Tangannya memutar-mutar kunci mobil dengan ekspresi yang mengesalkan. Di sisi tangan lainnya, ia harus saling mengirim pesan dengan seseorang.
Di sebuah ruang dengan pendingin dan juga perabotan-perabotan mewah lainnya.
Dengan santai ia duduk di atas sofa empuk berwarna hitam itu dengan kaki terangkat.
^^^"Apakah Hyunjae akan segera pulang?"^^^
^^^"Aku khawatir, Ibu selalu menanyakan hal itu."^^^
^^^"Hei, mengapa kau tidak membalas pesanku?"^^^
^^^"Lazel?"^^^
^^^"Lazel??"^^^
^^^"Hei Lazel! Kau baik-baik saja bukan?!"^^^
"Orang iniii..."
Ia lemparkan ponsel itu ke sembarang arah dengan wajah kesal. Hyunji selalu memberinya peringatan jika Ibu Nazel selalu menanyakan tentang Hyunjae yang belum kembali dari Amerika. Seharusnya ini menjadi sebuah kebanggaan bagi Lazel, melihat wajah Hyunjae hampir membuat dirinya termakan kekesalan. Namun di sisi lain dirinya mencintainya, mencintai uangnya.
"Yana, apakah pria itu sudah menerima pakaiannya kembali?" Wajah uniknya menoleh ke arah Kepala Pelayannya yang sedang berdiri di sisinya.
"Sudah Nona, Tuan Egis akan-"
"Tuan?? Panggil saja dia Egis." Selanya dengan urat-urat yang naik pitam.
"Kejam~ bukankah aku tamu? Seharusnya tamu diperlakukan layaknya Raja bukan?"
"Diam kau ubur-ubur, kau seorang tamu atau bukan, kau tetap manusia, sama seperti yang lain." Sindir Lazel dengan wajah tak suka.
Selama Egis membersihkan dirinya di kamar tamu, Lazel juga meluangkan waktunya untuk mengganti pakaiannya.
Jaket biasa berwarna cokelat dengan tulisan Los Angles di bagian depan, dipadukan dengan celana training hitam polos.
Saat Egis turun dari lantai atas, Lazel langsung berdiri dan beriniatif untuk mengantar Egis.
"Ayo." Ujarnya singkat.
Mungkin kesialan memang menimpa dirinya dalam satu hari ini. Baru saja keluar dari villa, hujan deras melanda bumi, sehingga dua orang yang berdiri kaku itu terdiam meratapi keadaan.
...◇• •◇...
Di hadapkan dengan sebuah jendela besar berbingkai biru gelap, serta tirai dengan warna yang sama terbuka sebagian. Di bawah sinar bulan dan juga guyuran hujan yang terlihat seperti berlian berjatuhan.
Hujan di malam hari merupakan kesukaan bagi kaum manusia. Tidur dengan suara rintikkan yang merdu seperti terbawa pada mimpi yang indah.
Dirinya juga menyukai fakta itu, namun untuk saat ini sepertinya tidak.
Krak!
Gelas yang ada di genggaman kanannya retak karena cengkraman kuat dari tenaganya.
"Nona, Saya akan ganti gelasnya." Ujar Yana yang perlahan mengambil gelas dari tangan Lazel.
"Bawa semuanya, dan pergi ke ruanganmu." Ujarnya pasrah.
"Baik Nona."
Gelas itu adalah gelas ketiga dimana ia berhasil membuat seluruhnya retak. Sebelum menjadi serpihan, Yana berinisiatif untuk membereskannya sebelum Majikannya terluka.
Tatapannya tajam menatap ke arah luar, poni-poni peraknya menutupi seluruh dahinya dan sebagian kedua penglihatannya. Rambut panjang yang tergerai bebas, pakaian hitam polos berlengan panjang dengan celana putih yang panjang. Penampilannya saat ini sungguh 'sopan' untuk dipandang.
Dan semua itu karena...
"ARGHH!!!" Seketika kesabarannya tidak mampu menahan kekesalannya.
"Mengapa harus hujan?! Ya aku memang menyukai hujan, tapi mengapa harus sekarang?!"
"Aku tidak bisa mengenakan pakaian bebas, dan pria itu ada di dalam rumah ini!!"
Ia tak sanggup lagi meluapkan emosi untuk hal yang tidak berguna. Tubuhnya terkapar begitu saja di tempat duduknya
Drtt!
Tatapannya semakin kesal saat melihat dan mendengar ponselnya berdering.
"Siapa lagi yang mengangguku di malam hari HAH?!" Dengan kasar ia meraih ponselnya dan melihat siapa yang memanggilnya dari layar ponsel tersebut.
"Oh, My Bank." Amarahnya sedikit mereda saat melihat siapa yang menghubungi dirinya.
^^^"Apa ada sesuatu yang-"^^^
"Selamat malam sayang~ bagaimana kabarmu?"
^^^"Hm? Sebuah hal yang mengejutkan kau-"^^^
"Hei botak, jangan pernah bermimpi jika aku mengkhawatirkan dirimu, yang ingin ku tanyakan bagimana keadaan uangmu?"
^^^"..............."^^^
Hyunjae menelpon di malam hari. Bukan hanya Lazel yang diteror oleh Ibu Mertuanya. Hyunjae juga merasakan hal yang sama. Mereka yang seperti bagian magnet yang bertolak belakang, namun selalu ada orang lain yang berusaha untuk menyatukan keduanya.
Dan itu mustahil untuk dilakukan. Di satu sisi, Sang Wanita menjalani hidup hanya demi uang. Sedangkan pihak pria, ia hidup untuk membuat bisnisnya dan juga keluarganya semakin terpandang.
Mereka berdua memiliki jalan yang berbeda, meskipun memiliki tujuan yang sama.
"Apa kau menghubungi diriku hanya karena itu?"
^^^"Kau ini menyeramkan, bagaimana bisa ada pria yang akan jatuh cinta padamu nanti."^^^
"Cinta? Ada apa dengan uang?"
^^^"Bicara denganmu seperti bicara dengan brankas."^^^
"Huh?? Memangnya kenapa? Bukankah bagus memiliki seseorang yang akan menghabiskan tumpukkan uangmu?"
^^^"Apa bagusnya? Selain membeli barang mewah, makanmu itu harus menggunakan satu nampan besar."^^^
"Tutup mulutmu dasar lintah!"
^^^"Ho~ brankas sedang marah."^^^
"Dasar-"
DUAAR!!
"!!!!"
^^^"Lazel?"^^^
^^^"Hei! Apa yang terjadi?"^^^
^^^"Di sana hujan?"^^^
Suara ledakan petir membuat Lazel terkejut hingga menjatuhkan ponselnya.
Tok! Tok! Tok!
"N-Nona! Apa Anda baik-baik saja? Petir barusan memang sedikit mengejutan. Apa Anda terbangun?"
Hyunjae yang masih sedang dalam panggilan merasa heran dan juga terkejut jika suara barusan adalah petir dan menurutnya jika di sana sedang turun hujan yang cukup deras.
Ia tersadar dari lamunanya dan gemetar di seluruh tubuhnya. "Y-Ya aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir." Ujar Lazel pada yana dan langsung meraih ponselnya kembali.
^^^"Hei! Mengapa kau tidak menjawabku? Apa disana hujan?"^^^
"Ya."
^^^"Suara barusan itu petir bukan?"^^^
"H-Hm begitulah."
^^^"Tidurlah, jika kau masih terbangun seperti ini kau akan semakin sulit untuk tertidur, kau itu takut pada-"^^^
"Ku tutup."
Lazel menutup tirai kamar jendelanya dengan cepat, lalu berlari ke arah ranjangnya. Dengan selimut yang besar dan juga tebal, ia menutupi seluruh tubuhnya sehingga tak nampak satupun anggota tubuhnya.
Wanita kasar, memiliki fisik yang kuat seperti laki-laki perkasa, tindakan yang selalu mengancam nyawa seseorang. Seseorang yang menyeramkan sepertinya juga memiliki sebuah kelemahan. Lazel, wanita beriris pink caramel itu takut dengan suara ledakan petir.
...◇• •◇...
》Amerika Serikat-Washington D,C《
Tatapannya terus tertuju pada layar ponselnya, ingatannya mengarah pada saat ia menghubungi Istrinya.
"Huft... aku tidak menyangka jika hujan akan turun sederas itu." Gumamnya.
Tangan lentik dengan cat kuku berwarna hitam dengan beberapa tato mungil di punggung jarinya meraba wajah tampan milik Hyunjae.
Pria beriris hitam dengan alis tebal itu akhirnya bergerak dan memberi balasan yang sama dengan tindakan perempuan satu ranjangnya.
Pria itu bertelanjang dada dengan celana panjang yang masih di tempat. Sedangkan perempuan yang ada di sampingnya mungkin tidak mengenakan sehelai pakaian dan kini hanya terbalut dengan selimut tebal.
...◇• •◇...
Pagi hari...
Malam panjang yang sungguh mengerikan, menempatkan posisi untuk ternyaman bahkan sesulit itu untuk dilakukan.
Pria dengan iris cokelat dan rambut pirang itu terus memancarkan cahaya kebahagiaannya. Sedangkan perempuan yang disampingnya nampak suram, dan itu terjadi saat di pagi hari.
Egis lebih memperhatikan Bosnya yang sedang fokus membawa mobil. "Hm? Sepertinya Bos sedang tidak dalam keadaan yang baik." Pikirnya.
"Egis, hentikan." Ujarnya dengan penuh kesabaran.
"Whoaa! Anda menyebut namaku!" Ucapnya dengan senang.
"????" Lazel hampir kehilangan kewarasannya. "Ada apa dengan anak ini?"
Egis, pegawai barunya itu. Baru saja melamar saat kemarin dan sekaligus diterima, awalnya Lazel melihatnya seperti anak yang sombong dan arogan, dan saat berhadapan dengannya seperti anak anjing yang tersesat, dan kini tingkahnya seperti kekanak-kanakan.
Bagaimana bisa Lazel menghadapi seseorang yang memiliki kepribadian Alien seperti Egis?
"Mungkin kesabaranku akan mulai diuji dari sekarang."
...◇• •◇...
》Kantor Pusat Militer《
Hyunji Pietra, Putra tertua dari kedua pasangan Suami Istri yang memiliki posisi dan pangkat terhormat. Nezra Pietra dan Adam Pietra. Mereka memiliki dua anak yang hebat dan mampu menjalankan bisnis di usia muda hingga saat ini.
Hyunji sebagai Kakak tertua memegang Perusahaan Pusat Militer yang pernah dijalankan oleh Ayahnya, kini Adam resmi pensiun dan menjadi salah satu kepala anggota Mafia Malam, yang berarti mereka bergerak hanya di dalam kegelapan atau bayangan. Sedangkan Nezra, ia memegang sebuah Rumah Sakit Pietra, yang berarti milik keluarga mereka.
Keluarga Pietra bukanlah sekedar nama tanpa alasan. Perjuangan serta kehebatan mereka dalam memimpin membuat banyak orang menyanjung Keluarga Pietra. Kaya tapi tidak pernah menyombongkan diri, bersaing dalam keadilan, pendidikan yang sangat menjujung tinggi.
Dalam hal ini, kekayaan mereka sama sekali tidak pernah menyeret keluarga miskin. Komunikasi yang dimiliki hampir satu dunia, sama saja menyebarkan mata-mata di penghujung dunia.
Saat ini lapangan militer ramai dengan orang-orang yang berlatih. Beberapa dari mereka memiliki pelatihan atau aktivitas yang berbeda-beda, Hyunji yang berposisi sebagai Direktur dan juga Kepala Pelatihan akan memberi arahan pada ratusan lebih bawahannya.
"Baiklah, istirahat dalam sepuluh menit," kakinya melangkah lebih dekat. "MENGERTI!"
"SIAP! MENGERTI!"
Untuk sebuah organisasi seperti itu yang dibutuhkan sudah pasti ketegasan, keberanian, ketahanan serta tekad yang kuat. Mereka selalu berpikir menggunakan fisik, berlatih dengan fisik, melakukan apapun dengan fisik, otak hanya memerintah sedangkan anggota tubuh yang akan bekerja.
Pria yang memiliki wajah sangar itu tengah duduk di bawah tempat yang teduh. Sehingga beberapa anggota teman pemimpin lainnya berdatangan dan memberi toss seperti biasa.
"????" Hyunji memperhatikan tingkah salah satu temannya. "Han, apa yang kau lakukan?"
"Hm? Aku mencari gadis yang waktu itu datang menemuimu."
"Hei, dia itu Adik Iparnya."
"WAT DE HEL?!" Kedua tangannya memegang pundak Hyunji dengan kuat lalu menggoyangkannya. "Sejak kapan HAH?! Mengapa aku tidak mengenalnya?!"
"H-Haha~ bukankah kau sering pulang pergi ke Luar Negeri? Mungkin itu penyebabnya kau tidak mengetahuinya."
"Tunggu," Han menghentikan siksaannya pada Hyunji lalu membiarkan dirinya berpikir. "Jika dia Adik Iparmu... maka Suaminya..."
"Ya, dia adalah Istri Hyunjae."
"PFFT-BWHAHAHAHA!!" Dengan tawanya yang keras membuat orang-orang menoleh. "Jadi Hyunjae sudah menikah? Lalu bagaimana dengamu?" Ejeknya.
Duak!
Seseorang mendaratkan kepalan kuat ke arah kepalanya. "Dasar bodoh! Justru lambat menikah karena bingung untuk memilih gadis-gadis yang mengantri demi mendapatkan Bos kita." Sahut Rener yang menarik kepala Han ke dalam tekukan tangannya.
Hyunji terdiam... orang-orang selalu asing dengan Lazel maupun mengenai hubungan wanita itu. Meskipun menikahi salah satu anggota keluarga terkaya, namun masih ada orang yang belum mengenal dirinya. Ia sangat tahu bagaimana sikap dan tindakan Lazel di hadapan orang luar.
Meskipun tampil dengan keadaan mewah dan berkilau, ia masih menyempatkan diri untuk menutupi dirinya dari semua orang.
Masa bodoh mengenal atau dikenal, karena gadis itu tidak suka menyebar privasinya dan membiarkan orang lain mengenal dirinya seperti penilaian mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments