Pukul enam sore waktu sekitarnya...
Aku tiba di Osteria Restaurant untuk makan malam bersama Andreas. Tapi aku masih mengenakan pakaian formalku agar dia tahu jika sepulang dari kantor aku langsung menemuinya. Dan tanpa disadari olehnya, aku sudah menghubungi Hadden terlebih dahulu. Aku ingin Hadden mendengar langsung apa yang dikatakan oleh Andreas kepadaku.
Ruang makan kami terhubung dengan ruangan paling ujung. Sehingga aku meminta kepada pelayan untuk tidak menutup pintu kecilnya. Sengaja aku melakukannya agar suara percakapan kami bisa terdengar sampai ke samping. Dan akhirnya aku bertemu dengan si pengkhianat kelas kakap, Andreas.
"Nona Cecilia." Dia mengajak ku berjabat tangan.
"Tuan Andreas." Aku tersenyum padanya.
Aku pikir dia akan berbasa-basi terlebih dahulu. Tapi ternyata itu hanya bayanganku saja. Andreas segera mengatakan tujuannya mengajak ku makan malam ini.
"Aku akan memberimu sepuluh unit rumah yang bisa dipilih di mana saja jika kau berhasil menjatuhkan Jackson," katanya, tak tahu diri.
Oh, jadi begitu maksud tujuannya.
Bukan aku namanya jika tidak bersandiwara. Aku pun menunjukkan pertunjukan yang sangat luar biasa. Kutunjukkan jika aku tidak takut ataupun menerimanya dengan tenang. Melainkan kugetarkan jemariku sehingga membuat Andreas merasa jika aku mudah dikendalikan olehnya.
"Em, baiklah." Aku pura-pura setuju bekerja sama dengannya.
Setelah mengutarakan maksud tujuannya, Andreas segera pamit. Dia meninggalkanku sendiri di meja restauran. Seketika aku pun menyadari sesuatu jika dia sudah tidak tahan lagi untuk bersama Zea dan juga menguasai semua hartanya. Andreas benar-benar biawak kelas kakap.
Hm, baiklah. Selanjutnya ....
Setelah kupastikan Andreas pergi, aku segera menemui Hadden di ruangan sebelah. Kulihat dia sedang memandangi ikan koi yang sedang berenang ke sana-kemari di dalam kolam. Aku pun menyapanya. Kulancarkan aksiku agar Hadden mendengar sendiri ketamakan Andreas dan agar dia melawannya.
"Anda sudah mendengar sendiri, Tuan?" Aku berdiri di belakangnya.
Dia berbalik ke arahku dengan wajah kesal setelah mengetahui percakapan kami. "Kau tahu kenapa aku tidak turun tangan terhadap Andreas?" Dia malah bertanya padaku.
Aku menggelengkan kepala.
"Karena PT Samudera Raya membutuhkan keseimbangan. Jika Andreas diusir, maka tangan-tangan yang mengarah padaku akan menjadi sangat besar. Jika Andreas jatuh, maka Jackson akan berhadapan langsung denganku." Dia menjelaskan.
"Tapi bukannya akan semakin rumit jika Jackson berhasil dijatuhkan Andreas? Andreas bisa berbalik melawan Anda. Dan dia bisa menjatuhkan Anda." Kuungkapkan sudut pandangku padanya.
Dia melihat ke arahku dengan tatapan risau. "Kalau misalnya suatu hari Jackson harus turun dari posisinya sekarang, apa kau bersedia kalau orang itu aku?" tanyanya dengan penuh makna tersirat.
Aku menjawabnya dengan santai. "Aku rasa Tuan Hadden lebih bisa diandalkan daripada Andreas." Aku tersenyum padanya.
Gemercik air kolam ikan koi menemani perbincangan kami. Kulihat Hadden seperti menyimpan sejuta tanya di dalam pikirannya tentangku. Dia melihat ke arahku yang sedang menyilangkan kedua tangan di dada.
"Apa tujuanmu atas kejadian hari ini?" tanyanya seraya mendekatiku.
Aku mundur selangkah ke belakang saat dia mendekatiku. Sampai akhirnya dia terus maju dan membuatku terpojok di dinding ruangan. Seolah-olah dia mencurigaiku atas kejadian hari ini. Tapi lagi-lagi bukan aku jika tidak bisa bersandiwara.
"Ini demi Jackson, Tuan Hadden. Kurasa jika Andreas mau turun tangan, Jackson tidak akan mudah menghadapinya. Jadi kenapa tidak Anda sendiri yang turun tangan menangani Andreas?" tanyaku sambil memainkan dasinya.
Dia tersenyum tipis padaku. "Kurasa sebaiknya kamu mengontrol diri, Nona Cecilia. Yang namanya perasaan gampang berubah," katanya yang melihat jari jemariku memainkan dasinya.
"Tuan Hadden, dalam puluhan kasus aku enggak pernah gagal," kataku penuh percaya diri padanya.
"Kau ternyata di luar dugaanku." Dia tersenyum tipis padaku.
Aku rasa pertemuan kali ini bisa membuahkan hasil seperti apa yang aku harapkan. Aku menarik kesimpulan jika musuh dalam selimut sesungguhnya adalah Andreas. Sehingga aku merayu Hadden untuk menangani Andreas langsung. Karena jika tidak, Andreas malah akan berbalik menjatuhkan Hadden.
Setengah jam kemudian...
Dalam perjalanan pulang, aku melewati kantor dan melihat lampu ruangan Jackson masih hidup. Aku lalu berbalik arah dan menuju kantor. Aku ingin menemui Jackson malam ini. Tapi sesampainya di ruangan, aku tidak melihat dia ada.
Dia ke mana ya?
Kulihat sekeliling ruang kerjanya kosong. Aku lalu bergegas melangkahkan kaki menuju kamar mandinya. Tapi, bersamaan dengan itu kudengar suara Jackson dari belakang. Dan kulihat dia baru saja masuk ke ruangan setelah menerima telepon.
"Tuan!"
Aku melompat ke pelukannya, memeluknya dengan hati riang gembira. Kupeluk erat tubuhnya sambil berkata. "Aku mencintaimu, Tuan."
Aku menatap kedua mata persiknya dan dia pun menatap kedua bola mataku. Sedang tubuh kami saling berdempetan. Kudekatkan juga hidungku ke hidungnya, mencoba merasakan hangat udara yang keluar dari rongga hidungnya.
"Kau tahu apa yang kulakukan hari ini?"
Aku mengatakan padanya hal apa yang telah kulakukan untuknya. Aku ingin dia jatuh ke pelukanku dan kecanduan cintaku. Aku pun tidak melepaskan kedua tanganku dari lehernya. Aku terus memeluknya dengan erat.
"Jangan gosok," katanya singkat sambil menahan pinggulku.
"Jangan gosok? Gosok yang mana?" tanyaku, pura-pura polos.
Dia diam tidak menjawab pertanyaanku. Dia menarik dasi lalu membuangnya ke lantai. Dia kemudian mengambil jas dan berjalan keluar. Sedang aku ... aku ditinggalkannya begitu saja.
Jackson!!!
Aku kesal setengah mati karena sikapnya yang dingin. Dia seperti datar-datar saja dengan apa yang telah kulakukan untuknya. Rasanya aku harus melakukan pembalasan terhadapnya. Dia sama sekali tidak bisa menghargai usahaku.
Awas kau, Jackson! Aku akan menaklukkanmu!
Dua hari kemudian...
Hari ini akhir pekan. Sudah dua hari aku tidak melihat Jackson di kantor. Entah mengapa rasanya berbeda. Tidak ada lagi yang mengocehiku dengan kata-kata pedasnya. Aku jadi merindukannya.
Aku menelepon Clara untuk menanyakan di mana keberadaan Jackson. Dan ternyata Jackson sedang pergi dinas bersama tim survei perkotaan untuk melakukan penelitian dana pada kantor pusat dan cabang PT Samudera Raya. Pantas saja dia tidak menanggapiku kemarin. Ternyata dia sedang sibuk-sibuknya.
Aku tidak akan membiarkannya begitu saja. Aku khawatir tidak dapat menggodanya lagi jika dibiarkan seperti ini. Kami lama tidak bertemu pastinya dia akan sulit untuk kujatuhkan di tempat yang sama. Namun, pada akhirnya aku bisa menggodanya kembali setelah kuketahui di mana dia berada.
"Osteria Restaurant? Oke. Terima kasih, Clara."
Clara memberi tahuku jika nanti malam Jackson akan membawa tim surveinya ke Osteria Restaurant. Segera saja aku berdandan secantik mungkin dan mengenakan gaun paling menawan yang kupunya. Gaun berwarna hitam dengan pernak-pernik permata di bagian dadanya. High heels silver setinggi tujuh senti pun ikut menemani langkah kakiku ke sana. Malam ini aku akan menaklukkannya.
Malam hari di Osteria Restaurant...
Aku mendorong pintu ruangan di mana Jackson berada. Kulihat Jackson sudah mabuk saat ini. Mata semua pria yang berada di dalam ruangan pun tertuju padaku. Mereka menebak-nebak siapa yang mengatur kedatanganku.
Salah satu pria yang sudah terpancing melihat penampilanku berkata, "Cewek secantik ini diundang Tuan Jackson ya?” tanyanya sambil merokok.
Pria lain menimpali. “Tuan Jackson tau aja.”
Aku berjalan ke arah Jackson yang duduk di sana. Seketika kulihat dia tidak mabuk lagi setelah mendengar kata-kata pria lain tentangku. Tatapan matanya tajam melihat ke arahku, seolah menusuk kulit dan daging ini. Mungkin baru sekarang dia melihatku berdandan seanggun dan secantik ini. Kecantikanku siap melahap siapa saja.
Aku sedikit membungkuk untuk berbicara di telinganya. “Tuan Jackson, nggak diperkenalkan?” tanyaku padanya yang masih menatapku dengan tatapan tajam.
Dia diam, tidak menggubrisku.
"Baiklah." Akhirnya aku berinisiatif memperkenalkan diri. "Saya asisten tuan Jackson, panggil saja Cecil," kataku.
“Cicil?” Seorang pria mendekatiku.
“Cecilia," jawabku seraya mencolek jarinya dengan jariku. Seketika kulihat raut wajah Jackson semakin tidak enak dilihat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Bee mi amore
baca nopel otir berasa nonton james bond or mission imposible...😁😁
2021-11-21
2
Natha Litha
cemburu?bilang boss
2021-10-26
1
Nur hikmah
waw cmburu besar nih
2021-10-16
0