Aku terus berakting sebagai wanita sosialita di hadapan rekan bisnis Jackson. Tidak tahu apa yang dia pikirkan saat ini, aku berusaha tidak memedulikannya. Aku ingin bergantian membuatnya kesal. Dan menunjukkan jika aku bisa diajaknya keluar siang dan malam.
Aku minum lumayan banyak malam ini. Dan mungkin sedikit mabuk karena menemani Jackson bicara sedari tadi. Tapi, aku masih bisa mengontrol diriku di hadapan mereka. Mungkin ditambah akting mabuk sungguhan tak apa. Aku ingin tahu bagaimana reaksi Jackson melihatku yang seperti mabuk sungguhan.
"Tuan Jackson, nona Cecilia sangat cantik. Aku sendiri masih melajang."
Seorang pria kudengar berkata seperti itu kepada Jackson usai perjamuan makan malam. Dan kulihat Jackson diam saja. Mungkin dia benar-benar cemburu padaku.
"Ada sekelompok model baru yang datang ke Queen Club. Semua tagihan bisa dihitung ke akunku," katanya seraya memberikan sebuah kartu emas kepada pria yang memintaku.
Seketika pria itu terdiam. Dia menyadari jika tidak ada yang boleh memiliki aku selain Jackson sendiri.
Kena kau, Tuan!
Dalam hati aku tertawa. Tak biasa melihat wajah Jackson seburuk ini. Aku pun menyandarkan tubuh padanya, pura-pura mabuk sungguhan. Seketika dia menelepon Clara untuk menjemputku.
Clara bilang dia ikut bersama tim survei tapi tidak bisa bertemu langsung dengan Jackson. Dia sepertinya menceritakan dengan jujur di telepon tadi. Jadi ya aku percaya saja. Lagipula semenjak aku menggertaknya, dia tidak berani macam-macam padaku. Aku jadi bisa bebas bertindak apa saja tanpa harus diganggu olehnya.
Tuan, kau masih ingin mengabaikanku?
Tubuhku menempel di tubuhnya. Tapi dia tidak menolaknya sama sekali. Hingga akhirnya Clara datang untuk menjemput kami. Clara lalu bertanya saat melihatku bergelayut manja pada Jackson.
“Ada apa dengan asisten Cecil, Tuan Jackson?" tanyanya heran saat melihatku.
Aku sudah terlanjur basah. Jackson juga tidak menolak sikapku padanya. Jadi ya aku lanjutkan saja sandiwara ini.
“Aku lagi meluk tuan Jackson, dong," kataku pada Clara.
Perjamuan yang telah usai membuatku mendapatkan pelayanan khusus dari Jackson. Jackson meminta Clara untuk membawakan sepatu dan juga tasku. Jackson juga menggendongku sampai masuk ke dalam mobil. Dia benar-benar pria yang seksi sekali.
"Udah mau jalan?" tanyaku dengan bodohnya.
Jackson melemparkan sepatu dari Clara kepadaku. "Pakai sepatunya." Dia kemudian duduk di sisi kiriku.
Aku pun mencoba memakai sepatu. Tapi mungkin karena sekarang sudah benar-benar mabuk, sehingga tidak dapat memakai sepatunya dengan benar.
"Hih! Kenapa susah dipakainya, sih?!" Aku kesal sendiri karena selalu salah injak.
Jackson diam saja, dia lantas meminta supir untuk melajukan mobilnya. Sedang Clara mungkin dia naik mobil satunya. Aku tidak tahu Clara ada di mana. Yang kutahu sekarang duduk di belakang supir bersama Jackson di sisi kiriku.
"Ini salah kamu, ngapain juga lepasin sepatuku?!"
Aku kesal karena berulang kali salah injak. Hampir-hampir saja aku menangis karena tidak bisa memakai sepatuku sendiri. Dan mungkin Jackson juga menyadarinya. Dia akhirnya melemparkan sepatuku ke kursi di samping supir.
“Emang bisa jalan di tangga pakai high heels?” tanyanya yang seperti kesal juga padaku.
Aku menyadari jika emosi Jackson sudah terpancing mendengarku mengomel melulu. Akhirnya kudekatkan tubuhku ke tubuhnya lalu mengusap-usap dadanya yang bidang. Dan ternyata dia diam saja sambil menatap wajahku.
"Aku merindukanmu, Tuan," kataku padanya.
"Lu tukang bohong, Rubah!" Dia tidak percaya apa yang aku katakan.
"Di bagian yang mana aku berbohong padamu, Tuan? Aku sudah melakukan semuanya untukmu." Aku menggigit kecil telinganya.
Jackson memalingkan pandangannya dariku, namun aku tarik lagi wajahnya agar menghadapku kembali. Lalu akhirnya kukecup bibirnya itu dengan satu jari tanganku yang menggelitik telinganya. Seketika wajahnya memerah karena tindakanku ini.
"Berhenti!" Dia lalu meminta supir untuk menghentikan laju mobilnya.
"Tuan?"
"Lu ganti mobil. Gue nyetir sendiri," katanya pada supir.
Aku tersenyum simpul saat dia meminta kepada supir untuk turun. Dan akhirnya hanya ada aku dan Jackson saja di dalam mobil ini. Dia melajukan mobil menuju ke apartemenku sendiri.
Sesampainya di apartemen...
Kepalaku masih terasa pusing karena bawaan mabuk. Aku pun masih menggandeng mesra tangan Jackson sambil berjalan menuju pintu apartemen. Namun, setelah pintu terbuka, dia menarikku masuk dengan kasar.
"Ah!" Seketika aku kaget dengan gerak cepatnya.
"Cecilia!"
Dia seperti kesal padaku, menyandarkanku di balik pintu dan menahan tubuhku agar tidak dapat bergerak. Kulihat wajahnya seperti dipenuhi api di dalam tubuhnya. Dia kemudian menggigit telingaku ini.
"Tuan, enghh ...."
Dalam sekejap, dunia seperti runtuh. Sisi tegas, gelap, dan seksinya, seakan sirna di mataku. Dia menciumiku dengan kasar di balik pintu ini lalu mengangkat kedua tanganku ke atas. Dia memegang kendali atas tubuhku.
"Tuan, jangan begini."
Aku pun seperti kesulitan menahan hasrat yang tengah bergejolak. Sudah lama aku menantikan hal ini darinya. Dan malam ini akhirnya aku mendapatkannya.
"Tuan, lembut sedikit."
Dia masih saja menciumiku. Bibirnya tidak mau lepas dari leherku. Dia juga menggigit-gigit telingaku lalu menjilatinya. Sontak tubuhku bereaksi mengejutkan. Kulepaskan tanganku yang dipegang olehnya lalu membalas perbuatannya dengan menggosok-gosok apa yang ada di bawah sana. Aku kehilangan kendali.
Hawa nafsunya seakan menerobos keluar, melupakan siapa dirinya sekarang. Dia lalu memelukku hingga tidak dapat melepaskan diri. Dia seperti tidak memberi cela sama sekali untukku bernapas. Dia sudah berubah menjadi singa yang buas malam ini.
"Tuan, ah ...."
Dia memegang pinggulku lalu meremasnya. Dia meremas-remasnya sesuka hati sambil menciumi leherku kembali. Kedua mataku pun terpejam merasakan sensasi yang diberikan olehnya. Aku seakan lupa siapa diri ini.
Tak berapa lama, dia kemudian melepaskanku. Dia menarik tubuhnya dari tubuhku. Kami pun bertatapan dengan sorot mata yang saling menginginkan. Kulihat dia melepas sabuk celananya sendiri.
"Sana mandi!" katanya.
Suaranya terdengar serak dan seksi sekali. Baru kali ini aku mendengar suaranya yang seperti ini. Tapi kepalaku pusing karena terlalu banyak minum tadi. Aku pun jadi linglung untuk menjawab pertanyaannya.
"Buat apa?" tanyaku seraya menatapnya.
Dia menekan pundakku agar duduk di hadapannya. Dia juga melepas kancing kemejanya di depanku, sehingga terlihatlah otot-otot perutnya. Dia seperti memang sengaja menunjukkannya padaku.
Jackson kemudian mengusap wajahku. “Lu bukannya mau goda gue, Cecilia?" tanyanya seraya menaikkan daguku dengan satu jarinya.
"Tuan, aku ...."
Tak tahu apa yang terjadi saat ini. Namun sepertinya, dia sudah terbuai dengan hasratnya sendiri. Aku pun seperti tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Lantas saja aku beranjak bangun dari hadapannya sambil menciumi otot-otot perutnya dengan lembut. Kulihat dia memejamkan kedua matanya, menikmati kecupan lembut dari bibirku ini. Kutahu jika dia sudah tidak dapat membendung hasratnya lagi.
Mungkin malam ini aku memang harus menyerahkan padanya.
Jackson sudah menunjukkan sisi aslinya di hadapanku. Dia amat menginginkanku malam ini. Tersirat dari tatapan kedua bola matanya yang seakan tidak ingin memalingkan pandangannya dariku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Nur hikmah
waw pnas tpi g sepanas cuaca sat siang hri....knp revisi thor....syang skli.....
2021-10-16
0
Mbak Yul Hafis Za
lanjut
2021-10-13
0
Chusnul Chotimah
kok ga dilanjut thorr,,ga usah dengerin yg suka nyinyirin.lanjutkan aja thorr
2021-10-13
0