Sepertinya mendapatkan kembali energi yang hilang membutuhkan waktu berhari-hari. Ia berusaha untuk berdiri secara perlahan dengan menggunakan benda apapun yang ada di kamarnya sebagai pegangan.
Rasa sakit yang membuat kepalanya begitu nyeri saat ini mulai membaik, namun dirinya belum bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.
"Musim hujan memang yang terburuk." Lirihnya.
Selama dirinya dalam kondisi yang kurang baik, pakaian yang ia kenakan cukup tertutup dan tidak terlihat seperti biasanya.
Tetapi... rasa terima kasih itu juga harus ia ucapkan pada seseorang yang merawatnya dalam waktu penuh. Tapi, saat melihat sesuatu dari pemberian Hyunjae, pemikirannya kembali terbakar emosi.
Cklek!
"Oh, kau sudah bangun rupanya." Seseorang dengan pakaian polos berlengan panjang baru saja memasuki kamarnya.
"Oi Hunjae! Apa maksudmu memberikanku benda seperti ini?!" Ujarnya sambil mengangkat patung mini itu di hadapan Hyunjae.
Ia menduduki sebuah kursi kayu yang dekat dengan jendela. "Hah~ memang apa yang salah dari hadiah pemberianku itu?" Ia menjawabnya dengan wajah tak peduli.
"Sialan! Seharusnya kau memberikanku sebuah itu itu! Kau sendiri tahu bukan??" Lazel mengucapkannya penuh dengan sinyal kedipan mata.
"Lihat Koala itu," tunjuknya pada bagian mulut patung koala yang dipegang oleh Lazel. "Bukankah dia sedang menggigit emas batangan?"
"Ya ya! Aku tahu! Tapi aku tidak ingin hewan ini mengambilnya dariku!"
Hyunjae semakin menatap Lazel dengan tatapan aneh. "Wanita ini bodoh atau apa, itu hanya sebuah patung, sebuah patung kau tahu."
...◇• •◇...
Ruang makan...
Suara gemingan peralatan makan tidak terlalu riuh, karena hanya diisi dengan dua orang saja. Sebelumnya lebih sepi lagi, karena di meja makan selalu ada dirinya sendirian. Bahkan ia jarang makan atau sarapan di rumah.
Kedua iris abu-abu itu menatap sosok wanita yang makan dengan lahap. "Apa kau yakin?"
"Apanya?" Balik bertanya.
"Apa kau yakin jika kondisimu telah membaik?"
"Hm," ia menodongkan garpu ke hadapan Hyunjae. "Bisakah kau diam? Dan biarkan aku memakan makananku."
Hyunjae terlihat kesal dengan kalimat akhir yang diucapkan oleh Lazel.
Sebelumnya ***** makan Lazel tidak terkontrol dengan baik. Hyunjae kini benar-benar berpikir jika Lazel perlahan telah pulih dari demamnya, semua itu dapat dilihat dari porsi makanya yang berlebihan.
Kursi itu tergeser ke belakang. "Jika kau sudah membaik, aku akan kembali." Ujarnya sambil berdiri.
Menoleh. "Oh, baiklah." Jawabnya polos.
"Mana ucapan terima kasih untukku wanita sialan!"
"Hah? Apa kau berhak mendapatkannya?" Lazel membalas tatapan Hyunjae dengan tatapan menjijikan.
"Hei! Aku yang merawatmu selama kau sakit!"
"Cih!"
Hyunjae mengepalkan tangan kananya karena harus menghadapi sikap Lazel. "Wanita ini membuatku kesal."
Setelah diam beberapa saat, akhirnya ia mengucapkannya.
"Terima kasih," ucapnya tiba-tiba. "Tapi aku masih menyimpan dendam terhadap Koala itu." Sambungnya dengan penuh hasrat.
"..............."
...◇• •◇...
Setelah menunggu tubuhnya kembali seperti semula, akhirnya gadis perak itu dapat kembali bekerja.
Ketahui saja, saat ini hujan memang tidak turun. Namun langit masih terlihat dengan warna yang sama. Kedua iris merah muda terangnya itu menatap langit-langit, alisnya pun ikut berkerut.
"Apakah hujan akan kembali turun?"
Kemeja itu satu persatu terpasang kancingnya, dan sentuhan terakhir adalah jas luarannya yang berwarna merah cokelat.
Jam tangan mungil melingkar di pergelangan kirinya. Rambut perak itu telah tertata rapi dengan bantuan para pelayannya.
Langkahnya mendekat pada cermin yang terletak di dinding. Wajahnya yang terlihat datar serta tangannya menyentuh poni-poninya sendiri.
"Hm? Kurasa poni-poni ini semakin memanjang."
Lazel menyukai model rambut yang memiliki poni, karena bisa melindungi cahaya matahari yang merambat langsung ke pandangannya.
"????" Seketika dendamnya kembali tertuju pada patung Koala yang berukuran sedang tengah terduduk manis di ada mejanya. "Aku sangat kesal melihatnya."
Suara langkah kakinya menggema dan menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Seluruh pelayan memberikan sambutan selamat pagi pada Majikan mereka.
Salah satu tangannya sudah meraih ganggang pintu rumahnya, saat benar-benar terbuka, ia melihat kehadiran seseorang yang tinggal di dalam lingkup yang sama.
"Oh tidak, kesialan apa lagi ini..." kalimat itu otomatis keluar dari mulut Lazel saat melihat siapa yang ada di depan rumahnya.
"Jangan memanggilku layaknya manusia pembawa sial sesungguhnya!" Tukas Hyunjae, "ekhem! Ibu menyuruhku untuk mengantarmu."
"Benarkah? Yah~ sepertinya itu tidak perlu, lagipula-"
"Jika kau ingin menolak katakan saja langsung padanya." Sela Hyunjae dengan wajah kesal.
...◇• •◇...
Di tengah perjalanan yang masih basah karena hujan. Mobil-mobil atau kendaraannya lainnya berlalu-lalang dengan kecepatan sedang.
Seorang wanita dengan pakaian lengkap itu tengah berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.
"Ya hari ini aku akan ke Kantor."
"Benarkah? Kalau begitu aku akan pergi denganmu saja."
"Tidak bisa?? Tapi-"
"Anak itu lagi?"
Baru saja ia mendapatkan panggilan dari Asisten Perusahaannya, yaitu Byul, namun ia memutuskan sambungan tersebut. Kalimat terakhir sedikit membuatnya merinding, bahkan dirinya tidak tahu apa yang akan dilakukan pegawai baru itu padanya.
"Asistenmu?"
"Hm? Ya, begitulah." Tatapannya masih fokus pada layar ponsel.
"Apa kau memiliki masalah? Kurasa aku bisa membantu."
"Tidak perlu," tolaknya mentah-mentah. "Aku bisa melakukannya sendiri, jadi kerjakan sendiri pekerjaanmu." Tambahnya.
Di tengah-tengah cuaca seperti ini, seluruh pengendara harus berhati-hati dengan aspal yang basah dan licin. Oleh karena itu rata-rata tidak ada pengendara yang berjalan secepat petir Zenitsu Agatsuma.
Mungkin saja dalam beberapa waktu ke depan hujan akan turun kembali.
Selama perjalanan, Hyunjae menasihati Lazel dengan serius. Bahkan ia membawakan payung untuk Istrinya, dan melarangnya bersentuhan dengan air hujan sedikit pun.
Tatapannya mengarah pada jendela kaca mobil yang memperlihatkan kendaraan lainnya. "Ngomong-ngomong... aku tidak memberitahu Egis jika hari ini aku akan kembali bekerja."
...◇• •◇...
"Aku akan menjemputmu."
"Kau tidak perlu melakukan itu semua."
"Terserahlah, aku akan kembali di tengah hari."
Mobil hitam itu langsung melesat pergi dari depan perusahaan Pietra's Aplic Enterteiment. Dengan jaket tebal yang ia gunakan, tubuhnya mungkin akan baik-baik saja dengan keadaan yang seperti ini.
Ketidak hadirannya di Kantor mungkin bisa terhitung hingga satu minggu lebih. Hal itu memang harus berpusat pada penyembuhan dirinya.
"E-Eh?? Bos?"
"Anda kembali?"
Para pekerja terkejut melihat kedatangan Nona Direktur mereka yang cukup lama tidak mendatangi Kantor, dan kini kembali dalam keadaan baik-baik saja. Mereka juga mendengar dari Byul jika Bos mereka terkena demam, oleh karena itu Lazel tidak bisa bekerja dalam beberapa hari.
"Ya, bagaimana keadaan kalian?" Tanya balik.
"Kami baik-baik saja." Ucap mereka serentak sambil menundukan badan.
Setelah sapa menyapa, wanita itu berinisiatif untuk pergi mengunjungi ruangannya. "Baiklah, aku harus-"
"B-Bos?!"
"????" Ia menoleh sambil memasang wajah dengan pikiran kosong, "ah~ aku lupa tentang dirinya."
...◇• •◇...
Sejauh ini semuanya terlihat baik-baik saja. Meskipun Asistennya tidak seperti apa yang ia pikirkan. Namun ia sedikit bersyukur, jika dalam keadaan seperti ini masih ada yang bisa di harapkan.
Akan tetapi... aktivitasnya sedikit terganggu dengan kehadiran seseorang. Pria itu sudah berada di ruangannya hampir satu jam tanpa melakukan apapun selain memperhatikan dirinya.
"Hei, apa kau mau aku mencabut kedua bola matamu itu?"
"Jahat sekali." Sahutnya
Baru pertama masuk, rasa khawatirnya pun terjadi. "Kembalilah ke tempatmu, disini-"
"Hei Byul, apa kita bisa bertukar posisi?" Egis menyela ucapan Bosnya dan beralih pada Byul yang sedang membantu pekerjaan Atasannya.
"H-Heh? Saya?" Spontan Byul menunjuk dirinya sendiri.
"Hm!" Angguknya dengan semangat.
Brak!
Kepalan tangannya menghantam meja dengan kuat. "Jangan bercanda! Kembalilah ke tempatmu, SEKARANG!" Bentak Lazel pada Egis.
"B-Baik!"
Dengan cepat, Egis pun langsung meninggalkan ruangan Lazel.
Byul yang berdiri di samping Bosnya hampir kehilangan jantungnya, bentakan kuat barusan itu membuatnya terkejut.
"A-Apa ada lagi yang Anda butuhkan?" Tanya Byul dengan mempertaruhkan nyawanya.
"Bawakan berkas yang ku lewatkan, bawa semuanya kesini." Titahnya dengan aura yang suram.
...◇• •◇...
Pekerjaan hari ini hampir membuatnya kehilangan akal. Namun pada hari-hari sebelumnya Byul telah mengerjakannya... bersama dengan Egis.
Laki-laki itu memang menyebalkan dan selalu saja menciptakan masalah di sekitar Lazel. Tapi, usaha dan kerja kerasnya terlihat pada hari yang ia tinggalkan. Siapa sangka jika seseorang yang ahli komputer sepertinya dapat melakukan sesuatu di bidang lainnya.
Jujur saja, meninggalkannya hanya dalam satu hari sama saja menunda pekerjaan selama seminggu.
Meskipun berada di tempat yang sama seperti pegawai lainnya. Egis termasuk dalam kelompok yang paling berbeda.
Tetapi, hal ini selalu saja menarik emosi Lazel.
"Nona? Apa Anda kelelahan? Sebaiknya istirahatlah terlebih dahulu." Ujar Byul yang melihat Bosnya kelelahan.
"Tidak~ tidak~ aku baik-baik saja."
"T-Tapi..."
"Ada apa?" Sorot mematikan seperti biasa menatap dirinya.
"T-Tidak ada apa-apa!" Geleng Byul.
"Hm? Cepat katakan."
...◇• •◇...
"Pastikan kau memesan dua mangkuk."
"????" Pria yang awalnya terlihat lesu itu kembali bersemangat setelah melihat siapa yang mendatanginya. "B-Bos!" Ucapnya dengan senang.
"Ayolah~ ini bukan pertemuan pertama kalinya." Tukas Lazel dengan tatapan sombong.
Sebuah tempat istrirahat yang terletak di belakang kantornya. Ia melihat Egis yang duduk sendiri dengan beberapa porsi ramen di atas meja.
Wanita bermata pink itu mengambil posisi duduk berhadapan dengan Egis dan mengambil dua mangkuk ramen itu.
Ia membuat jari-jarinya berjumlah empat sambil tersenyum setan di hadapan Egis. "Ada empat bukan, berarti keduanya adalah milikku."
"Baiklah." Ucap Egis dengan ekspresi wajah yang penuh senyuman.
"..............."
Makanan khas Jepang itu menjadi makanan favorit Lazel dan Egis. Siapa sangka jika kedua manusia itu memiliki selera yang sama. Belum lagi porsi mereka yang menggunung.
"Oh! Aku akan membeli minuman." Ujar Egis.
"Kalau begitu, biar aku-"
"Haha~ aku saja, kau disini saja, oke?"
"Huft... baiklah."
Jika diperhatikan sebentar lagi tengah hari, tapi tidak ada cahaya matahari sedikit pun.
"Hm?" Pandangannya beralih pada benda persegi yang ada di atas meja. "Dia meninggalkan ponselnya?" Kekeh Lazel.
"Apa yang kau tertawakan?"
"Ah, kau sudah kem-" ucapannya dan raut maupun ekspresinya tidak sama seperti sebelumnya. Seolah-olah bertemu dengan orang yang berbeda.
"Ternyata kau... Hyunjae."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments