Wajahnya tiba dengan ribuan rasa lelah. Untuk di hari yang akan datang, mungkin dirinya akan berpikir lebih panjang terlebih dahulu. Tapi kali ini yang datang adalah Adiknya sendiri. Bagaimana bisa ia mengendalikan situasinya.
Meskipun tidak hujan, langit masih sama seperti biasa. Dunia seperti menguap, oleh karena itu rasa panas mulai terasa.
Saat ini ia membiarkan dirinya rileks sejenak.
"Hahhhh~ aku lelahhhh." Keluhnya.
Baru saja ia ingin tidur tapi, orang lain tiba-tiba masuk dan membuatnya bertanya-tanya.
Tubuhnya masih lengket dengan sofa, kedua matanya pun menatap orang itu, "hm? Kau jadi lebih sering kesini." Ujar Lazel sambil menggaruk perutnya.
"Sekarang aku mengerti."
"Huh??"
Hyunjae memilih untuk tetap berdiri dan menatap Lazel dari atas, "kau pergi dengan teburu-buru ternyata hanya ingin bertemu dengan seorang pria." Ia mengatakannya dengan ringan.
"????" Awalnya Lazel menganggap kehadiran Hyunjae sebagai pengganggu, dan ternyata benar. Dan lagi, ucapannya itu sedikit kasar untuk di dengar.
Dengan wajah dan ekspresi seperti biasa, wanita itu akan meladeni omong kosong dari Suaminya, "ada apa ini? Kau datang hanya untuk membicarakan hal ini?" Kini gilirannya untuk memprovokasi Hyunjae.
"Jadi benar..." ia berdecak kesal, "yah... biasanya kau itu sangat tertutup, aku sedikit kesal melhatnya. Seolah-olah hanya diriku yang tidak peduli padamu-"
"Jika kau peduli padaku, apakah kau berharap jika aku akan melakukan hal yang sama?"
"Hm? Tidak juga."
"Sudah ku katakan berapa kali," kini suasananya semakin memanas. "Tidak perlu memikirkan atau mengikut campurkan dirimu pada masalah pribadiku."
"Hah? Kau pikir aku bisa santai seperti itu? Bagaimana jika ada yang melihatmu? Kau pikir hanya kau saja yang terkena masalah?"
"Ah~ ternyata masalah ini." Sepertinya Lazel sudah mengetahui alasan di balik kedatangan Hyunjae dan menindas dirinya.
"Aku bahkan dapat menemukan dirimu dengan mudah, bagaimana-"
"Denganmu?" Sambung Lazel dengan sorot mata yang datar.
"Huh?"
"Lupakan, aku akan mengingatnya, lain waktu aku akan lebih berhati-hati." Wanita itu lebih memilih untuk mengalah dan tidak melanjutkan perdebatan mereka.
"Aku datang hanya ingin memberitahumu tentang ini, camkan itu." Setelah mengucapkan kalimat terakhir, pria berambut hitam itu langsung pergi meninggalkan dirinya begitu saja.
Wanita dengan iris pink itu terduduk kembali dan menampakkan wajahnya yang datar. Kedatangan Hyunjae benar-benar membuatnya tak habis pikir. Bagaimana bisa pria arogan itu dengan mudahnya datang dan melemparinya dengan kesalahan yang dia buat.
Dan lagi... pria yang dibicarakan Hyunjae mungkin saja adalah Ian.
"Lagipula bagaimana bisa dia menemukan diriku?"
...◇• •◇...
Hari yang cukup buruk, hari selanjutnya setelah hari sabtu. Ia berharap lebih pada hari liburnya yang kedua. Kejadian kemarin benar-benar membuatnya hampir frustasi, itu merupakan pertama kalinya ia membuat kesalahan. Meskipun Hyunjae tidak beda jauh dengan kesalahannya.
Mau bagaimana lagi, pikiran orang itu sedikit meresahkan dan juga memiliki jangka pendek dalam berpikir jernih.
BRUAK!
"??!!"
Seluruh pelayan terkejut dengan suara bantingan barusan. Dan mereka yakin jika suara tersebut berasal dari Ruang Televisi.
Kepala Pelayan itu terlihat berlari mengitari villa untuk memastikan apa yang terjadi.
Yana tiba di pinggir tangga yang mengarahkan pada Ruang Televisi, "Nona!"
Yana melihat dari atas jika Majikannya dalam keadaan tidak baik. Kini dirinya dapat mengetahui jika suara bantingan itu berasal dari Majikannya, yaitu Lazel.
Untuk lebih memastikannya Yana segera menuruni anak tangga, dan melihat guci berukuran sedang berwarna cokelat sudah rusak parah dan pecah.
Kini Lazel ingin mengulangi kejadian yang sama.
"N-Nona! Apa yang Anda lakukan?" Yana segera menghentikan tindakan dari Lazel dan meminta wanita beriris pink itu untuk melepaskan guci lainnya.
Saat ini Lazel terlihat dalam keadaan yang emosi. Kedua matanya yang bertaut menunjukkan emosi yang tinggi, serta bantingan kuat yang disebabkan dari bantingan.
"Sial!"
Ia langsung bergegas pergi dan menuju lantai atas.
Yana prihatin melihat Nonanya seperti itu, ia sudah dapat merasakan jika pertemuan Hyunjae dan Lazel tidak akan pernah berakhir damai. Lagipula apa yang diucapkan Hyunjae pada Lazel, semuanya memang benar. Tapi Yana tidak menyangka jika Tuannya itu akan melampiaskannya pada Nonanya.
...◇• •◇...
Bermain dengan jutaan wanita?
Itu bukanlah prakara yang mengejutkan. Selain menggunakan wajahnya, pria itu juga memanfaatkan kedudukannya untuk menutupi tindakannya. Mulai dari uang, ancaman hingga bersangkutan dengan nyawa.
Memangnya apa yang mustahil dilakukan bagi orang kaya sepertinya?
Bahkan pelayan rumah tidak boleh membicarakan ini pada orang lain atau ikut campur pada urusan Majikan mereka. Merasa kasihan atau tidak, tugas mereka hanya melayani.
Di dalam kamarnya, seseorang sedang berdiri di depan balkon dengan wajah yang masih mengeluarkan amarah.
"Apa perlu aku membunuh semua wanita simpanannya agar rasa emosional ini menghilang?" Meskipun hanya kalimat dalam hati, tapi dari raut wajahnya sama sekali tidak ada bahan candaan.
Perempuan berpakaian tertutup itu menghembuskan nafas berkali-kali dan mencoba menurunkan rasa marahnya. Dirinya juga mulai berpikir dengan baik.
"Tenanglah Lazel, sesuatu seperti ini tidak akan membuat dirimu membaik." Batinnya.
Angin sejuk berhembus di hadapannya, rambut perak itu berkibar layaknya kupu-kupu, serta sorot mata bagaikan permata. Kulit pucatnya membuat rona di bibirnya semakin merah.
Lazel sangat identik dengan kupu-kupu. Setiap perhiasan yang ia kenakan pasti berhubungan dengan kupu-kupu. Bahkan pita rambut yang sering ia gunakan berbentuk kupu-kupu.
Begitupula dengan kamarnya sendiri, dengan keterampilan yang ia miliki. Dirinya mendekorasi atau menghias kamarnya layak kupu-kupu.
Tetapi... dirinya sendiri nampak seperti kupu-kupu yang beracun.
Tok! Tok! Tok!
Kedua matanya melirik, "..............."
"N-Nona, Saya membawakan ramen kesukaan Anda."
Lazel mendengar suara Yana dari balik pintu kamarnya, "benar juga... sebelumnya aku begitu emosi." Pikirnya.
...◇• •◇...
Makan ramen seusai melampiaskan amarah memang luar biasa, apalagi dengan porsi yang lebih.
Seolah-olah tak terjadi apapun, ia dapat makan dengan baik dan lahap.
"Ayolah~ jangan menatapku seperti itu," tukas Lazel yang merasa kurang nyaman dengan tatapan Yana. "Apa kau mau? Aku bisa memberikan satu padamu." Tawarnya pada Yana.
"T-Tidak perlu Nona, aku memesannya hanya untuk Anda." Tolaknya.
"Oh, baiklah."
Yana, wanita yang jauh lebih muda dibandingkan Lazel itu telah melayaninya selama sepuluh tahun. Dimana Lazel untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di Keluarga Pietra.
Meskipun melayani sosok seperti Lazel, Yana tidak pernah mengeluh atau merasa terbebani. Majikannya memang memiliki kepribadian yang buruk, mulai dari tutur kalimat hingga ke tindakannya.
Tetapi... walaupun dalam mode emosi seperti itu, Lazel tidak pernah membedakan siapapun meskipun mereka memiliki pangkat yang berbeda.
Dirinya juga yakin bahwa banyak orang di luar sana yang sepemikiran dengannya.
...◇• •◇...
"Huft..." perut bundar itu mendapat elusan dari Sang Pemilik.
Sepertinya ia tidak akan sanggup menerima muatan lagi. Bahkan dirinya harus terbaring di atas sofa dalam keadaan tidak bisa bergerak.
Hari hampir sore, tidak ada kegiatan yang ia lakukan. Oleh karena itu untuk menghilangkan rasa bosannya, Lazel pergi mengunjungi Rumah Kaca yang terletak tepat di samping villanya berada.
"Nona, apa Anda mau pergi?" Yana baru saja datang seusai menyelesaikan pekerjaannya.
"Ya, disini membuatku bosan, aku akan pergi ke samping untuk beberapa waktu." Jawabnya.
"Apa tidak keberatan jika Saya menghias rambut Anda?"
"Hm~ tentu." Senyumnya.
...◇• •◇...
"Kira-kira sudah berapa lama aku tidak mengelilingi halaman?"
"Mmm... mungkin tiga minggu yang lalu?"
Dress dengan warna ungu itu ia gunakan untuk berkeliling halaman sekaligus mengunjungi Rumah Kaca. Cuaca di sore hari begitu baik, matahari masih meredupkan cahayanya di balik awan yang gelap.
Rambut perak itu tergerai panjang dengan sebuah pita kupu-kupu senada dengan warna dressnya yang terletak di bagian belakang kepalanya.
Pakaiannya begitu panjang sehingga menyeret lantai.
"Whaa~" tatapannya berkesipu saat mendatangi sebuah tempat yang indah. "Ladang bunga!"
Kakinya mendekat sambil memperhatikan satu-persatu barisan bunga yang tertata rapi.
Kedua tangannya menempel pada pinggang, "perawat kebun memang lihai dalam merawag ladang." Ujarnya.
Ladang bunga yang terletak di belakang rumahnya tidak begitu besar, namun terlihat sangat indah. Di tengah-tengah ladang tersebut terdapat air mancur dan juga tempat duduk, jika dilihat dari jauh maupun dekat, pemandangan itu sangatlah indah.
"Aw!" Jeritnya.
Ia menatap tajam bunga mawar yang ada di samping kakinya, "bunga ini... membuatku kesal saja." Tukasnya.
Pekerjaannya begitu banyak, sehingga aktivitas untuk membuat dirinya santai sangat kurang. Selain berkutik di meja Direktur, ia juga memiliki tugas lainnya untuk mengurus rumah.
"Yah~ meskipun memasak bukan salah satunya."
...◇• •◇...
Di tengah-tengah lingkungan yang mewah, ia dapat menikmati semuanya secara bebas. Sebenarnya wanita itu sangat ingin memperlihatkannya pada Ian dan juga kedua orang tuanya. Namun, ia harus memikirkan resiko yang harus ditanggung.
Bahkan jika hal itu terjadi, dirinya harus membicarakannya segera mungkin dengan Hyunjae.
"..............." berbicara mengenai pria itu kembali membuatnya kesal.
"Siapa yang peduli pada pria penuh skandal sepertinya." Tanpa sadar ia mengatakannya secara terang-terangan.
"Hoo~ jadi aku memiliki julukan lain."
"!!!!" Suara berat itu tepat berada di belakangnya dan membuat tubuhnya berpaling secara otomatis.
"Kau?" Ucapnya dengan wajah datar.
Seseorang yang baru saja dibicarakan kini muncul di hadapannya.
Rambut hitamnya terbentuk mempesona seperti biasa, namun ia memakai pakaian yang begitu santai, kaos hitam berlengan pendek dengan beberapa tulisan asing di bagian lainnya. Kalung dengan bentuk rantai itu mengelilingi lehernya, serta tindik yang terpasang di bagian kanannya.
Lazel menatapnya malas, "apa yang kau lakukan disini?"
...◇• •◇...
Langkah demi langkah yang ia berikan semakin berat dan juga tak bersemangat. Karena Hyunjae masih mengikuti dirinya dari belakang.
Kini sudah habis kesabarannya, dan waktunya untuk bertanya secara langsung, "hei, apa kau sedang latihan menjadi seorang stalker?" Ia bertanya dengan wajah yang kesal.
"Lingkungan ini bukan milikmu saja, apa kau lupa dengan kehadiranku?"
Kelingkingnya memasuki salah satu rongga hidungnya, "hah? Yaa... aku tidak begitu peduli." Ucapnya santai.
Lazel tidak ingin membuat masalah lain dengan pria itu, akan lebih baik jika dirinya melanjutkan santainya tanpa merasakan keberadaan orang lain.
Sedangkan Hyunjae masih mengikutinya dari belakang.
Tatapan pria itu seperti masa bodoh terhadap apapun, namun setelah melihat apa yang terjadi pada wanita yang di hadapannya, membuatnya sedikit terdiam.
Selama ini, Lazel yang dirinya kenal adalah, perempuan yang tidak pernah tahan tanpa celana dan kaos biasa. Dan sekarang yang ia dapatkan adalah, wanita yang feminim.
Kedua matanya yang sebagian tertutup dengan rambut menatap Lazel dengan serius, "aneh... biasanya dia selalu berisik dan juga selalu mencari masalah denganku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments