Saat ini aku masih duduk di Sekolah Menengah Akhir, dan Tahun kedua ini aku akan segera melepaskan gelar tersebut.
Dua keluarga yang saling mengenal baik satu sama lain, membuat kami berdua harus bersama. Itu semua demi keinginan mereka, dan juga kami.
Sebuah pernikahan yang dijalani dengan rencana dan juga... drama.
Tidak sulit... yang kuinginkan hanya money. Hidupku akan tentram jika ada sesuatu yang berbau seperti itu.
Aku tahu uang bukanlah segalanya... tapi segalanya membutuhkan uang.
...◇• •◇...
Kedua tangannya membuka tirai cokelat yang menutupi jendela kamarnya. Langit cerah membuat matahari menyinari sebagian ruangan tersebut.
Dengan piyama hitam yang membentuk belahan dada, ia berdiri di hadapan jendela dengan tatapan biasa. Secangkir kopi hangat berada di genggamannya dengan cincin emas yang membelenggu jari manisnya.
Waktu terus berjalan hingga ia menyadari bahwa pekerjaan sedang mengejarnya.
"Yana, masuklah."
"Baik Nona."
Cklek!
Seorang perempuan dengan rok mini dengan setelan hitam memasuki kamarnya dan menunggu perintah lanjutan dari Majikannya.
"Kapan rapatnya akan diadakan?"
"Besok lusa Nona, pukul tujuh malam."
Cangkir putih ia letakkan di atas meja. "Bawakan kemeja ku."
"Baik Nona."
Yana, Kepala Pelayan dari seluruh pelayan yang mendiami Villanya. Ia memiliki segala tugas menyangkut keadaan rumah maupun urusan pekerjaan Lazel. Karena statusnya lebih dari sekedar Kepala Pelayan.
...◇• •◇...
Ia baru saja memasuki ruang bawah tanah yang menyimpan beberapa kendaraan. Seperti mobil dan motor.
Mulai dari merek yang mahal hingga yang menjadi favoritnya, yairu Ferrari Laferrari. Mobil yang terkenal dengan kemewahannya serta warnanya yang begitu estetik.
Kunci yang ada di genggamannya, ia mengarahkannya dan menekan tombol tersebut. Dan akhirnya mobil berwarna merah bermerek Laferarri itu berbunyi.
Tangannya meraih ganggang pintu dan terangkat ke atas.
Padahal ia berpapasan dengan pasangannya, namun Lazel tetap bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi. Tatapannya fokus pada layar kaca mobil yang ia kendarai.
Suara deruman menggema di parkiran bawah tanah tersebut. Mobil merah itupun langsung melesat pergi meninggalkan Villa.
...◇• •◇...
"Selamat pagi Nona."
Sambutan mengerubungi dirinya, saat ini dirinya berada di kantor pusat Pietra's Aplic Enterteiment. Perusahaan Pusat atau Kantor Pusat pembuatan perhiasan.
"Byul, kemarilah." Nezra mengeluarkan semua dokumen penting dari tasnya.
"Ada apa Nona?"
"Bagaimana investasi bulan ini?"
"Semuanya berjalan baik, sesuai dengan rencana Tuan ju-"
Duak!
"!!!!"
Tangannya baru saja menghantam meja kerjanya cukup kuat sehingga mengejutkan Sekretaris Byul yang ada di depannya.
Wanita berumur dua puluh delapan tahun itu melipat kedua telapak tangannya berhadapan dan menatap Sekretaris Byul dengan senyuman. "Apa 'dia' ikut campur lagi?"
"Y-Ya, seperti i-"
"Dasar pria sialan itu! Sudah kubilang berapa kali untuk tidak mencampuri urusan-"
"Bukankah hal yang wajar bagi seorang Suami untuk membantu Istrinya." Sela seseorang yang baru saja memasuki ruangannya.
Lazel melirikkan tatapannya ke arah pintu. "Jangan memotong pembicaraanku... Tuan Hyunjae."
...◇• •◇...
Setiap pertemuan pasti berakhir dengan perdebatan. Namun semua orang selalu melihat jika keduanya berdebat dengan metode yang berbeda.
Wanita yang bernama Lazel menduduki tempatnya dan memasang wajah ramah dengan senyuman. "Jadi... apa yang dilakukan Tuan Direktur di tempat ini?"
"Melihat perkembangan perusahaan ini." Ujarnya.
"Perkembangan? Bukankah minggu lalu Anda sudah mengunjungi tempat ini?"
"Memangnya-"
"Bukankah hanya sebulan dalam sekali saja? Menurutku ini seperti membututi seseorang."
"Membututi? Ini adalah-"
"Perusahaanku, Ayah Mertua telah memberikannya sendiri, dan aku sudah mengerjakannya sebaik mungkin."
Seperti biasa, kedua mulut itu selalu beradu debat dengan wajah yang tenang. Padahal di hati mereka masing-masing seperti ingin melemparkan tombak ke satu sama lain.
"Haah~ sudah kuduga," tukasnya. "Berdebat denganmu tidak akan berakhir karena kau selalu menang."
"Haha~ terima kasih pujiannya," senyumnya. "Jadi... pergilah dari sini jika kau tidak memberiku sesuatu." Ujarnya dengan sopan.
Pria dengan jaket hitam yang memiliki tubuh besar dan tinggi berjalan mendekati meja Lazel. Tangannya yang sedang mengerjakan sesuatu melihat Hyunjae yang mendekati dirinya.
Wanita itu menatap dengan heran. "????"
Tumpukkan uang seketika berada di atas mejanya.
"Datanglah sore ini ke Kantor Pusat Militer, Hyunji meminta salah satu dari Kita untuk pergi kesana."
"Baiklah~" sengirnya.
...◇• •◇...
Kesibukan Kantor seperti biasa. Beberapa rapat sudah dipenuhi dengan tuntas. Seluruh jadwal yang memadatkan aktivitasnya hampir keseluruhan selesai.
"Tidak ada yang lembur malam ini, jadi kembalilah." Ujar Lazel yang baru tiba di Ruang Utama.
"Baik Nona."
Wanita berambut perak dengan hiasan kupu-kupu hitam di bagian belakang kepalanya tengah berjalan menuju basement. Mobilnya terparkir disana.
Suara mobil itu berbunyi kuat, dengan gesit ia langsung memasukinya dan melaju dengan cepat.
...◇• •◇...
Di tengah perjalanan, ia sedikit kelelahan. Pekerjaan Kantor tidak semestinya akan selesai dalam satu hari. Dan di sorenya ia harus menemui Hyunji yang memanggil salah satu dari dirinya dan Hyunjae.
Hyunji adalah Putra serta Anak Tertua dari Keluarga Pietra. Yang berarti Kakak kandung dari Hyunjae. Pria itu memegang Kantor Pusat Militer yang letaknya cukup jauh dari kediamannya dan juga perusahaannya.
Seluruh Keluarga Pietra adalah pandangan dunia. Martabat mereka sangat tinggi, sehingga seluruh keluarganya memegang saham masing-masing.
Apa yang dilakukan Hyunji memang tidak menghasilkan Triliun seperti Pietra Group atau Pietra Aplic, namun semua bawahannya harus memegang senjata, mulai dari kelas bawah hingga kelas tinggi. Bahkan pesawat-pesawat tempur lainnya harus mereka kuasai.
Karena Tentara di negara itu berada di tangan Kepala Keluarga Pietra dan Putra Tertua mereka, Hyunji Pietra.
"Apakah aku sempat? Mungkin aku akan kembali di malam hari."
Setelah mengeluhkan beberapa hal, mobil Laferrari itu langsung melanjukan kecepatannya disaat jalan sedikit kosong dengan kendaraan.
...◇• •◇...
Di sebuah tempat yang sangat luas, letaknya seperti dikelilingi oleh hutan belantara. Namun dengan fasilitas dan juga luasnya tempat itu, sehingga tak terlihat seperti di tengah hutan.
Sebuah mobil baru saja memasuki gerbang utama.
"Ayolah Lazel~ ini demi uang." Ia berucap pada dirinya sendiri.
Mobil yang terparkir di bawah pohon, pintu tersebut seketika terbuka ke atas, seorang wanita dengan kemeja hitam dengan celana panjangnya baru saja keluar dari mobilnya.
Tatapannya tertuju pada gedung yang menjulang tinggi. "Gezzz kantor ini membunuhku."
...◇• •◇...
Atas bantuan beberapa orang, akhirnya Nezra menemukan Kakak Iparnya. Tetapi, untuk sementara ia tidak memanggil pria itu. Menurut pengamatannya, Hyunji saat ini tengah sibuk dengan beberapa anak buahnya.
Jika diperhatikan lagi, di Militer juga ada beberapa perempuan. Lazel mengetahui tekad mereka, tapi... terkadang sesuatu yang seperti ini dapat disalah gunakan.
"Ah, ponselku."
Lazel baru saja mendapatkan sambutan yang kurang menyenangkan. Namun karena situasi yang membuatnya kelelahan, untuk sementara ia tidak ingin menguras tenaganya untuk hal-hal yang tidak berguna.
"Hei, apa kau tidak memperhatikan pandanganmu?"
"..............." Lazel mengambil ponselnya kembali, padahal bukan dirinya yang menyebabkan kejadian itu.
Tangan gadis yang baru saja menabrak Lazel kini meraih kerah kemejanya. "Kau mengabaikanku?" Ancam gadis asing tersebut.
"Hm? Kau siapa?" Tanya Lazel.
"Sialan! Apa kau kesini untuk melihat Pak Hyunji?! Dasar-"
"Lepaskan tanganmu sebelum aku yang melepaskannya." Lazel menyela dengan menunjukkan tatapan tajamnya pada gadis yang lebih pendek darinya.
"Hm?? Hanya karena kau-"
KRAK!
"ARGGGHH!!!"
"??!!"
Teriakkan seorang gadis membuat semua orang yang ada di ruangan itu berpaling. Hyunjin yang sedang dalam perbincangan juga ikut menoleh ke arah pintu ruangannya.
"Lazel?" Hyunji menemukan Nezra yang berdiri di dekat pintu.
"Oh! Kau sudah sadar jika aku disini." Tukas Lazel yang menatap Hyunji seperti tak terjadi apapun.
Sedangkan gadis yang ada di hadapannya meringkuk kesakitan.
"Apa yang terjadi padamu?" Hyunji menghampiri salah satu bawahannya yang menjadi korban Nezra.
"Wanita asing itu menendangkan lututnya di perutku." Lirihnya sambil mengarahkan telunjuknya pada Lazel yang bersandar di dinding.
"????"
"Haah~ apa yang kau lakukan Lazel?" Keluh Hyunji.
Seperti biasa, gadis itu tidak menyukai hal-hal yang merepotkan tanpa uang. Oleh karena itu ia memasang wajah tak peduli. "Hyunjae tidak ingin menemuimu, jadi aku yang kesini." Mangalihkan pembicaraan.
"H-Hyunjae??"
"Bukankah nama itu adalah Adik dari Pak Hyunjin?"
"Ah, kalian pasti masih merasa asing dengan wanita ini bukan?" Ucap Hyunji pada semua orang yang ada di sekitarnya. "Dia adalah Lazel Pietra, Adik Iparku, Istri dari Adik laki-laki ku, Hyunjae."
"APAAAAA?!"
...◇• •◇...
"BWAHAHAHAHAHA!!!!"
"Aku tidak menyangka mereka tidak mengenaliku!"
Lazel tertawa sangat keras, Hyunji yang ada di dekatnya merasa heran dengan tingkah Adik Iparnya itu.
"Huft... bukankah ini hal yang wajar? Kau menghabiskan beberapa tahun di Amerika, dan kembali mendadak, sudah pasti orang-orang tidak mengetahui siapa Istri dari Direktur Grup Pietra."
"Hm... benar juga." Pikirnya.
Saat ini Lazel berada di dalam ruangan Hyunji. Beberapa saat yang lalu, Hyunji sudah menyelesaikan masalah Lazel dengan salah satu anggotanya. Meskipun sudah menikah selama sepuluh tahun, semuanya masih terasa asing.
"Jadi... apa yang kau inginkan?" Kini Lazel langsung bertanya pada intinya.
"Apakah kau dan Hyunjae... masih..."
Awalnya pembicaraan mereka hanya santai, semua itu berubah saat Hyunji beralih pada topik lain. Sebenarnya hal ini bukanlah masalah besar, namun semua orang selalu mengulangi pertanyaan yang sama. Dan kini Hyunji salah satu dari mereka.
Ia meletakkan kembali gelas yang berada di tangannya dan menatap Hyunji. "Apa kau memintaku datang hanya karena ini?"
"Kau tahu, tahun ini sudah menjadi sepuluh tanun hubungan kalian, tapi kau dan Hyunjae sama sekali tidak mengalami perubaha-"
"Berubah atau tidak," sela Lazel dengan tatapan yang berubah. "Itu tidak ada hubungannya denganmu." Sambungnya.
"Tapi aku adalah Kakak Iparmu."
"Tapi bukan salah satu campuran dari masalahku dengan Hyunjae?" Lazel terus menangkis ucapan Hyunji dengan tepat. "Aku dan Hyunjae telah menikah dalam waktu yang sangat lama, apapun masalah kami, aku dan pria itu sudah menjadi keluarga yang baru, jadi tidak perlu ada keluarga lain di antara aku dan dia."
Benar... di antara banyaknya orang, yang mengetahui semua rahasia dan rencana ku dan Hyunjae... tak lain adalah Kakak Iparku sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments