Sebelumnya, Byul mengatakan jika dirinya melihat Egis di belakang kantor dengan beberapa makanan. Asistennya itu berpikir jika sebagian makanan itu akan diberikan pada Bosnya. Hal itu sudah dapat ditebak dari sikap dan tindakan Egis yang selalu ingin menempel pada Lazel.
Perlahan pun ia mulai berpikir, mungkin tindakan sebelumnya itu sedikit berlebihan. Namun pria menjengkelkan itu masih berusaha untuk menyenangkan dirinya.
Perasaannya seketika menghilang bersama dengan kepergian Egis. Sulit dikatakan dengan cara terbuka jika Lazel sedikit merasa senang dengan pria itu. Namun hingga kini Egis belum kembali, sebagai penggantinya, Hyunjae lah yang datang.
Pria yang berstatus sebagai Suami Lazel itu sedang duduk di hadapannya dan menatap wanita itu dengan kedua matanya.
"..............." melihat dari bentuk dan juga posisi, ia menduga bahwa Lazel tidak sendiri.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Lazel, yang tidak begitu penasaran.
"Bukankah aku sudah mengatakan padamu jika aku akan mengunjungimu di siang hari?" Ujar Hyunjae sambil mengeluh.
"Oh, benarkah? Aku tidak mendengarnya," ujar Lazel dengan kelingking yang masuk di telinga kirinya. "Mungkin karena hujan." Sambungnya dengan nada pelan.
"Jadi... siapa yang menemanimu?" Hyunjae ingin melepaskan rasa penasarannya pada seseorang yang sudah menemani Lazel makan siang.
"Hah?? Kau tidak perlu tahu."
"Ck! Sudah kuduga."
"Tentu saja, kau harus menduganya. Karena aku tidak pernah mengusik hidupmu atau bertanya apapun mengenai hidupmu." Ujar Lazel dengan kalimat santai namun terdengar tegas.
Hyunjae terdiam. Pria dengan kemeja lengkap itu dengan rambut hitam yang sedikit basah. Mulai dari wajah, postur tubuh dan lain-lain, semuanya nampak mengesankan. Wanita manapun akan terkesan saat melihatnya, namun pria ini tidak akan pernah setia pada satu wanita. Ini bukanlah masalah, tapi Lazel kurang menyukai seseorang yang ingin mengetahui apapun yang dirinya lakukan.
"Kau memiliki banyak waktu luang sehingga dapat pergi melihat diriku," ia menyeringai dengan tangan kanan yang menarik dasi Hyunjae. "Tapi aku baik-baik saja bukan? Jadi kau tidak perlu khawatir." Sambungnya bersamaan dengan tangan yang terlepas dari dirinya.
...◇• •◇...
Waktu hampir berlalu begitu saja, dan pembahasan mereka sekarang mulai saling menyindir satu sama lain.
"Oho~ ada apa lintah? Kau sadar bukan jika Koala bajing*n itu memakan hartaku."
"Lazel, harus berapa kali ku katakan, itu hanyalah sebuah patung."
"HAHH??" wanita itu menaikkan nada bicaranya, "aku tidak peduli dia patung atau bukan, tapi aku akan berusaha menghancurkannya dan mengambil apa yang menjadi milikku." Ucapannya begitu serius.
"Shh~ dasar wanita mata uang."
"Wohohoho~ terima kasih pujiannya." Jawab Lazel dengan senang.
"Orang ini sudah tidak waras jika berhubungan dengan uang."
Berdebat seperti ini sudah hal yang biasa. Paling umum perdebatan mereka selalu bersangkutan dengan uang, uang dan uang. Wanita seperti Lazel memang menyukainya sejak dulu. Sedangkan Hyunjae berusaha untuk memprovokasinya, namun gagal. Wanita itu malah tertawa dan merasa senang.
Hyunjae berdiri dari duduknya.
"Hm? Mau kemana kau?"
"Hm~ tak kusangka. Sebelumnya kau berharap aku pergi dengan cepat, namun sekarang kau mencoba untuk menahan diriku."
"Jangan asal bicara," ujar Lazel dengan ekspresi wajah menjijikan. "Yah... meskipun ada benarnya."
"Aku ada pertemuan, sampai jumpa."
Wanita itu menyandarkan wajahnya dengan tanga yang menyanggah di atas meja, "pertemuan? Pertemuan dengan para selirnya?" Kekehnya.
"Ngomong-ngomong... DIMANA EGIS?!"
...◇• •◇...
Kedua tangannya memegang stir mobil dengan erat. Tatapannya terfokuskan pada layar kaca mobil yang ia kendarai.
Hyunjae Pietra, salah satu Putra Pietra yang mencapai puncak keberhasilan. Pria itu memiliki ciri-ciri, mata yang sipit, rambut hitam yang tebal, warna iris abu-abu kelam, tinggi yang melebihi rata-rata. Belum lagi tubuhnya yang besar. Namun ia selalu memperlihatkannya pada wanita-wanita di luar sana.
Pria bertindik itu sama sekali tidak pernah memperdulikan apapun yang bersangkutan dengan Istri Sah nya. Semua yang ia lakukan hanyalah akting dan drama yang dipertunjukkan di seluruh wajah keluarganya. Selebihnya ia bukanlah apa-apa.
Namun, ada beberapa fakta yang perlu diketahui. Selama sepuluh tahun mereka menikah. Ia tidak pernah melihat kelemahan Lazel dan juga selalu bersikap tertutup di hadapannya. Kelemahan yang dimaksudkan adalah, ia tidak pernah melihat Lazel dalam kondisi drop atau stres bahkan hingga membuatnya menangis.
Awalnya ini menjadi sebuah rasa khawatir bagi Hyunjae. Tapi, setelah apa yang mereka jalani. Semuanya tidak seburuk itu. Karena pada awal pertemuan mereka, Lazel tidak pernah memperlihatkan kondisi terlemahnya.
Menurut Lazel ini wajar terjadi. Untuk apa memahami keluhan satu sama lain jika pada awalnya tidak ada rasa peduli? Itu sama saja membuang-buang waktu.
"Untuk apa aku memikirkannya." Ujarnya dengan tangan yang mengusap rambutnya yang sedikit basah.
"Tidak akan ada yang terjadi... semua akan berakhir, secepat mungkin."
...◇• •◇...
Menyedihkan? Memangnya apa yang patut kalian sedihkan? Kondisi mereka yang begitu buruk?
Tidak tidak, meskipun sudah menempuh waktu bertahun-tahun keduanya masih dapat mengatasi masalah yang memperlibatkan mereka.
Come on~ tidak ada yang perlu di khawatirkan. Cepat atau lambat... semuanya akan berakhir sesuai dengan rencana yang telah mereka buat.
Di sisi lain, apa yang hilang kini kembali. Namun ada suatu keanehan yang terjadi.
Ia menatap dengan hati-hati. "H-Hei, darimana saja kau?"
"Membeli minuman."
"Apakah membutuhkan waktu selama ini?"
"Ya."
"Apa-apaan dengan jawaban singkat itu?!"
Setelah kepergian Hyunjae, Egis pun kembali dan membawa beberapa minuman. Bahkan ramen yang ia tinggalkan hampir dingin.
"Hah~ oh!" Lazel merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu lalu ia letakkan di hadapan Egis, "kau meninggalkan ponselmu."
Benda persegi berwarna biru itupun menarik perhatian Egis.
"!!!!" Dengan secepat kilat ia mengambilnya, "k-kau tidak melihatnya bukan?!"
"Melihat? Melihat apa??"
"Isi dari ponselku!"
"Hei! Ini sudah era modern! Untuk apa aku melakukannya jika pin membuatnya terjaga!"
"Benar juga." Ucapnya polos.
"Bajing*n ini..." awalnya ia merasa khawatir, namun sepertinya tidak seperti itu. Mungkin saja pikirannya yang terlalu berat.
"Tapi... mengapa dia memperlihatkan ekspresi yang begitu sedih?" Tangannya mengibas angin di wajahnya, "cih! Untuk apa aku memikirkannya."
"????"
...◇• •◇...
Hari ini adalah hari terakhir untuk mengunjungi kantor. Dalam dua hari ke depan waktunya libur, hari yang ditunggu-tunggu para pekerja akhirnya tiba.
Sebuah ruangan dengan pintu yang terbuat dari kaca, baru saja ruangan itu ditinggalkan dengan para anggota rapat, salah satunya adalah Lazel sendiri.
Jika dibilang berat, ya hari ini memang berat. Pekerjaan yang menumpuk, rapat yang beberapa hari ditunda akan dilaksakan hari ini, dalam pertemuan tersebut, mereka akan membahas semuanya dan berakhir di hari yang sama.
"Byul, apa ada yang harus dikerjakan lagi?" Tanya Lazel yang terlihat baik-baik saja setelah pekerjaan beratnya.
"Tidak ada Nona, semuanya-"
"..............." langkah mereka terhenti, setelah sebuah minuman melayang dan tumpah ke arahnya dengan semburan yang sempurna.
"Oh tidak, Bos." Ujar Egis yang merasakan hawa-hawa bahaya.
"Egis... apa yang kau lakukan."
"M-Maaf!"
...◇• •◇...
Suara mesin masih berbunyi. Kedua tangannya melipat ke depan dengan raut wajah yang kesal. Tapi... atas kejadian seperti itu Lazel merasakan deja vu, karena pernah melakukan hal yang sama pada Egis. Jadi dia tidak terlalu mempermasalahkannya.
Saat ini ia harus mengeringkan jasnya terlebih dahulu, jas itu memiliki daya tahan dingin yang ampuh. Oleh karena itu ia tidak boleh kembali tanpa jasnya.
Seorang Asisten muncul dari balik pintu berwarna putih itu, "Nona, saya sudah menyelesaikan sisanya, jadi biar saya-"
"Pergilah, aku bisa melakukannya sendiri." Selanya.
"T-Tapi Egis meninggalkan jasnya dan berniat untuk meminjamkannya pada Nona."
Mendengar hal itu membuatnya terkejut, "hah?? Mengapa dia melakukan itu?"
Byul menyerahkan jas luaran berwarna biru tua yang dimiliki oleh Egis, "entahlah... tapi saat ini dia sudah pergi, mungkin ada sesuatu yang mendadak."
Lazel berpikir keras, memang sangat bagus jika pria itu berniat untuk bertanggung jawab atas kesalahannya. Namun, menurutnya hal ini sedikit berlebihan.
Seketika ia mengingat sesuatu yang sudah berlalu, "ah~ waktu itu aku harus membuatnya menginap di rumah."
Ia menatap jas tersebut sambil berpikir dengan keras, "kurasa tidak ada jalan lain selain menerimanya."
"Hm?" Ponselnya memberikan bunyi nontifikasi. Lazel merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel berwarna putih.
"..............."
^^^"Bos! Maaf karena sudah mengotori pakaianmu! Silahkan gunakan jas milikku! Maaf jika kurang nyaman untukmu :)"^^^
Setelah menerima pesan dari Egis, ia tidak tahu harus membalas apa. Memang memungkinkan jika jas milik Egis tidak begitu nyaman atau tidak sehangat miliknya. Tapi apa boleh buat, pria itu sudah melakukan segalanya, dan tidak ada alasan untuk menolak.
"Byul, berikan jas itu."
"Baik."
Seketika ia langsung merasakan sesuatu aaat mengenakan jas Egis, "i-ini!"
"A-Ada apa Nona?!"
"W-Wangi sekali."
"..............."
...◇• •◇...
Matanya tertuju pada ponsel yang berada di tangannya. Saat ini ia tengah duduk di halte yang terletak di depan gerbang perusahaannya.
Kesendiriannya membuat sebuah mobil berhenti di hadapannya, "Nona, apa Anda tidak membawa kendaraan?" Tanya salah satu pegawainya.
"H-Hm, ya begitulah."
"Bagaimana kalau kami memberi Anda tumpangan?"
Lazel melihat jika mobil tersebut membawa begitu banyak orang. Cukup menyenangkan jika berpergian bersama-sama.
Wanita berambut perak dengan kupu-kupu sebagai pita rambut itu tersenyum ramah, "haha~ terima kasih, tapi Hyunjae sudah berada di dalam perjalanan."
"B-Benarkah? Kalau begitu kami duluan~"
"Hihihi~ Nona akan dijemput oleh Tuan Hyunjae."
"Ngomong-ngomong mereka pasangan yang cocok!"
Sebelum menaikan jendela mobil, perbincangan mereka sekilas terdengar oleh Lazel.
Yah sungguh menyenangkan dapat melihat keadaan seperti mereka. Namun salah satu kalimat mereka sangat keliru. Menurut Lazel ucapan dan pujian itu hanya omong kosong belaka yang tidak akan pernah terjadi.
Antara dirinya dan Hyunjae, mereka berdua tidak seiras dengan pemikiran orang lain.
Daripada memikirkan itu... wanita itu mulai merasa nyaman dengan jas yang diberikan Egis untuk dirinya.
Suara klakson mobil terdengar. Lazel menyadari jika itu adalah Hyunjae yang baru datang menjemputnya.
Mobil itu berhenti tepat di depannya, "maaf, apa kau-"
"Lama!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments