Apa dia sedang memberi kode padaku?
Aku tidak tahu apa maksud tujuannya mengatakan hal itu. Tapi sepertinya aku harus menangkap bola yang dia berikan. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.
Baiklah.
Aku berjalan mendekatinya lalu berjongkok di hadapannya. Seketika dia terkejut dengan sikapku. Tapi, segera kulancarkan aksi berikutnya.
"Tuan, aku akan lebih indah jika disentuh." Aku menarik jari telunjuknya lalu kuletakkan di bibir ini.
"Gue sedang rapat." Dia menjawab dengan jutek, seperti biasanya.
"Baiklah. Tuan lanjutkan saja rapatnya, tapi biarkan aku di sini," pintaku lagi.
Dia diam saja tidak menjawab, lalu meneruskan rapatnya. Sedang aku masih berjongkok di hadapannya sambil memainkan jari telunjuk tangan kanannya. Kuusap pelan, kusentuh dengan bibirku lalu kuemut ujungnya. Seketika dia menoleh ke arahku seperti ingin bertanya, "Cecilia, kau menginginkannya?" Tak lama rapat pun selesai. Dia segera menutup laptopnya.
"Tuan?"
Aku menatap ke arahnya dengan tatapan menggairahkan. Telunjuk tangan kanannya pun masih kumainkan. Kugenggam lalu perlahan menggosoknya dengan lembut. Sepertinya dia juga sudah mulai terangsang.
Kuarahkan telunjuknya untuk menyentuh bibir ini. Dia pun diam saja seperti pasrah. Kesempatan emas di depan mata. Aku tidak akan melewatkannya begitu saja. Kata orang diam itu pertanda setuju. Ya sudah, aku semakin menggila.
"Kira-kira tuan Jackson lebih menyukai permainan bibir atau tangan?" tanyaku lalu berdiri di hadapannya.
"Lu suka yang mana?" Dia seperti menanggapi ucapanku.
Aku semakin berani, tidak peduli hal lain lagi. Dan kini aku mencoba mendudukinya, melebarkan kedua pahaku di atas pangkuannya. Kubelai lehernya dengan satu jariku lalu mengecupnya lama. Bisa kupastikan jika dia juga sudah berada di dalam pengaruhku.
"Tuan, kau adalah pria pertama yang melihat bentuknya dengan utuh. Maka aku tidak akan segan untuk memperlihatkannya lagi." Aku mulai membuka kancing kemejaku.
Wajahnya tiba-tiba berubah, mengarah ke setiap kancing kemeja yang kubuka. Kubuka pelan-pelan kancing kemeja ini hingga akhirnya terbuka tiga. Dia pun bisa melihat kembali bagaimana indahnya belahan dadaku.
"Tuan, jari manis adalah tempat yang memiliki hubungan terdekat dengan jantung." Aku memainkan cincin pernikahannya.
"Benar, kah?"
Dia bertanya tanpa menyentuhku, tapi wajahnya tetap datar. Sedang napasnya sudah terdengar berat seperti menahan gejolak besar di tubuhnya.
"He-em. Bagaimana jika kita mulai saja?"
Aku mendekatkan bibir ini ke telinganya lalu menciumnya dengan lembut. Seketika itu juga dia memegang pinggulku.
Akhirnya ....
Aku merasa senang karena dia bereaksi. Sedikit lagi aku akan berhasil menjatuhkannya ke dalam rengkuhanku. Tapi...
"Bangun!" Dia memintaku untuk bangun dari pangkuannya.
"Tuan?!"
Aku bingung. Tapi akhirnya mengerti mengapa dia memintaku bangun saat mendengar dering ponselnya. Aku jadi harus menunda aksi gilaku ini. Sementara dia mengangkat telepon itu, entah dari siapa.
"Baik." Tak berapa lama dia menutup teleponnya.
Tidak tahu apa yang dibicarakannya di dalam telepon. Tiba-tiba saja dia berdiri lalu mengenakan jasnya.
"Tuan?"
"Ada perjamuan. Segera bersiap." Dia berkata seolah-olah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
Astaga ....
Lagi dan lagi aku harus gagal menaklukkannya. Padahal aku sudah siap menjebaknya malam ini. Dan kurasa dia juga sudah menginginkannya. Tapi kembali kegagalan itu harus kuterima.
Arrghh! Sial!
Rasa kesalku semakin menjadi-jadi. Mau tak mau aku segera bersiap menemaninya ke perjamuan. Padahal sedikit lagi aku berhasil menaklukkannya.
Satu jam kemudian...
Aku tiba di perjamuan sekitar setengah jam yang lalu. Dan kini sedang menemani tuanku mengobrol dengan relasinya. Cukup lama aku berdiri sampai kepalaku terasa pusing karena meminum banyak alkohol saat menemaninya mengobrol.
Aduh ....
