"Sial! Memangnya pergi kemana wanita itu?"
Berdiri di hadapan jendela kaca yang besar dan menampakkan keadaan kota dari atas sana. Kendaraan cukup ramai berlalu-lalang.
Rambut hitam dengan anting lancip di telinga sebelah kanannya.
Seharian penuh ini ia terus bergelut dengan ponsel silver di tangannya dan mencoba untuk menghubungi Istrinya. Sudah beberapa jam berlalu, namun panggilannya belum terangkat sama sekali.
Hal seperti ini tidak perlu dipertanyakan lagi, memang tidak ada baiknya jika menghubungi Lazel. Dalam keadaan apapun, wanita bergelar uang itu tidak akan pusing dengan apapun.
"Bisakah dia mengangkat telponnya?" Ucap Hyunjae dengan kesal.
"Dia pasti sengaja melakukannya."
Perbedaan waktu cukup jauh, tapi ini bukanlah satu-satunya alasan yang dapat membuat Lazel tidak mengangkat panggilannya.
Selain itu, wanita yang sedang ia pusingkan sedang bersenang-senang dengan makanan dan juga hawa-hawa dingin dari turunnya hujan.
Mobil merah menyala itu berjalan di bawawh guyuran hujan dan di atas aspal yang lumayan licin. Oleh karena itu ia membawa mobilnya dengan kecepatan pelan, jalanan cukup padat karena hujan yang mengganggu. Namun seiring berjalannya waktu, rintikkan deras itu perlahan mereda.
"Dimana rumahmu?" Tanya Lazel dengan tatapan yang fokus ke layar mobil.
"..............." tak ada jawaban.
"Hei, aku sedang bertanya padamu."
"Hm?! Rumahku di-"
"Di??"
"Halte! Berhenti di halte saja." Ujar Egis yang baru saja tersadar dari lamunannya.
"Hah??"
Mobil tersebut berhenti tepat di depan halte, dengan gesit Egis langsung keluar dari mobil Lazel dan berteduh di tempat tersebut.
"Apa-apaan anak itu?" Tatapnya dengan aneh.
Ia menurunkan jendela mobil dan menatap marah ke arah Egis. "Dasar bocah! Apa yang kau lakukan?!" Nadanya amat tinggi sehingga membuat orang-orang yang ada di sekitar tempat itu menoleh.
"Bos, akan lebih baik jika Anda pulang lebih cepat, bukankah ini hampir tengah malam?" Ujar Egis dengan wajah yang ramah dan juga menahan dingin karena hujan.
Ia tak bisa berkata apapun lagi, jika ia lambat kembali, Yana dan pelayan lainnya mungkin akan sangat khawatir.
"Ck!" Ia melepaskan seat belt dan keluar dengan tergesa-gesa.
"Apa yang Anda lakukan?"
Lazel melepaskan jaketnya, Egis yang melihatnya seketika panik dan menutup kedua matanya.
"Ini, jangan membuat dirimu sakit, aku masih membutuhkanmu besok untuk menghadiri rapat." Ujar Lazel yang memakaikan jaketnya pada Egis.
"Bagaimana dengan..."
"Aku baik-baik saja," saat ini ia terlihat hanya memakai pakaian biasa berwarna hitam polos dengan kalung perak berhuruf L. "Kalau begitu sampai jumpa." Singkatnya lalu berlari ke dalam mobilnya.
Lazel membunyikan klakson mobilnya lalu melaju dengan cepat.
Kepergian Lazel membuat Egis mematung dan tak sempat untuk mengucapkan selamat tinggal. Semua orang menatap dirinya dengan bisikan, kejadian yang baru saja terjadi seperti seorang pasangan kekasih. Namun setelah mendengar sang pria memanggil wanita itu dengan sebutan 'Bos', mereka mulai menyadari jika posisi mereka hanya sebatas Atasan dan Bawahan.
"Haha~" senyumnya.
...◇• •◇...
Dengan gemetar tangannya meraih benda persegi panjang tersebut lalu menempelkannya pada salah satu alat pendengarnya.
"H-Ha-"
^^^"DASAR GADIS BERMATA UANG! DARI MANA SAJA KAU HAH?!"^^^
Sebuah teriakan hampir saja membuat telinganya tuli.
"J-Jangan membentakku dasar lintah! Kau pikir aku harus mendengar atau menunggu panggilan darimu?!"
^^^"Mengapa kau yang berteriak padaku?!"^^^
"Itu karena kau yang memulainya!"
Pelayan yang berlalu lalang menggelengkan kepala mereka saat mendengar Nona dan Tuan mereka saling berteriak di ponsel masing-masing.
Perempuan bertubuh tinggi itu dengan pakaian tebal yang baru saja ia ganti sedang duduk di sofa yang terletak di tengah-tengah ruangan kamarnya sambil mendengar ocehan Hyunjae yang tidak kunjung berhenti.
Untuk sesaat ia menyadari bahwa selama ia meninggalkan rumah, ponsel tidak bersamanya. Sedangkan Yana tidak berani untuk mengangkat panggilan itu dan memutuskan untuk menunggu hingga Nonanya kembali.
"Huft... aku tidak sanggup untuk berteriak lagi, semua isi dalam perutku akan keluar." Ujar Lazel dengan nada lembut sambil menyandar dalam posisi kelelahan dan mengusap-usap perutnya.
^^^"Kau mabuk?!"^^^
"JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN DIRIMU!"
"Makanan di pinggir jalan memang luar biasa, aku mencoba beberapa mangkuk dari kedai itu."
^^^"K-Kau! Kau tidak menghabiskan dagangan mereka dalam satu pesanan bukan?!"^^^
"WOOI! KAU PIKIR AKU APA!"
Setiap pembicaraan yang mereka lakukan pasti tidak berjalan dengan baik. Kedua pasangan itu selalu menyalahkan satu sama lain dan berakhir pada keributan.
"Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan sehingga menghubungiku berkali-kali."
^^^"Aku akan kembali besok."^^^
"Oh."
^^^"Tanggapan macam apa itu?!"^^^
"Hah?? Memangnya aku harus bertingkah seperti apa saat mendengar kau akan kembali? Apa aku harus menaburkan bunga di tengah jalan??"
^^^"Dasar bodoh! Ucapanmu itu sama sekali bodoh dan di luar perkiraan!"^^^
"Kalau begitu jangan menelponku dasar Hyunjae bajing*n."
^^^"Dasar Lazel kepar*t."^^^
Akhirnya Lazel membuat panggilan itu berakhir dengan memutuskannya secara tiba-tiba.
Wajahnya menatap kesal ke arah ponselnya. Dan memberi jutaan kutukan pada Hyunjae.
"Aku akan tidur!" Ujarnya yang meninggalkan ponselnya di atas meja.
...◇• •◇...
Kedua tangannya merapikan kancing jasnya dengan menatap dirinya di pantulan cermin. Gadis bermata pink itu mengikat beberapa bagian rambutnya dan tidak lupa menghias bagian belakangnya dengan kupu-kupu merah.
Bentuk tubuh yang luar biasa ditambah dengan tinggi badan. Semuanya nampak sempurna, yang disertai dengan high heels yang membuat tubuhnya semakin tinggi beberapa senti.
Ia menatap jam yang melingkar di pergelangan kirinya. Meskipun tidur cukup larut ataupun telat. Ia masih sanggup untuk terbangun lebih dahulu sebelum pelayannya. Sebuah kebiasaan merubah dirinya.
"Jika lintah itu akan pulang... dia akan sampai dii..." ia menghitung beberapa waktu ke depan untuk memprediksikan kepulangan Hyunjae. "Sore hari? Tidak tidak... tepatnya hampir di malam hari."
"Hm... mungkin dia akan meminta para gadis ranjangnya untuk menjemput dirinya." Ucap Lazel dengan masa bodoh lalu bergegas menuju ke bawah untuk bersiap.
...◇• •◇...
"W-Wahh! Nona memang perhatian~" ujar Yana dengan raut wajah yang senang.
Saat malam hari sebelumnya, Lazel kembali dalam keadaan menggigil. Dan juga tak lupa untuk membawakan makanan untuk pelayannya yang ada di rumah. Pelayannya tidak begitu banyak. Mungkin hanya sekitar tiga orang ditambah dengan Kepala Pelayan, yaitu Yana, sehingga jumlahnya hanya mencapai empat orang saja.
Wanita kejam seperti rubah yang kesurupan, ia pun masih memikirkan orang lain yang ada di sekitarnya, dan membuat mereka nyaman dengan dirinya.
...◇• •◇...
Mulai dari ekspresinya, raut serta tindakannya. Selama rapat berlangsung, ia menyampaikan semuanya dengan jeli dan teliti. Kemampuannya dalam berdebat sudah terasah tajam saat beradu mulut dengan Hyunjae. Dan otaknya serta jalan pemikirannya yang jenius membuat semua orang memberikan apresiasi padanya.
Meskipun mendapatkan jaminan yang luar biasa, bukan berarti dirinya akan menerima beres tanpa campur tangan. Ia harus ikut serta untuk mengelola salah satu perusahaan Pietra, dan yang saat ini yang ada di tangannya adalah Aplic Pietra, perusahaan yang mengatur bisnis dalam mengelola perhiasan. Termasuk berlian, permata atau benda-benda cantik lainnya yang memiliki nilai selangit.
Sedangkan milik Hyunjae, pria itu mengatur sebuah perusahaan yang mengatur perkantoran. Sekaligus kepala dari semua cabang Perusahaan Pietra.
Rapat berjalan dengan lancar, sejauh ini semuanya adalah hasil kerja kerasnya tanpa campur tangan anggota keluarga lain. Namun Hyunjae sama sekali tidak pernah mendengarkan ucapannya dan selalu bertindak sesuai kemauannya.
Mengingat wajah pria arogan itu membuat Lazel hampir kehilangan fokusnya.
"Apakah berlian itu salah satu pilihan dari Pak Direktur juga?" Salah satu anggota rapat mengajukan pernyataan yang mengaitkan dirinya dan Hyunjae.
"Tentu saja," senyumnya. "Meskipun memiliki beberapa perbedaan pendapat, tapi pada akhirnya keputusan kami sama." Sambungnya dengan perasaan was was.
"Haah?? Jangan bercanda, mana mungkin aku mendengarkan pendapat lintah sumur sepertinya! Berlian seperti ini harus sesuai seleraku!" Ujarnya dalam hati.
Meskipun berada di hadapan orang lain, drama dan akting pun harus tetap berjalan. Semua akan baik-baik saja jika keduanya mampu menjalankannya. Lagipula ini bukanlah pertama kalinya, tujuh tahun sudah berlalu. Hanya menunggu tujuan mereka tercapai,
Maka semuanya...
...◇• •◇...
"Aku lelaaaaah~" saat ini Nona dari perusahaan terkemuka tengah terkapar di sebuah sofa yang ada di ruangannya.
Rapat kali ini sedikit menyulitkan pikirannya. Ciptaannya dan juga penemuannya selalu beralih pada Hyunjae. Bahkan setelah rapat usai wajah kesalnya belum menghilang.
"Nona, Egis datang dan ingin menemui Anda." Ujar Byul sambil menundukkan pandangannya.
Ia berusaha keras membangkitkan kepalanya yang lengket dengan sandaran sofa. "Egis?" Wajahnya sempat berproses untuk mencerna sesuatu. "Suruh dia kemba-"
"Halo~ Bos~"
Kedua matanya melotot pada pria yang baru saja memasuki ruangannya. "Sejak kapan anak ini..."
"Byul, pergilah."
"Baik Nona."
"Ada apa?" Wajahnya terlihat datar dan menatap Egis dengan tatapan mengiris.
Ia berdiri dengan posisi kedua tangan membelakang. "S-Saya-"
"Oh aku hampir melupakan sesuatu," ia memperbaiki posisi duduknya. "Mulai kali ini panggil aku 'Nona', sama seperti yang lainnya." Ujarnya.
"Baik, Bos!" Jawabnya dengan semangat.
"Hei, bukankah sudah kubilang panggil aku Nona?" Kekesalan di wajahnya semakin terlihat.
"Tapi, saya tidak terbiasa dengan panggilan itu."
Baru saja Lazel melihat anak anjing yang terlihat seperti diitimidasi. "Mengapa aku selalu memiliki masalah rumit dengan pria ini!!"
Tangannya mengusap dahinya yang sedikit berdenyut. "Haah~ bicara denganmu tidak ada habisnya," kini Lazel mulai terlihat mengalah. "Kalau begitu, bukan 'Saya' tapi 'Aku'."
"Baiklah! Aku akan berusaha!"
Urat pitamnya terlihat di bagian rahangnya. "Entah mengapa aku merasa jika dia menunggu momen ini."
"Aku ingin mengembalikan ini," Egis mengeluarkan sesuatu dari balik tubuhnya dan ia menyerahkannya pada Lazel. "Terima kasih untuk jaketnya." Ujar Egis dengan wajah yang ramah.
Pria yang aneh, datang dan mengacaukan segalanya. Rambut kuning dengan iris cokelat. Tidak banyak dari manusia yang memiliki ciri-ciri unik seperti dirinya. Apalagi pria yang dengan mudahnya memberi senyuman tulus pada orang lain.
"Hm~ aku hampir melupakannya," Lazel meraihnya dengan membalas ekspresi yang sama. "Terima-"
WHUOOSS!!
Aroma wangi yang begitu kuat dan menusuk, sehingga memberikan tamparan untuk Lazel yang baru saja mengeluarkan jaket itu dari sebuah tas.
"B-Berapa pengharum yang kau gunakan?!"
"Hehehehehehehehehe."
"Dasar anak aneh! Apa kau ingin membuat Bosmu tidak bernafas?!"
"T-Tidak bukan begitu!"
Semuanya berjalan dengan baik... namun tidak pernah ada yang tahu akibat dari kebaikan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments