Kuakui kehidupanku selama lebih dari empat tahun ini amat mulus sekali. Saking mulusnya aku dimarahi sampai ditunjuk-tunjuk oleh banyak orang. Dan karena kesal, aku merokok saja di tangga darurat. Aku berhenti sejenak dari melangkahkan kaki untuk menemui Jackson.
"Dia mimpi dapetin tuan Jackson. Hahahaha."
"Dasar pelakor nggak tahu diri. Dia pikir dia siapa."
Aku tidak peduli orang yang lalu lalang di depan pintu darurat ini. Aku merokok saja untuk melampiaskan rasa kesalku. Tak berapa lama kemudian, Zea pun meneleponku.
"Halo?" Aku menjawabnya datar.
"Cecilia, apa ada kemajuan? Semalam Jackson menemuimu. Apa yang terjadi di sana?" tanyanya, seakan memaksaku agar cepat menyelesaikan misi ini.
"Maaf, Nyonya. Dia hanya merokok sebentar tanpa berkata apapun." Aku menjawabnya sambil mematikan puntung rokokku.
"Cecilia, bersikaplah lebih agresif padanya. Aku ingin kita percepat transaksi ini. Satu minggu ke depan aku harap sudah ada hasilnya," katanya lagi.
Apa?!!
Kujauhkan ponselku dari telinga lalu melihat namanya yang tertera di ponselku ini. Aku pun menggerutu sendiri. Entah dia yang sudah gila atau aku yang kurang waras. Bisa-bisanya dia meminta satu minggu lagi misi ini harus sudah selesai.
Kutarik napasku lalu mengembuskannya perlahan. Aku mencoba relaks dari tekanan ini.
"Nyonya, aku tidak bisa berjanji dapat menyelesaikannya dengan baik jika dalam waktu dekat. Satu minggu itu amat singkat untuk menaklukkan pria seperti tuan Jackson." Aku mengeluhkan perintahnya.
"Kau tenang saja, Cecilia. Jika berhasil dengan cepat, aku akan memberikan bonus setengah dari perjanjian kita. Jadi aku tunggu kabar baiknya." Dia lalu mematikan teleponku.
Sungguh aku semakin tidak kuat menghadapi hal ini. Bianca yang sudah semakin berani menyebarkan berita tentangku. Dan kini Zea juga ikut mendesakku agar segera menyelesaikan misi. Rasa-rasanya kepalaku ini pusing sekali.
Sepertinya dia sudah tidak sabar lagi untuk bersama Andreas. Astaga, kasihan sekali Jackson. Dia dikhianati istri dan General Manager-nya sendiri.
Aku beranjak bangun lalu melangkahkan kaki menuju ruangan Jackson dengan perasaan semerawut. Tapi sepertinya, langkah kakiku harus terhenti saat melewati toilet wanita. Dari luar kudengar suara kepala administrasi yang bernama Aurel itu sedang mencaci makiku.
Sial! Berani-beraninya dia ikut-ikutan ngomongin gue!
Aku mendekat ke pintu toilet dan mendengar semua yang dikatakan olehnya. Ternyata perkataannya sungguh tidak enak didengar. Dia memakiku habis-habisan tanpa peduli jika nanti tiba-tiba aku menjadi bosnya. Sontak aku mendatanginya dengan menendang pintu toilet. Seketika semua orang yang ada di dalam sana melihat ke arahku.
"Lu ngomong apa barusan, hah?!" Aku bertanya penuh emosi kepadanya.
"Dasar pelakor! Lu nggak tahu diri banget ya! Lu itu bekerja buat jagain suami nyonya Zea biar nggak selingkuh. Kok malah lu yang ngerebutnya?!" Bukannya minta maaf, dia malah memakiku.
PLAK!!!
Aku tidak bisa lagi menahan emosiku, aku menamparnya. "Memang kenapa kalau iya? Bukan urusan lu! Toh, tuan Jackson sendiri yang manjain gue. Kalau lu hebat, coba saja cari masalah dengannya!" Aku menantangnya.
Seketika seluruh orang yang ada di dalam toilet diam, tidak berani mengeluarkan kata-kata sedikitpun setelah aku menamparnya. Aku pun segera pergi meninggalkan tukang gosip yang sedang memegangi pipinya karena terkena tamparanku. Hari ini benar-benar menyebalkan sekali.
Sial!
Kuteruskan langkah kaki ini menuju ruangan Jackson. Aku harus berbuat sesuatu untuk menyelesaikan semuanya. Karena kalau tidak, aku bisa gila menghadapi mereka semua.
Di ruangan Jackson...
"Tuan."
Sesampainya aku mengetuk pintu lalu segera masuk. Kututup pintunya seraya menebarkan senyuman termanis yang kupunya. Dan kulihat dia baru saja mandi dan berpakaian. Aku lalu maju selangkah demi selangkah untuk memikatnya.
"Tuan, aku rindu yang semalam." Aku mencium pipinya dan bergelayut manja padanya.
Dia diam tidak menggubrisku. Dan karena kediamannya, aku lancarkan aksiku selanjutnya. Tanganku mulai meraba otot-otot perutnya lalu masuk hingga ke dalam celananya. Kulihat dia menatap ke arahku dengan tatapan penuh makna tersirat. Dia melihat bibirku yang berada di dekat bibirnya.
"Jangan bergerak untuk dua kali." Dia seolah memintaku untuk berhenti.
"Aku tidak bisa, Tuan. Ajari aku," pintaku manja.
Sepertinya kali ini Jackson sudah terbuai dengan sentuhanku. Dia lalu memegang tanganku untuk menghentikannya.
"Lu nantangin gue, Cecilia?" Dia menarik pinggulku. Kami pun saling bertatapan dengan bibir yang hampir bertemu.
"Tuan, aku ini milikmu. Lakukan saja sesukamu." Aku membelai lehernya dengan jari-jemariku. Dia pun memejamkan kedua mata seolah menikmatinya.
"Tuan."
Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu. Seketika itu juga aku menjauhkan diri dari Jackson. Jackson pun menghindar dariku.
"Tuan Jackson, Cecilia memukulku." Kulihat jika Aurel lah yang datang. Dia mengadukan apa yang kulakukan padanya.
"Tuan, aku memukulnya karena dia telah membocorkan alamat rumahku. Aku jadi bahan sasaran pria-pria hidung belang." Aku menyerang balik Aurel di hadapan Jackson.
Jackson menyilangkan kedua tangannya, seolah-olah bertanya tentang kebenarannya kepada Aurel.
"Tuan, itu tidak benar. Cecilia berbohong!" Aurel membela dirinya.
"Tuan, dia berkelit. Mana mungkin aku marah jika tidak ada alasannya. Aku bukan orang gila," kataku lagi.
Jackson menatap tajam ke arah Aurel.
"Tuan, itu semua bohong." Aurel seperti orang gila membela dirinya sendiri.
Jackson diam saja, namun tatapan tajamnya amat mematikan. Dan karena Jackson tidak menanggapi apa yang Aurel katakan, akhirnya dia berpamitan kepada Jackson. Dan aku pun tersenyum menyeringai di hadapannya, merasa menang darinya di hadapan Jackson.
Kasihan sekali dia.
Setelah dia pergi, aku kembali kepada Jackson. Aku kembali mendekat kepadanya lalu merapikan dasinya.
"Aku menantikan malam bersamamu, Tuan Jackson." Aku berbisik pelan di telinganya.
Aku menatap wajahnya. Dia menatap wajahku. Kupegang pipinya dengan kedua tangan ini. Lantas saja aku mendekatkan bibirku ke bibirnya, aku mengecupnya dengan lembut.
"Aku tunggu, Tuan," kataku seraya menarik bibirnya dengan bibirku.
Kuakui jika Jackson kali ini sudah mulai pasrah denganku. Aku pun bisa bebas bertindak di hadapannya. Enak memang punya bekingan kuat, tidak perlu takut terhadap siapapun. Terlebih dia amat seksi di pandangan mataku.
Aku segera keluar dari ruangan setelah memberikan kecupan lembut kepadanya. Kubiarkan dia menikmati sensasi belaian lembut dariku. Tak berapa lama, ponselku pun berdering. Dan ternyata Andreas lah yang menelepon.
"Halo?" jawabku.
"Nona Cecil, apakah ada waktu nanti malam?" tanyanya padaku.
"Em ... sepertinya tidak. Ada apa Tuan Andreas?" tanyaku lagi.
"Malam ini aku ingin mengundangmu makan," katanya dari seberang telepon.
"Oh, berkenaan dengan acara apa ya?" tanyaku padanya.
"Tidak ada acara apa-apa, Nona. Aku hanya ingin mengundang makan saja," katanya lagi, seperti tidak bisa berbasa-basi.
"Em, baiklah. Oke." Aku menyanggupinya, dia pun segera mematikan teleponnya.
Aku pikir ada hal mengenai pekerjaan yang ingin dia bicarakan. Tapi ternyata, dia hanya mengundang makan malam saja. Entah apa yang akan dibicarakan nantinya. Kita lihat saja nanti.
Kulangkahkan kaki menuju meja kerjaku lalu membereskan pekerjaan hari ini. Aku harus tetap semangat walaupun badai menerjang. Aku akan membayar ucapan mereka dengan menjadikan Jackson milikku seutuhnya. Tunggu saja tanggal mainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
my name
jangan suka main api cecil
2022-02-16
0
langitsenja
sukakk sm karakter Cecilia cerdik licik badas 🤣🤣.. lanjut thor
2021-10-17
1