Di sini sangat ramai sekali. Ruangan megah dan mewah ini diisi oleh pebisnis kelas atas. Namun, tanpa sengaja aku melihat seseorang di seberang sana. Seseorang yang amat kukenal sedang menemani tuan barunya.
Bianca?!!
Aku harus segera pergi sebelum dia menghampiriku. Dia adalah musuh bebuyutanku dari masa lalu. Aku masih ingat bagaimana dia dilabrak istri sah tuannya karenaku. Dia juga harus masuk rumah sakit karena dipukuli. Dan seluruh gedung rumah sakit waktu itu tahu jika dia adalah pelakor. Rasa-rasanya dia tidak akan melepaskanku kali ini. Pastinya dia akan membalas dendam dengan memberi tahu Jackson siapa diriku sebenarnya. Tapi sebelum semua itu terjadi, aku harus segera bertindak.
"Tuan, maaf." Aku menarik ujung jas Jackson.
Dia menoleh ke arahku.
"Tuan, aku sakit perut. Aku ke toilet dulu, ya." Aku meminta izin.
Dia terdiam seraya melihatku lalu memberi kode mengiyakan. Dan aku pun segera pergi dari sisinya. Cepat-cepat melangkahkan kaki karena tahu Bianca berjalan ke arahku.
Aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Jackson saat melihatku pergi terburu-buru. Aku hanya fokus agar penyamaranku ini tidak terbongkar. Dan akhirnya aku bertemu dengan Bianca di luar ruangan. Dia memang seperti sengaja mengejarku malam ini.
"Mau ke mana kau, Wanita Rubah?!" Dia menahan bahuku.
"Bukan urusanmu!" kataku lalu menghempaskan tangannya.
"Kau harus membayar apa yang telah kau lakukan padaku, Cecilia!" Dia berapi-api.
Kutahu jika dia ingin balas dendam padaku. "Aku tidak mempunyai utang apapun padamu. Lalu buat apa membayarnya?" Aku balik bertanya.
Kulihat wajahnya merah padam. Dia lalu mengayunkan tasnya ke arahku dan menjambak rambutku. Mau tak mau aku pun meladeninya. Aku ikut menjambak rambutnya.
"Malam ini aku akan membuat perhitungan denganmu!" Dia melampiaskan rasa kesalnya.
"Kau akan menyesal setelah ini, Bianca!" Aku mengancam sambil menarik rambutnya dengan kasar.
"Sialan kau, Cecilia!!!"
Dia memukul-mukulku dengan tasnya tanpa ampun. Sedang aku berusaha melindungi wajahku dari pukulannya. Satu tanganku menjambak rambutnya, tangan yang lain melindungi wajah ini. Dia seperti ingin membunuhku sampai tidak memberi kesempatan untuk melawan.
"Ngapain lu?!"
Tiba-tiba kudengar suara Jackson datang. Seketika aku melepaskan jambakanku pada rambut Bianca. Bianca juga melepaskanku.
"Tu-tuan?" Aku kaget melihat kedatangannya.
Dia berjalan mendekati. Aku pun mengacak-acak rambutku sambil berpura-pura berlinangan air mata.
"Tuan, Bianca bilang mempunyai hubungan gelap denganmu. Dan aku tidak terima. Tapi dia malah memukuliku." Aku bersandiwara di hadapannya.
Jackson menatap Bianca. "Ti-tidak Tuan, itu tidak benar." Bianca membela diri.
Jackson melihat luka di wajah dan lenganku dengan wajah datar. Bersamaan dengan itu sugar daddy Bianca datang lalu menanyakan apa yang terjadi. Jackson kemudian membelaku.
"Bianca memukuli orangku." Jackson menjawab singkat pertanyaan pebisnis itu.
Pebisnis kelas atas itu lalu meminta maaf kepada Jackson. Dan sebagai permintaan maafnya, dia meminta Bianca untuk menampar wajahnya sendiri. Tapi, hatiku masih kesal saja karenanya.
"Masih nggak cukup?" Jackson bertanya setelah Bianca menampar dirinya sendiri sebanyak dua kali.
Aku hanya diam sambil tertunduk karena tidak berani menatapnya.
"Lain kali ajari lagi orangmu, Tuan." Jackson menegur sugar daddy Bianca.
"Mohon maaf, Tuan Jackson. Saya akan lebih memperhatikan." Pebisnis itu meminta maaf lagi kepada Jackson.
"Ayo!"
Jackson memintaku mengikutinya. Aku pun hanya bisa menuruti apa katanya, berjalan mengekor sambil merapikan penampilanku yang berantakan. Entah apa yang ada di pikirannya, aku tidak peduli. Asal penyamaranku tidak terbongkar dan uang satu milyar itu kudapatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Nur hikmah
deg deg gan takut cecilia ketahuan sdngkn jakson blm terjabak...uuh
2021-10-16
1