ikut merebahkan tubuhnya di samping Bara
"Kenapa kau tidur disini? Turun! Sana tidur di sofa." titah Bara
"Kau tidak ingat apa yang baru saja aku katakan?" tanya Embun dengan sengit
"Aku tidak mau mendengar apapun darimu. Cepat tidur di sofa!" bentak Bara
"Aku akan tidur disini dengan suamiku." kekeh Embun. Dia langsung membalikkan badannya dan menarik selimut
"Dasar wanita sialan!" makinya yang kesal melihat tingkah laku Embun. Dia mengambil sebuah guling dan menaruhnya di tengah-tengah mereka berfungsi sebagai pembatas. Dia juga memutuskan untuk langsung memejamkan matanya
**********
Pagi harinya, Embun yang sudah terbiasa untuk bangun pagi, dia ingin meregangkan tubuhnya. Tapi tubuhnya seperti tertimpa dengan sebuah truk yang sangat berat. Dia membuka matanya dan terkejut melihat Bara yang sudah memeluknya seperti guling, bahkan nyaris seperti menimpa tubuh Embun
Bahkan, guling yang digunakan untuk pembatas yang dibuat oleh Bara sendiri, sudah teronggok di lantai dengan epik
"Tuan, bangun. Kakimu sangat berat seperti sapi betina yang sedang hamil." ucap Embun
Bara hanya bergumam, dia tidak bangun dan tidak bergerak untuk memindahkan tubuhnya yang sedang memeluk Embun
"Bangun tuan, aku mau berkemas dan menyiapkan keperluan anda. Pindahkan kakimu ini." Embun memukul-mukulnya kaki Bara yang menimpanya
"Kenapa guling hari ini sangat nyaman. Terasa seperti guling ternyaman di dunia." lirih Bara dalam tidurnya tapi masih bisa di dengar oleh Embun
"Ya aku tahu, tubuh istrimu memang yang ternyaman." gumam Embun
Dengan sekuat tenaga, Embun menghempaskan tubuh Bara dari atasnya. Dia menggulingkan tubuh suaminya dengan sangat kejam
**********
Setelah dia menyiapkan semuanya, dia membangunkan Bara dari tidur nyenyak nya. Bara bangun dan bersiap. Dia terkaget karena bajunya sudah di siapkan oleh Embun dan diletakkan di atas ranjang
"Tuan, baju anda sudah aku letakkan disitu. Setelah berpakaian, turunlah dan sarapan." ucapnya sambil menyisir rambutnya yang mula berantakan lagi akibat riwehnya kegiatan pagi yang dilakukannya
"Aku sudah tahu, jangan sok peduli. Sudah sana, mengotori mataku saja." sahut Bara ketus
Embun malah menyunggingkan senyum terindahnya untuk Bara. Dia seperti tidak merasa marah sama sekali
Bara turun setelah berpakaian. Dia duduk di meja makan yang sudah terhidang berbagai macam sarapan yang sehat dan bergizi
"Ini, tuan. Aku ambilkan nasi goreng untuk anda." Embun mulai menyendok kan nasi goreng ke piring Bara
"Aku tidak makan makanan berat di pagi hari." ucap Bara yang membuat Embun menghentikan kegiatannya
"Maaf, aku tidak tahu." Embun kembali meletakkan centong nasinya dan mengambilkan roti dan mengoleskan selai cokelat untuk suaminya
"Aku tidak suka makan yang manis-manis saat pagi hari. Tidak baik untuk kesehatan gigiku." ucapnya lagi
Dengan sabar dan telaten, Embun kembali mengambilkan roti tawar dan meletakkannya ke piring milik Bara
"Aku juga tidak suka makan yang tawar-tawar. Membuat tidak selera makan." ucapnya lagi seperti sedang mengerjai Embun
Kau lihat Embun. Aku bisa membuatku kewalahan dengan sikapku. Aku ingin melihat, sampai kapan kau bisa berpura-pura sok kuat seperti ini, batin Bara tersenyum sinis
Embun berbalik pergi meninggalkan meja makan. Bara mengira kalau wanita itu sudah melebihi stok sabarnya dan tidak mau berpura-pura sok kuat lagi
Tapi, dugaan Bara salah, ternyata Embun mengambil jalur lain. Tidak kehabisan akal, dia datang ke dapur dan menemui koki yang sedang berada di dapur
"Ada yang bisa kami bantu, Nyonya?" tanya koki yang sedang berbincang dengan temannya
"Biasanya, apa yang di makan tuan Bara saat sarapan?" tanya Embun yang memasang wajah senyum semanis mungkin
"Biasanya tuan memakan roti dengan selai kacang untuk sarapan Nyonya." jawabnya
"Roti selai kacang? Bukankah itu juga terasa manis?"
Koki itu hanya tersenyum sambil mengangguk tidak berani menjawab atau membantah. Setelah mengetahui kesukaan Bara, dia langsung mengambil selembar roti dan mengoleskan selai kacang dan meletakkannya di atas piring
Dia membawakannya ke hadapan Bara yang sedang memainkan ponsel dengan pelan, tidak ada suara sedikitpun dari piring yang bersentuhan dengan kaca meja
"Apa ini?" tanya Bara yang mengalihkan perhatiannya dari ponsel
"Roti tawar dengan selai kacang. Bukankah anda menyukai ini untuk sarapan? Ayo makan." ucap Embun dengan masih dengan senyum manisnya
Bara hanya menggigit roti itu dengan satu gigitan. Lalu, dia menaruh kembali roti itu di piringnya dan pergi meninggalkan meja makan dengan raut wajah kesalnya
"Kak, Bara!" panggil Belle yang duduk di teras seperti sengaja menunggu Bara
"Ya? Ada apa?" tanya Bara. Dia menghentikan langkah kaki nya sejenak untuk menghampiri adik kesayangannya itu
"Kakak mau berangkat ke kantor sekarang?" Belle basa-basi
"Iya. Apakah kamu memerlukan sesuatu? Kenapa kamu berada disini, kamu tidak sarapan?" tanya Bara
"Aku hanya duduk disini saja. Ingin menikmati angin pagi. Kak, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanyanya
"Tanya apa? Tanyakanlah." Bara kembali melihat jam yang dipergelangan tangannya
"Saat kak Audrey ingin pergi ke luar negeri saat itu. Dia naik pesawat dari bandara mana, kak?"
"Kenapa kamu menanyakan hal ini? Ada apa?" tanya Bara yang mengerutkan alisnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Nur Lizza
bsgus belle trus tnyakkn
2023-02-14
1
erni hernawan
alur nya lama² menarik..... ayo embun semangat
2022-12-13
0
Dede
kl km mau brthan di sisi bara embun, km harus menyiapkan stok sabar yg banyak, dan kuat kan mental km.
2022-10-20
0