"Hah?? Mobil kami tidak muat untuk membawamu, Ibumu dan Adikmu."
"B-Benarkah? B-Baiklah kalau begitu."
Hidup kami tidaklah seburuk perkiraan orang-orang. Namun, mereka memperlakukan kami layaknya pengemis.
Karena yang kaya hanya duduk di atas dan meremehkan apapun yang ada di bawahnya. Sungguh pemandangan yang menjijikan. Memangnya apa yang dibanggakan hanya dengan uang? Uang tidak akan menemani dirimu saat mati. Melainkan menjadi jaminan jika dirimu akan mendapatkan posisi yang baik.
Uang bukanlah segalanya!
...◇• •◇...
"Kakak!"
"Whoooaaaaa lihat siapa yang berlari!"
Wanita bertubuh tinggi dengan anting-anting kupu-kupu baru saja tiba di tempat sebenarnya. Adik laki-lakinya menyambut dirinya dengan senang dan gembira.
"Lazel? Kau datang?"
"Huh? Benarkah?"
"Ibuu!! Ayah!!" Lazel melebarkan kedua tangannya dan berlari ke arah Ibu dan Ayahnya.
Pelukan manis pun terjadi. Bahkan senyumannya benar-benar terlihat saat di tempat dirinya yang asli.
"W-Whoa~ kau datang? Dimana Hyunjae?"
"Oh! Dia pergi ke Amerika untuk perjalanan bisnis," tidak sampai disitu, bahkan di depan orang tuanya sendiri, ia harus melakukan akting. "Aku ingin ikut, tapi dia tidak memiliki waktu luang bersamaku, oleh karena itu lebih baik tidak perlu memikirkannya."
Setelah meninggalkan kediaman Mertuanya, Lazel langsung pergi ke rumah orang tuanya, atau rumah dirinya saat kecil dulu.
Rumah biasa, tidak ada yang perlu di banggakan. Perabotan yang apa adanya, padahal ia memiliki uang yang banyak untuk merenovasi rumah lamanya. Tetapi kedua orang tuanya menolak permintaan itu.
Wanita berpakaian rapi itu merebahkan tubuhnya di atas sofa yang berukuran sedang.
"Kau terlihat kelelahan, apa pekerjaanmu sesulit itu?"
Ibunya datang dan membawa beberapa cemilan dan cokelat hangat seperti biasa.
Lazel membenarkan posisi duduknya. "Apakah aku terlihat seperti itu?" Senyumnya.
"Hm~ jika kau lelah, setidaknya biarkan dirimu beristirahat du-"
"KAK! AYO JALAN!"
Ucapan Ibunya terpotong karena Adik laki-lakinya yang menyambar.
"Ian, Kakakmu baru saja datang, dan kau meminta jalan dengannya?" Ujar Ibunya.
"Baiklah~" Lazel meletakkan jas luarannya dan hanya mengenakan kemeja putih polos.
...◇• •◇...
"U-Um..."
"Hahaha! Ini menyenangkan!" Ujar Ian yang berlari ke arah mobil merah yang terparkir di samping rumah.
"Benarkan, ayo Ibu." Tangannya menarik sosok wanita yang menyerupai dirinya dan mulai memiliki kerutan di wajahnya.
"Mengapa Ibu harus ikut? Bukankah-"
"Baik~ baik~ kita akan membeli semuanya, aku akan membelikannya untuk kalian." Sela Lazel.
"UWOOOO!! Benarkah??"
"Hm! Percayakan saja padaku!" Lazel membanggakan dirinya. "Dan supir kita hari ini adalah... Ayaah!"
Meskipun penampilan keluarga mereka tidak terlihat seperti orang lainnya. Namun Ayah Lazel mampu mengendarai apapun, termasuk mobil dengan merek yang berbeda-beda.
Bunyi kunci mobil mewah milik Lazel lainnya itu membuat seluruh orang yang ada di sekitar menoleh. Bisikan demi bisikan menceritakan apapun pada keluarganya.
"Ibu, aku akan membukakannya untukmu~" ujar Lazel yang membukakan pintu mobil tepat di samping Ayahnya mengemudi.
Sebelum dirinya memasuki mobil, sebuah rumah yang berada di sampingnya memasang wajah kecut dan remeh.
Tangan kananya yang terdapat tato kupu-kupu membuka pintu mobil dengan wajah sombong. "Ohohoho~ apa kau baru saja melihat orang kaya?" Tukas Lazel dengan wajah yang setengah tertawa.
...◇• •◇...
Perjalanan mereka ramai dengan ocehan kecil Ian dan Ayahnya. Ini bukanlah pertama kalinya, jika Lazel memiliki waktu luang, ia akan menyempatkan dirinya untuk menjenguk keluarganya.
Meskipun jadwal selalu mengejar dirinya, wanita itu selalu terlihat mampu untuk melakukan semuanya.
Siapa yang tidak senang memiliki anak seperti Lazel. Bukan hanya terkenal kaya dan bergelimang harta. Putri pertama dari Keluarga Zoclis, itu adalah Marga keluarganya.
Jenius, pandai dalam hal apapun, termasuk hal yang berkaitan dengan uang.
Dan akhirnya mendapatkan lamaran dari seseorang yang terkenal, yaitu Keluarga Pietra.
Untuk satu hari ini, ia akan menghabiskan waktu dengan seluruh keluarganya. Meskipun jarang melakukannya, Lazel tetap tidak bisa menjauh dari orang tuanya.
...◇• •◇...
Gedung putih yang berjejer tinggi, tempat restoran yang terkenal, hingga Game Arcade kesukaan Adiknya.
Tangan mereka penuh dengan bawaan masing-masing. Lazel memenuhi semua permintaan kedua orang tuanya dan juga Adiknya. Sungguh, meskipun telah lama berpisah, ia masih merasa jika dirinya telah mengambil langkah yang salah.
Dengan cara berbohong, keluarganya bahagia. Padahal ini bukanlah keinginannya, melainkan dendam dan juga harga diri.
Sudah cukup orang-orang merendahkan Keluarga Zoclis. Sudah cukup keluarga besarnya sendiri memperlakukan Ibunya seperti pembantu. Sudah cukup baginya melihat Adiknya seperti beban. Sudah cukup baginya untuk melihat Ayahnya seperti pengemis.
Wanita dengan kemeja putih dan celana panjang hitam itu berhenti dari jalannya. Tatapannya tertuju pada lantai yang ia pijak.
Ingatan itu sungguh memuakkan, bahkan untuk melupakannya saja sulit. Tapi setidaknya, ia bisa-
"Kakak?"
"!!!!"
Bocah setinggi pundaknya itu menatap dirinya dengan khawatir.
"Apa Kakak-"
"Ada apa huh?" Lazel menggenggam wajah Adiknya dengan kedua tangannya, "apa semua ini kurang? Apanya yang kurang? Katakan padaku, aku akan-"
"Apa Kakak baik-baik saja?"
"Aku?? Memangnya aku terlihat seperti apa?"
Kepalanya menggeleng kuat. "Tidak, tidak ada apa-apa!"
...◇• •◇...
"Apa kau harus pulang?" Ian memegang tangan Lazel dengan kuat.
Pria yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas itu tidak rela jika Kakaknya akan secepat ini akan pergi.
Pria itu hanya memiliki Kakaknya saja, disaat ia tidak satu pemikiran dengan orang tuanya, maka Lazel akan datang dan memarahinya serta menasihatinya seharian. Semua ucapan Lazel selalu membuat dirinya terdiam dan kehabisan kata-kata.
Sikapnya yang masih kekanak-kanakan itu hanya ia tunjukkan pada Kakak satu-satunya. Terkadang Ian juga merasa khawatir jika Lazel memiliki masalah berat dalam kehidupannya. Karena saat ini Lazel juga memiliki keluarga yang baru. Wanita itu pantas bahagia dengan apa yang didapatkan.
Lazel meletakkan telapak tangannya di atas kepala Ian. "Haah~ kau ini sudah besar, bukankah ini tahun terakhirmu? Belajarlah dengan giat, aku akan memasukkan dirimu ke tempat kuliah yang terbaik."
"B-Baiklah."
Hari semakin gelap, Lazel lekas meninggalkan rumah orang tuanya dan juga Ian. Mobil White Bugatti itu melaju dengan cepat meninggalkan halaman rumah.
"Ian, ayo masuk." Ujar Ibunya.
Pria berisir pink itu terdiam dan menatap lurus kepergian Kakaknya. "Kak Lazel, apa kau bahagia?"
...◇• •◇...
Lampu-lampu jalan menerangi suasana, gedung-gedung pencakar langit tertera dimana-mana. Kendaraan lain yang berlalu lalang tanpa henti. Keadaan kota akan lebih indah di malam hari, layaknya melihat bintang di antara bintang. Belum lagi suasana langit yang begitu baik.
Mobil keren yang berwarna putih itu berhenti di bawah lampu merah.
Seorang wanita yang memiliki satu jalur pemikiran itu mematikan pendingin di dalam mobilnya.
Tubuhnya tersandar. "Haaah!~" ini sudah kesekian kalinya ia menghembuskan nafas. "Memangnya aku tidak terlihat bahagia?" Kini ia mulai berpikir mengenai dirinya sendiri.
"Aku memiliki banyak uang, apalagi yang kubutuhkan?"
Terkadang dirnya selalu menerima rasa khawatir dari orang lain meskipun dirinya dalam kondisi baik. Kehidupannya tidak begitu berantakan, karena apapun yang diinginkan, wanita itu mendapatkannya dengan lebih. Memangnya itu bukan hal yang membahagiakan?
Ia kembali bangkit dan memasang wajah lain. "Ah, jangan-jangan..."
Lazel membanting tangannya pada stir yang ia pegang, wajahnya bertaut tak suka, "sialan! Apa mereka khawatir karena hubunganku dengan Hyunjae Pietra? Memangnya apa yang perlu di khawatirkan? Dari awal ini semua hanyalah omong kosong, dimana aku bisa mendapatkan harta yang melimpah."
Dirinya sama sekali tidak berniat untuk terjerumus dalam hal seperti itu. Selama dirinya memiliki uang dan karir, semua itu adalah prioritas hidupnya.
Cinta? Kehidupan yang romantis? Kalimat itu hanyalah basa basi bagi Lazel.
...◇• •◇...
^^^"Aku akan pulang sekitar ming-"^^^
"Pulanglah secepatnya dasar bodoh!"
^^^"Oh, kau merindukanku begitu parahnya?"^^^
"Tutup mulutmu dasar lintah! Aku tidak sanggup mendengar ocehan Ibu Nazel mengenai dirimu, jadi cepatlah pulang!"
Setelah memberi hentakkan pada Suaminya, Lazel langsung mematikan ponselnya dan melemparnya ke atas ranjang.
Sebenarnya kepergian Hyunjae bukanlah masalah baginya, namun Nazel, Ibu Mertuanya selalu bertanya mengenai sesuatu yang sama. Tidak mungkin dirinya akan terus mengucapkan alasan yang sama dan menutupi kebenarannya.
Jujur saja, ini membuatnya sedikit frustasi. Dibandingkan Ayah Mertuanya, Nazel patut diwaspadai, ketelitiannya dan emosinya bukan main-main.
Selain itu, di Amerika Serikat, Washington, D.C, Ibu Kota Amerika. Salah satu hotel ternama yang memiliki pangkat tertinggi. Hyunjae menempatinya dengan satu wanita berwajah negara tersebut.
Bukan karena kebiasaan buruknya, hal ini sudah menjadi hal biasa yang tak perlu dikejutkan lagi.
Tubuh kekar dengan balutan piyama putih dan sebatang rokok menyelip di bibir merahnya. Salah satu tangannya menggenggam ponselnya dengan tatapan biasa, sedangkan tangan yang lain menyanggah pagar balkon.
Angin berhembus dengan pelan. Pukul sudah menunjukkan hampir subuh. Namun dirinya masih melakukan sesuatu di luar.
Di area sekitar yang cukup gelap, cahaya ponsel menyinari wajahnya.
Saat asiknya dengan ponsel, seseorang datang dengan pakaian yang begitu sexy. Rambut cokelatnya yang panjang dan bergelombang, belum lagi balutan lipstick yang merona. Tangan-tangan nakalnya mulai meraba tubuh atletis itu dari belakang.
Wajah dan mulutnya mendekat ke arah telinga Hyunjae. "What are you doing? I'm quite lonely inside~" Ujarnya dengan sengaja menggrsekkan seluruh anggota tubuhnya.
"Hmm? I just got a call from my Wife." Ujar Hyunjae yang tidak memberikan balasan apapun pada tindakan wanitanya.
"Ho~" tangannya dengan cat kuku merah di seluruhnya merebut dan mengambil paksa ponsel Hyunjae dan mematikan daya. "Kau hanya punya waktu denganku, bukan dengan Istrimu." Seringainya.
Keduanya melanjutkan perbincangan dalam bahasa asing, yang sesuai dengan negara tersebut.
Aneh, tindakan dan langkah yang aneh. Semuanya terus terjadi seperti tidak merasakan kesalahan apapun. Karena inilah kebebasannya, inilah keinginannya.
Kedua tangannya yang besar itu langsung mengangkat perempuan berwajah asing itu ke dalam dekapannya dan ia bawa masuk ke dalam ruangan yang sedikit gelap.
...◇• •◇...
Matahari menjulang tinggi dan menyinari apapun yang ada di bawahnya dengan bebas. Suara berisik di kota begitu ramai, kendaraan lalu lintas memenuhi seluruh jalan. Pemandangan Luar Negeri yang sedikit menarik.
Refleks, tangannya meraba tepat di sampingnya.
Merasa kosong, wanita itu pun langsung bangkit dan melihat pria yang bersamanya semalaman hilang di pagi hari. "!!!!" Perempuan tanpa busana yang baru saja terbangun dari tidurnya dan hanya tertutupi dengan selimut putih tebal. "Where is he going?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Sri Anum Arsusi
susunan kata dan kalimat, alur cerita seperti buku terjemahan
2023-01-06
0
indri yani
ternyata Hyunjae trnyt suka main sm jalang yah
2022-05-11
1