"Ini minumannya Nona." Yana datang dan memberikan minuman untuk Majikannya.
Akhirnya pekerjaan membersihkan rumah selesai, dan Lazel bisa bersantai sejenak di hari libur.
Majalah itu ia letakkan di atas meja, "apa kalian masih bekerja?" Tanya Lazel.
Yana menunduk, "ya, sekarang tinggal halaman lagi, kami akan-"
"Pergi dan suruh mereka semua untuk makan siang."
"T-Tapi Nona-"
"Kau menolak?"
"B-Baik Nona."
Hari hampir siang, ia beranjak dari tempat duduknya dan pergi menuju kamarnya.
Tangannya membuka pelan knop pintu itu agar tidak membangunkan seseorang yang berada di kamarnya.
Ia tersenyum melihat Adik laki-lakinya yang tertidur pulas, "dia masih tertidur? Hah~ padahal pekerjaannya tidak sebanyak itu." Senyumnya tipis.
Wanita dengan pakaian biasa itu berjalan mendekat dan mendudukan dirinya di sisi ranjang. Rasa sayangnya pada Ian begitu besar, sedangkan anak laki-laki itu membalas rasa sayang dari Kakaknya dua kali lipat. Namun... perasaan bersalah selalu menghantui dirinya.
Mulai dari orang tuanya, mertuanya, bahkan seluruh orang yang mengenal dirinya. Jika dikatakan berat ya, semua ini dijalani dengan berat hati, dimana dirinya terus menerus mengucapkan kebohongan di hadapan semua orang. Namun karena telah terbiasa, dirinya pun sanggup melewatinya.
"Ian... jika kau tahu, apa kau akan membenci diriku?"
"Apa Ibu dan Ayah merasa sedih?"
"Tapi... tapi aku melakukannya demi kalian, aku mengubah alur cerita dengan mengambil resiko yang tinggi."
...◇• •◇...
Sorot matanya menatap tajam ke arah jendela. Ia baru saja berdiri di tengah-tengah jendela itu untuk memastikan seseorang.
"Seharusnya aku memberitahukan Hyunjae mengenai kedatangan Ian, tapi..." raut wajahnya perlahan berubah, "aku tidak bisa mengganggu privasinya, dan juga pada wanita yang dia bawa."
Kini yang bisa ia lakukan hanyalah menghela nafas. Ia memutuskan untuk tidak membangunkan Ian sampai anak itu bangun dengan sendirinya.
Tangannya merogoh ponselnya di dalam saku. Dan mencari kontak Ibunya untuk mengirimi sebuah pesan.
"Ibu... biarkan Ian lebih lama disini, anak itu tertidur setelah membantuku membersihkan rumah. Aku akan mengantarnya pulang jika Ian terbangun."
...◇• •◇...
Kedua matanya terpejam. Namun samar-samar ia merasa jika ada sesuatu yang mengganggu wajahnya.
"Mmm..."
Pernafasannya tidak stabil dan membuatnya membuka mata secara mendadak.
"Hahahaha!"
Lazel melihat sosok pria yang lebih muda darinya dan memiliki rupa yang sama dengannya tengah tertawa lepas.
Ia mengusap seluruh rambutnya ke belakang, "Ian, apa yang kau lakukan??" Tanya Lazel dengan tatapan maut.
Rambutnya terlihat sangat berantakan, dan membuat Ian tidak dapat menahan tawanya lebih lama.
"Wajah Kakak polos sekali jika tertidur." Ejek Ian.
Ia merasa jika sebelumnya dirinya tengah terbaring santai sambil bermain ponsel. Lazel tidak menyangka jika dirinya tertidur karena merasa bosan.
Pria dengan iris pink itu bangkit dari duduknya, "Kak, aku akan kembali."
Ia menangkap salah satu tangan Adiknya, "huh? Cepat sekali." Tukas Lazel yang belum terbangun sepenuhnya.
"Cepat? Ini sudah tengah hari."
"Huh??" Matanya langsung menatap jam dinding yang terletak di atas lemari.
"Kenapa?" Tanya Ian
"A-Aku akan mengantarmu! Tunggu!" Ia langsung berlari ke lantai atas.
"????"
...◇• •◇...
"Apa Kakak akan memberikannya?"
"Tentu saja, itu hanya kaos dan celana biasa."
"Dari penampilannya memang biasa, namun harganya luar biasa."
Ian mendapatkan pakaian baru dari Kakaknya. Setiap kali berkunjung, Kakaknya itu pasti akan memberikan sesuatu untuk dibawa pulang. Beberapa makanan yang ia pesan tadi juga dibawa pulang.
Lazel dan Ian tengah berjalan menuju basemen, tempat kendaraannya terparkir. Setiap kali ia mengunjungi kediaman Kakaknya selalu membuat dirinya takjub. Ia tak pernah berpikir jika Kakaknya akan menikah dengan laki-laki kaya.
Padahal sudah berjalan sepuluh tahun. Namun di mata Ian, kedua pasangan itu seperti baru menikah.
Basemen di kediaman Hyunjae dan Lazel dihiasi dengan lampu-lampu neon berwarna biru muda dan biru tua. Serta menampilkan beberapa kendaraan kelas atas.
Langkah mereka berhenti di depan mobil andalan milik Kakaknya.
Setelah membukanya dengan kunci otomatis, Lazel langsung bergegas memasuki mobil mewahnya, "ayo."
Saat dirinya ingin menyalakan mesin mobilnya, kedua matanya melihat sesuatu dari jarak yang jauh. "!!!!" Lazel melihat kedatangan Hyunjae bersama dengan seseorang.
Klotak!
"I-Ian ponselku jatuh di bawah kakimu, bisakah kau mengambilkannya?" Ia tidak memiliki cara lain, oleh karena itu ia menggunakan ponselnya sebagai alih perhatian.
"Benarkah? Sebentar." Akhirnya Ian menuruti perintah Kakaknya dan membantu Lazel untuk mengambilkan ponselnya yang terjatuh.
Lazel langsung mengambil kesempatan itu untuk menyalakan mobilnya dan segera meninggalkan bawah tanah.
"Ini dia," ia menyerahkannya pada Kakaknya. "Terburu-buru sekali."
"H-Haha~ aku khawatir jika hujan akan turun kembali."
"Ah! Benar juga! Beberapa hari yang lalu Kakak sakit kan? Apa Kakak baik-baik saja?"
"Y-Ya, itu tidak seburuk dugaanmu."
Meskipun berhasil melewati rintangan, tapi dirinya yakin jika pria itu memperhatikan dirinya.
...◇• •◇...
Kedatangan Adiknya di hari libur memang menyenangkan. Tapi dirinya tidak bisa terlepas dari rasa khawatir dan was-was. Seharusya ia bisa berpikir panjang jika Hyunjae bisa saja membawa wanita ke villanya kapanpun yang dia inginkan.
Ternyata tidak semudah yang ia pikirkan.
Sebelumnya...
"Jika luang, lain kali mampirlah." Ujar Ian yang sudah berada di halaman rumahnya.
"Hahaha! Tentu saja!"
"Oh, tolong beritahu Kak Hyunjae untuk tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya." Ian tersenyum untuk Kakaknya.
"Hm, tentu." Sebagai Sang Kakak, ia pun membalas tindakan Ian pada dirinya.
Sekarang...
Masalahnya semakin rumit. Dirinya tahu jika ini bukanlah yang pertama kalinya, namun rasanya terlalu berat jika harus mengucapkan kebohongan.
Semakin jauh pikirannya semakin tidak stabil, jalanan yang penuh dengan kendaraan, karena kurangnya hati-hati dalam berkendara, ia menabrakan mobilnya ke mobil yang lain.
Ia membanting tangannya ke stir mobil, "sial!"
Pada akhirnya ia keluar dan meminta maaf atas tindakannya dan memberikan sedikit uang untuk biaya perbaikan mobil korban itu.
...◇• •◇...
Saat ini dirinya sedang berada si sebuah bengkel yang merupakan khusus mobil mewah. Bagian depan mobil merah miliknya itu lecet dan juga terdapat bengkok karena masalah tadi.
Rambut peraknya tertutupi dengan hood jaket hitam yang ia kenakan serta masker untuk lebih menyembunyikan identitasnya.
Dirinya mengambil posisi duduk sambil menunggu perbaikan mobilnya selesai. Kedua tangannya menyatu dengan sorot mata yang gelisah.
Tap!
"!!!!"
"Bos?"
"Egis!" Secara refleks, ia berdiri dan berpaling serta menyebutkan nama pria yang merupakan salah satu pegawainya.
"W-Wah... kau mengetahui diriku."
...◇• •◇...
Masing-masing dari mereka berdua merasakan sebuah hal yang pernah terjadi. Dan lagi, penampilan Egis terlihat seperti dirinya.
Jaket putih, masker serta kacamata bening dan juga topi. Jika orang-orang memperhatikan mereka, kedua orang ini akan disangka sebagai pasangan kekasih.
"Kau ini seperti penguntit." Kekeh Lazel.
"Hm? Bukankah seharusnya aku yang berkata begitu?"
"Hah? Memangnya kau pantas mengatakannya?" Ancam Lazel.
"Tidak tidak, aku menarik ucapanku."
"..............." kedatangan Egis sedikit membuatnya lega, wajah pria itu sedikit menyesakkan dan juga menjengkelkan. Namun seperti apapun perilakunya pada pria itu, Egis selalu menanggapinya dengan tawa.
Mereka bertemu di bengkel. Dimana Egis menyadari terlebih dahulu jika di depan matanya adalah Lazel. Tanpa ragu, ia pun menyapanya.
Sambil menunggu mobilnya beres, Egis akan meluangkan waktunya untuk menemani Lazel.
"Apa yang kau lakukan disini? Apa kendaraanmu juga bermasalah?"
"T-Tidak, hanya kebetulan saja aku lewat di jalan ini bersama dengan temanku."
Seketika Lazel merasa jika alasan itu pernah ia dengar, tapi entah dimana.
Jika pria seperti Egis mendatangi dirinya, maka kedua telinganya harus siap untuk mendengarkan celotehan kecilnya. Tapi Lazel menganggap jika ocehannya itu tidak membosankan, sebelumnya ia sedikit depresi, namun saat ini Egis datang dan membuatnya merasa lebih baik.
...◇• •◇...
"Nona, mobilmu telah selesai perbaikan."
"Ah! Ya!" Ia beranjak dan meninggalkan Egis sebentar untuk membayar perbaikan.
Senyum yang selalu ia perlihatkan di hadapan Bosnya kini terlihat biasa. Wajahnya tak lagi tersenyum, namun menunjukkan sesuatu yang berbeda. Tatapannya begitu dalam saat menatap wanita beriris perak tersebut.
"Egis, apa kau mau aku mengantarmu?"
"Bolehkah?!"
"Tentu saja! Sebagai bayaran karena kau sudah menemani diriku." Tukas Lazel.
...◇• •◇...
Kedua kakinya terangkat ke atas meja, kemeja yang ia kenakan tidak begitu rapi sehingga menampakkan lekukan tubuh besarnya.
Tangan yang besar mengusap rambutnya ke belakang, "mengapa dia terburu-buru?"
Sesuai dengan dugaan Lazel jika Hyunjae memang melihat dirinya saat berada di basemen. Selain itu, ia sempat mengunjungi villa Istrinya untuk menanyakan sesuatu, dan ternyata dia tidak di rumah.
Melakukan pekerjaan di hari minggu memang kebiasaannya. Tapi... hari ini sedikit berbeda.
Drrt!
Di tengah-tengah lamunannya, ia terkejut karena ponselnya berdering.
"Ibu?"
"Ha-"
^^^"Hyunjaeee kuuu~ bisakah kau membelikan Ibumu ini laptop? Laptop Ibu baru saja dijatuhkan Cherry hingga memasuki kolam, hahahahahahahahahaha~ Ibu cukup sibuk sehingga tidak memiliki waktu keluar, hahahahahahaha~"^^^
"..............." ia tidak menyangka jika Ibunya menghubungi dirinya hanya karena masalah sepele, "baik, aku akan pergi sekarang."
^^^"Hahaha~ Hyunjae memang anak yang baik~"^^^
Ibunya begitu manis saat berbicara jika memiliki kemauan. Seharusnya saat ini adalah waktunya untuk bersantai, tapi jika ia menolak permintaan Ibunya, masa depan sudah bisa dipastikan.
Pria itu akhirnya bergerak karena terpaksa. Semua ini dia lakukan demi nyawa.
Oh! Satu hal lagi, Cherry adalah nama kucing peliharaan Nezra.
...◇• •◇...
Setelan yang digunakan sangat biasa, dan saat ini ia ingin langsung mendapatkan pesanan Ibunya, lalu mengantarkannya, setelah itu kembali ke rumah dan berbaring santai.
Hyujae akhirnya tiba di sebuah toko yang menjual alat elektronik, salah satunya adalah laptop.
Ia melakukannya secepat mungkin agar dapat kembali sesegera mungkin.
Saat menuju perjalanan pulang, jalanan begitu macet sehingga membuat mobilnya ikut terjebak.
"Ayolah, apa hari ini aku tidak bisa menikmati waktuku?" Ucapnya kesal.
Mobilnya belum bergerak dalam beberapa menit. Kepalanya begitu sakit karena terus menatap ke arah depan, ia pun meregangkan kepalannya.
"????" Ia melihat kendaraan yang tidak asing dari nomor plat dan juga warnanya, "bukankah itu... mobil milik Lazel?"
Ia mendapati mobil Lazel yang berhenti di depan halte.
"Hm?!" Rasa kejutnya semakin menjadi saat ia melihat seorang pria yang tertutup identitasnya keluar dari mobil Lazel.
Salah satu alisnya terangkat dan menatap tajam ke arah Lazel dengan kedua matanya yang sipit, "hm~ jadi ini alasannya dia pergi begitu terburu-buru."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments